Kisah Cinta Islami : Cinta Tak Pandang Rupa

Daftar Isi

Abusyuja.com_Pada zaman Rasulullah Saw., ada seorang sahabat bernama Sa’ad As-Sulamy. Dia adalah seorang laki-laki yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk menegakkan panji-panji “La ilaha illallah” agar senantiasa berkibar dan menyebarkan Islam agar menggema di seluruh penjuru semesta.

http://www.abusyuja.com/2020/07/kisah-cinta-islami-cinta-tak-pandang-rupa.html

Suatu ketika, Sa’ad bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, apakah warna kulitku yang hitam dan wajahku yang buruk ini akan menghalangiku masuk surga?”

Rasulullah Saw. menjawab, “Tidak! Demi Zat yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, apakah kamu tidak percaya kepada Tuhanmu dan apa yang dibawa oleh Rasul-Nya?”

Sa’ad menjawab, “Ya Rasulullah , saya telah beriman kepada Allah sejak meminang perempuan untuk dijadikan istri, tetapi semuanya menolak dengan alasan wajah saya buruk dan kulit saya hitam.”

Rasulullah Saw. bertanya, “Apakah kamu berasal dari keluarga yang baik, wahai Sa’ad?”

“Ya, sebenarnya saya dari keturunan suku Bani Sulaim. Sedangkan wajah saya yang buruk ini karena keturunan ibu saya,” kata Sa’ad.

Rasulullah pun menghadapkan wajahnya kepada semua orang yang hadir di mejelis itu, seolah-olah mencari seseorang sambil bertanya, “Apakah Amru bin Wahab dari Bani Tsaqif ada di sini?”

Orang-orang yang berada di majelis itu saling berpandangan sambil mencari orang yang disebutkan Rasulullah Saw. Selang beberapa waktu, seseorang memberitahu bahwa Amru bin Wahab tidak ada di tempat itu.

Rasulullah kembali bertanya, “Sa’ad, apakah kamu tahu di mana rumah Amru bin Wahab?”

“Ya, saya tahu di mana rumah Amru, wahai Rasulullah.”

“Sekarang kami pergi ke rumahnya. Ketuk pintu rumahnya perlahan-lahan dan ucapkanlah salam. Bila Amru menjawab salam dan mengizinkan, masuklah. Jika ditanya apa keperluanmu, katakan kepadanya, bahwa Rasulullah hendak menikahkan aku (Sa’ad) dengan putrinya,” jelas Rasulullah.

Saat itu Sa’ad terbayang putri Amru yang cantik dan bijak bernama Atiqah. Sampai dirumah Amru, Sa’ad disambut dengan baik. Setelah ditanya apa hajatnya datang ke rumah Amru, Sa’ad menjawab, “Rasulullah memintaku supaya datang ke sini dan menyampaikan supaya engkau mengawinkan aku dengan putrimu bernama Atiqah.”

Amru terkejut ketika Sa’ad menjelaskan alasan kedatangannya. Dia berkata, “Dengan wajahmu yang buruk dan kulitmu yang hitam ini, engkau ingin menikah dengan putriku? Engkau pikir putriku sudi menerimamu sebagai suaminya?”

Sa’ad tersentak mendengar jawaban Amru. Kata-kata Amru telah mengiris perasaannya. Dengan hati yang kecewa, Sa’ad pulang untuk bertemu Rasulullah dan menyampaikan perlakuan Amru terhadap dirinya.

Atiqah berkata kepada ayahnya, Amru, “Wahai ayah, sadarlah segera turunnya wahyu yang membuat ayah malu. Jika benar Rasulullah ingin saya menikah dengan Sa’ad, saya akan menerimanya dengan senang hati sebagaimana ketentuan yang diatur oleh Allah dan Rasul-Nya untukku.”

Atas nasihat Atiqah, Amru segera menyusul dan menemui Rasulullah yang saat itu sedang berada di majelis. Ketika sampai di sana, Amru ditegur oleh seseorang, “Jadi, kamulah orang yang menolak pinangan Rasulullah?”

“Benar, tetapi saya sudah meminta ampun kepada Allah. Setelah saya tahu bahwa dia ikhlas, saya bersedia menerimanya menjadi menantuku. Saya khawatir Allah dan Rasul-Nya akan murka akibat perbuatanku tadi,” jelas Amru mengakui kekhilawannya.

Setelah itu, Sa’ad dinikahkan dengan Atiqah dengan syarat membayar mahar sebanyak 400 dirham. Tapi, Sa’ad tidak punya apa-apa pun kembali menghadap Rasulullah.

“Ya Rasululla, sesungguhnya saya tidak mempunyai uang untuk membayar mahar dan saya terpaska meminjam dari kerabat saya. Saya tidak tahu apakah saya bisa membayarnya atau tidak,” ucap Sa’ad.

“Jangan bimbang. Maskawin untuk istrimu akan ditanggung oleh tiga orang. Pergilah dan temui Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, dan Ali bin Abi Thalib. Setiap orang dari mereka akan memberimu 200 Dirham,” ungkap Rasulullah.

Penjelasan Rasulullah itu menggembirakan hati Sa’ad. Dia segera menemui Ustman, Abdurrahman, dan Ali bin Abi Thalib. Ternyata Sa’ad memperoleh uang lebih banyak daripada yang diberitahukan oleh Rasulullah. Setelah mendapatkan uang maskawin itu, Sa’ad pergi ke pasar untuk membeli oleh-oleh bagi istrinya.