Apakah Basmalah Termasuk Ayat Dalam Al-Qur’an?

Daftar Isi

Abusyuja.com_Para ulama telah sepakat bahwa basmalah atau lafadz “Bismillahir rahmaanir rahim” pada surat An-Naml adalah sebagian dari firman Allah Swt. Berikut ayatnya:

إِنَّهُۥ مِن سُلَيْمَٰنَ وَإِنَّهُۥ بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Akan tetapi mereka berselisih pendapat mengenai apakah “Basmalah” itu termasuk salah satu ayat dari surat Al-Fatihah ataukah tidak, atau mungkin ayat pertama pada setiap surat? Seperti yang biasa kita lakukan, ketika telah masuk pada surat baru, kita mengawalinya dengan membaca “Basmalah” atau Bismillahir rahmaanir rahiim terlebih dahulu, kecuali pada surat Al-Bara-ah (At-Taubah).

http://www.abusyuja.com/2020/07/apakah-basmalah-termasuk-ayat-al-Quran.html

Lalu pertanyaannya, apakah bismilah tersebut juga termasuk ayat pada setiap surat tersebut? Berikut jawabannya.

Untuk persoalan seperti di atas, setidaknya ada tiga persepsi yang perlu anda ketahui:

  1. Persepsi pertama adalah “Basmalah” adalah salah satu ayat surat Al-Fatihah dan dari semua surat Al-Qur’an. Ini adalah persepsi pertama yang merupakan pendapat dari Imam Syafi’i (Mazhab Syafi’i).
  2. Persepsi kedua adalah “Basmalah” tidak termasuk salah satu ayat dari Al-Fatihah dan dari setiap surat Al-Qur’an. Ini merupakan persepsi yang dikemukakan oleh Imam Maliki (Mazhab Maliki).
  3. Persepsi ketiga adalah “Basmalah” merupakan salah satu ayat dari ayat Al-Qur’an yang mandiri, yang berfungsi sebagai pemisah antara surat yang satu dengan surat yang lainnya, dan ia tidak termasuk salah satu ayat dari surat Al-Fatihah. Ini merupakan pendapat dari Imam Hanafi (Mazhab Hanafi).

Ketiga pendapat tersebut tentunya memiliki dasar hukum masing-masing. Berikut penjelasannya:

Argumentasi ulama Syafiiyah

Ulama syafiiyah berpendapat bahwa “Basmalah” merupakan salah satu ayat dari surat Al-Fatihah dan merupakan bagian ayat dari setiap surat di Al-Qur’an. Berikut beberapa dasar hukum mereka dalam membuat argumentasi tersebut:

Dasar hukum hadis Nabi

Pertama adalah hadis dari Abu Hurairah ra., beliau mengatakan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda, “Manakala kamu membaca ‘Alhamdu lillahi rabbil ‘aalamiin’, maka bacalah, ‘Bismillahir rahmaanir rahiim’, karena sesungguhnya ia adalah merupakan induk dari Al-Qur’an, induk Al-Kitab dan tujuh ayat yang diulang0ulang bacaannya. Sedangkan ‘Bismillahir rahmaanir rahiim’ adalah salah satu ayatnya.” (HR. Daruquthni, dari hadis Abdul Hamid ibnu Ja’far dari Nuh dari Abu Bilal dari Said bin Said Al-Maqbari dari Abu Hurairah ra.)

Yang kedua adalah hadis dari Abdullah bin Abbas ra. yang berbunyi, “Sesungguhnya Rasulullah Saw. selalu memulai shalat dengan membaca ‘Bismillahir rahmaanir rahiim.’” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Abbas ra.)

Yang ketiga adalah hadis dari Anas ra. bahwa sesungguhnya ia pernah ditanya tentang bacaan Nabi Saw., lalu ia menjawab, “konon bacaannya panjang....lalu beliau membaca ‘Bismillahir rahmaanir rahiim, alhamdu lillahi rabbil ‘aalamiin, (dst. Sampai akhir Al-Fatihah).” (HR. Bukhari dari Anas dan Daruquthni dengan sanad shahih)

Yang keempat adalah hadis dari Anas ra., beliau berkata, “Suatu hari Rasulullah saw. berada di tengah-tengah kami, tiba-tiba beliau mengantuk, lalu beliau mengangkat kepalanya sembari tersenyum. Kemudian kami bertanya, ‘Apakah yang membuat kau tertawa, ya Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Tadi baru datang kepadaku suatu surat.’ Lalu beliau membaca, ‘Bismillahir rahmaanir rahiim, inaa a’thainaakal kautsar...(ila akhirihi).’” (HR. Muslim, Nasa’i, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Dasar hukum rasional

Ulama Syafiiyah juga mengemukakan argumentasi rasional, yaitu bahwa dalam mushaf Al-Qur’an yang pertama, “Basmalah” ditulis pada permulaan surat Al-Fatihah dan pada setiap permulaan surat Al-Qur’an, kecuali pada surat Al-Bara-ah (At-Taubah).

“Basmalah” juga pada mushaf-mushaf yang dikirim ke berbagai kota Islam yang konon merupakan salinan dari mushaf pertama tersebut, dan hal itu telah mutawatir, disamping adanya pengertian bahwa mereka tidak akan berani memasukkan ayat-ayat buatan atau karangan manusia ke dalam Al-Qur’an yang telah terjaga kesuciannya.

Selain itu, mereka konsisten dalam urusan di atas, sehingga mereka melarang menulis kaligrafi, nama-nama surat dan memberi tanda titik. Selain itu, mereka juga menggunakan tinta yang berlainan (khusus) demi memelihara Al-Qur’an dari modifikasi-modifikasi yang tidak termasuk dalam bagian Al-Qur’an itu sendiri. Maka, dengan ditemukannya “Basmalah” pada awal surat Al-Fatihah dan pada awal surat-surat lain pada Al-Qur’an, berarti menunjukkan bahwa sesungguhnya “Basmalah” adalah merupakan salah satu ayat dari setiap surat dalam Al-Qur’an.

Argumentasi ulama Malikiyah

Menurut ulama Malikiyah, “Basmalah” bukanlah bagian dari ayat Al-Fatihah dan juga tidak termasuk bagian dari ayat pada setiap surat Al-Qur’an.

Dasar hukum hadis Nabi

Pertama adalah hadis dari Aisyah ra., ia berkata, “Konon Rasulullah Saw. memulai shalat dengan membaca takbir dan memulai bacaan dengan ‘Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin.’” 

kedua adalah hadis dari Anas ra., seperti yang tercantum dalam Shahih Muslim dan Shahih Bukhari, ia berkata, "Suatu tempo aku shalat di belakang Nabi Saw., Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan. Mereka membuka shalat dengan ucapan, ‘Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin.’”

Ketiga adalah hadis Nabi dalam riwayat Imam Muslim, beliau berkata, “Mereka tidak menutur Bismillahir rahmaanir rahiim,’ baik di awal bacaan maupun di akhirnya.”

Dasar hukum rasional

Tujuan ditulisnya “Basmalah” pada awal surat-surat Al-Qur’an adalah untuk tujuan "tabarruk" “ngalap berka” “mencari berkah”, dan demi menuruti perintah agar segala sesuatu lebih baik diawali dengan “Basmalah”. Meskipun demikian, “Basmalah” yang ditulis pada tiap-tiap surat bukanlah termasuk bagian surat itu sendiri.

Argumentasi ulama Hanafiyah

Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa penulisan “Basmalah” pada mushaf Al-Qur’an menunjukkan bahwa “Basmalah” itu termasuk Al-Qur’an, namun tidak menunjukkan bahwa ia merupakan salah satu ayat dari setiap surat.

Hadis-hadis yang yang menunjukkan tidak dibacanya “Basmalah” dengan suara keras dalam shalat bersama Al-Fatihah itu menunjukkan bahwa ia tidaklah termasuk ayat dari surat Al-Fatihah, melainkan ayat dalam Al-Qur’an yang berdiri sendiri secara utuh.

Dasar hukum hadis Nabi

Yang pertama adalah hadis dari Abdullah bin Abbas ra., beliau bersabda, “Rasulullah Saw. tidak mengetahui batas-batas surat sehingga diturunkan kepadanya ‘Bismillahir rahmaanir rahiim.’” (HR. Al-Hakim dan Abu Dari Ibnu Majah dari Ibnu Abas dengan sanad yang sah)

Yang kedua adalah hadis dari beberapa riwayat sahabat Nabi Saw., yang dimana ia berkata, “Kami tidak mengetahui batas akhir suatu surat, sehingga ‘Bismillahir rahmaanir rahiim.’” (HR. Abu Dawud dalam Jami’ al-Hakim juz I, hal. 95)

Dasar hukum Rasional

Nabi pernah bersabda, “Ada sebuah surat dalam Al-Qur’an yang terdiri dari tiga puluh ayat yang dapat memberi syafaat (pertolongan) kepada pembacanya, sehingga ia diampuni dosanya, yaitu ‘Tabaarakalladzii biyadihil mulk.’”

Para Qura’ (Ahli Qira’at) telah sepakat bahwasanya surat Al-Mulk itu terdiri dari tiga puluh ayat, kecuali “Bismillahir rahmaanir rahiim”. Andaikata “Basmalah” tersebut ikut serta dalam ayat surat Al-Mulk, tentu jumlahnya menjadi tiga puluh satu, bukan tiga puluh.

Nah, itulah jawaban dari pertanyaan “Apakah Basmalah Termasuk Ayat Dalam Al-Qur’an?”. Semoga dapat membantu anda dalam memecahkan masalah ini. Lalu mana yang harus kita pilih? Pilihlah sesuai hati nurani anda. Tetapi kami lebih cenderung ke Hanafiyah, sebab terkesan rasional dan netral. Sedangkan untuk Syafi’i dan Maliki terkesan bertentangan. Wallahu A’lam