Pengertian Amar Ma'ruf Nahi Munkar dan Dalilnya

Daftar Isi

 https://www.abusyuja.com/2020/08/pengertian-amar-maruf-nahi-mungkar.html
Abusyuja.com_Amar ma’ruf nahi munkar merupakan frasa dalam bahasa arab yang memiliki arti mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran. Sesungguhnya Allah tidak akan menurunkan siksaan dengan merata kepada semua orang karena perbuatan-perbuatan orang tertentu, akan tetapi apabila maksiat merajalela dan tidak ada satu orang pun yang berusaha untuk mencegahnya, maka sudah sepantasnya bila semua orang akan tertimpa siksaan.

Amar ma’ruf nahi munkar merupakan unsur wajib yang harus berada pada diri setiap Muslim. Dijelaskan dalam kitab Tanbihul Ghafilin, Allah Swt. pernah menurunkan wahyu kepada Nabi Yasa’ bin Nuh as., “Sesungguhnya Aku akan membinasakan umatmu, 40.000 dari kelompok orang-orang yang baik dan 60.000 dari orang yang jahat.” Kemudian Nabi Yasa’ bertanya, “Wahai Tuhan, mengenai orang-orang jahat saya dapat mengerti, tetapi kenapa orang-orang yang baik juga dibinasakan?” Allah menjawab, “Karena mereka tidak  membenci apa yang Aku benci. Mereka makan dan minum bersama-sama dengan orang-orang jahat.”

Dari riwayat di atas bisa kita ambil kesimpulan bahwa berperilaku baik saja tidaklah cukup, tetapi kita juga harus berusaha mencegah perilaku buruk dalam lingkungan kehidupan kita. Apabila kita membiarkan sebuah kemungkaran, berarti kita sama saja tidak membencinya, dan berarti kita tidak membenci apa yang Tuhan kita benci.

Arti amar ma’ruf nahi munkar

Arti amar ma'ruf nahi munkar adalah dua prinsip yang harus ditanamkan pada diri setiap muslim, yaitu “mengajak kebaikan,” dan “mencegah kemungkaran.” Dua prinsip ini pada dasarnya memiliki keterkaitan satu sama lain. Maksudnya, kedua prinsip tersebut harus diterapkan secara bersama-sama, tidak boleh setengah-setengah. Mengajak kebaikan saja tidaklah cukup. Menghiraukan kemungkaran dan dibiarkan saja itu sama saja kita tidak membenci kemungkaran tersebut. Dan sebaliknya, cuma mencegah saja tidaklah cukup, tetapi wajib bagi kita mengajak kebaikan demi terwujudnya syiar Islam.

Contoh amar ma'ruf nahi munkar

Ada tetangga kita yang sangat awam dengan ajaran agama. Sebagai saudara seiman, kita wajib mengajaknya sembari mengajarinya bagaimana cara menjadi Muslim yang baik, ajari mereka shalat, zakat, haji, dan rukun-rukun dasar Islam. Apabila di lain waktu kita memergokinya bermaksiat, wajib bagi kita mengingatkannya dengan santun dan ramah. Jadi tidak malah dibiarkan saja.

Dalil amar ma'ruf nahi munkar

Abu Hurairah ra. pernah menceritakan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda, “Hendaklah kamu sekalian menyuruh untuk bertobat baik meskipun kami belum bisa mengerjakannya dan hendaklah kamu mencegah dari perbuatan munkar sekalipun kamu belum mampu meninggalkannya.”

Anas bin Malik ra. meriwayatkan dari Nabi Saw., bahwasanya beliau bersabda, “Sesungguhnya diantara manusia itu ada orang yang menjadi pembuka kebaikan dan penutup kejahatan. Dan diantara manusia itu ada yang menjadi pembuka kejahatan dan penutup kebaikan. Maka, beruntunglah orang yang dijadikan Allah ta'ala sebagai pembuka kebaikan dan penutup kejahatan, dan betapa celakanya orang yang dijadikan Allah sebagai pembuka kejahatan dan penutup kebaikan.”

Yang dimaksud dengan pembuka kebaikan dan penutup kejahatan adalah orang yang menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran. Inilah substansi dari Amar ma'ruf nahi munkar. Orang yang semacam itu termasuk golongan orang-orang yang beriman sebagaimana dijelaskan oleh Allah melalui Firman-Nya dalam Qur’an surat At-Taubah ayat 71 yang berbunyi, “Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh berbuat yang Ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar.” (QS. At-Taubah: 71)

Sedangkan yang dimaksud dengan membuka kejahatan dan penutup kebaikan adalah orang yang menyuruh mengerjakan kemungkaran dan mencegah dari perbuatan yang baik. Orang yang semacam ini termasuk golongan orang-orang munafik. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surat at-Taubah ayat 67 yang berbunyi, “Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama), mereka menyuruh berbuat yang mungkar dan mencegah perbuatan yang Ma'ruf.” (QS. At -Taubah: 67)

Ali Bin Abi Thalib karamallahu wajhah pernah berkata, “Amal perbuatan yang paling utama adalah menyuruh untuk berbuat baik dan mencegah perbuatan mungkar, serta membenci orang fasik. Barangsiapa yang menyuruh untuk berbuat baik,maka berarti ia akan memperkokoh barisan orang mukmin. Dan barangsiapa yang mencegah dari perbuatan mungkar, maka berarti ia menghancurkan barisan orang munafik.”

Ada sebuah hadis yang menjelaskan bagian berikut:

"Tidak ada satu bangsa yang di tengah-tengah mereka ada seorang yang mengerjakan maksiat sedangkan mereka mampu untuk merubahnya, namun mereka tidak mau merubahnya melainkan Allah meratakan siksa kepada mereka sebelum mereka mati.”

Hadis di atas dengan jelas mengancam bagi siapa saja yang membiarkan sebuah kemungkaran atau sebuah kemaksiatan terjadi. Maka dari itu, sudah sepantasnya kita sebagai umat muslim yang taat ikut andil dalam mencegah suatu kemungkaran yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dan tentunya harus sesuai dengan kemampuan.

Kenapa harus sesuai kemampuan? Karena itulah batas kewajiban kita. Contoh: Nabi mempersyaratkan adanya kata “mampu,” yaitu bila orang-orang yang baik merupakan mayoritas di daerah itu, maka mereka wajib untuk menghentikan orang-orang yang berbuat maksiat itu dari kemaksiatannya. Dan Sebaliknya, apabila ia tinggal di negara yang mayoritasnya non muslim dan banyak sekali ditemukan kemungkaran dan kemaksiatan, maka itu bukanlah porsi kemampuan kita untuk mencegah “semua” kemungkaran tersebut.

Tujuan amar ma’ruf nahi munkar

Adapun tujuan amar ma'ruf nahi mungkar adalah agar Allah tidak mengancam siksaan bagi mereka saja yang terlibat dalam kemungkaran dan orang-orang yang membiarkan kemungkaran disebut.

Allah berfirman,

“Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang Ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali-Imran: 104)

Ayat ini menjelaskan mengenai perintah Allah, dimana diantara kita harus ada sekelompok orang yang menyeru kepada perbuatan baik dan mencegah dari perbuatan mungkar. Apabila tidak, Allah akan benar-benar mengancam suatu bangsa atau suatu daerah yang didalamnya tidak ada orang-orang yang melakukan amar ma'ruf nahi munkar. Ancaman ini sejalan dengan firman-Nya yang berbunyi, 

“Mereka tidak saling mencegah perbuatan mungkar yang selalu mereka perbuat. Sungguh sangat buruk apa yang mereka berebut.” (QS. Al-Maidah: 79)

Cara menerapkan amar ma’ruf nahi munkar yang benar

Alangkah baiknya jika orang yang mengajak kepada perbuatan baik itu dalam memberikan nasihat dan ajakan kepada orang lain, dilakukan secara diam-diam, karena yang demikian itu akan lebih mengenal dan berkesan.

Abu Darda ra berkata, “Barangsiapa yang memberi nasihat kepada saudaranya dengan terang-terangan maka berarti ia menghiasi dirinya.”

Abu Sa’id al-khudri ra. meriwayatkan dari Nabi, bahwasanya beliau bersabda,

“Apabila salah seorang diantara kalian melihat ada kemungkaran, maka hendaknya ia merubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu, maka dengan lisannya. Dan apabila tidak mampu, maka dengan hatinya dan yang demikian itu adalah selama-lamanya iman.”

Sebelum melakukan Amar ma'ruf nahi mungkar, setidaknya ada 5 poin yang harus anda penuhi terlebih dahulu:

  • Mempunyai ilmu, orang yang bodoh tidak layak untuk mengajak kepada perbuatan baik. Sebab, segala sesuatu yang baik memiliki dasar hukum yang jelas dan pasti dan tidak dibuat secara asal-asalan.
  • Dalam bertindak, Ia hanya mempunyai tujuan karena Allah dan kepentingan agama, bukan untuk kepentingan diri sendiri atau kepentingan kelompok lain.
  • Bersikap ramah dan sayang kepada orang yang diajak untuk berbuat baik, menjauhkan diri dari sifat kasar dan bengis sebagaimana firman Allah dalam Qur’an surat At-Thaha ayat 44.
  • Dalam melaksanakan amar ma'ruf nahi munkar kita diwajibkan untuk mempunyai sifat sabar dan santun sebagaimana firman Allah dalam Qur’an surat Al-Luqman ayat 17.
  • Ia harus mengerjakan apa yang ia perintahkan kepada orang lain supaya dia tidak diejek oleh orang lain dan tidak termasuk dalam kategori orang-orang yang disinyalir oleh Allah sebagai orang-orang  munafik.