Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Meneladani Muhammad Al-Fatih, Penakluk Konstantinopel yang Genius

https://www.abusyuja.com/2020/09/meneladani-muhammad-al-fatih-penakluk-konstantinopel-yang-genius.html
Muhammad bin Murad yang diberi gelar Al-Fatih adalah pemimpin terbaik yang berhasil mewujudkan bisyarah (kabar gembira) yang disampaikan Rasulullah Saw. Rasulullah pernah bersabda, “Sesungguhnya Konstantinopel itu akan ditaklukan. Sebaik-baiknya panglima adalah Panglima umat Islam waktu itu, dan sebaik-baiknya tentara adalah tentara umat Islam waktu itu.”

Muhammad al-fatih diangkat untuk mendapuk khalifah Turki Usmani di usia belasan tahun. Ia mendapatkan banyak sekali cibiran dan pandangan miring dari berbagai kalangan, banyak orang yang meragukan kemampuannya terlebih karena sempat terjadi masalah besar di pemerintahan yang mengharuskan kepemimpinan dikembalikan kepada sang ayah, lalu usai permasalahan reda tahta itu diserahkan lagi kepadanya.

Untuk mendapatkan kepercayaan itu, Muhammad al-fatih mendeklarasikan visinya untuk mewujudkan penaklukan Konstantinopel sebagaimana yang sudah dimulai para pendahulunya tetapi masih belum berhasil. Banyak yang menilai bahwa visi itu mustahil tercapai karena berdasarkan ukiran sejarah pendahulunya dulu. Mereka memiliki persepsi bahwa pendahulunya saja gagal, apalagi dirinya yang masih belum memiliki berpengalaman.

Bukan hanya dari kalangan internal, pandangan miring pun juga datang dari para musuh, maka ia pun mengatakan, “Saya akan melakukan hal yang tidak pernah dilakukan para pendahulu saya.”

Iya pun mencari cara agar pasukannya bisa memasuki kota konstatinopel yang bentuk pertahanannya sangat baik. Kota Konstantinopel ini memiliki jalan masuk dari Jalur laut dan darat berupa bukit. Kota ini membuat perlindungan berupa rantai yang besar lagi kuat. Setiap kapal yang melintas pasti akan segera keram begitu menabrak rantai, itulah yang membuat kota ini masih tetap aman.

Muhammad al-fatih menuruti jiwa mudanya yang bergelora, Ia tidak mudah menyerah. Ia terus maju sampai tiba masanya Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberikan petunjuk pada imajinasinya, “Bila tidak bisa masuk lewat jalur laut, bukankah kapal-kapal itu bisa diseberangkan lewat bukit?” Mungkin begitu pikirnya, hanya itu cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

Karena tidak ada cara lain, maka cara yang terdengar “liar” itupun dicoba. Mereka bekerja keras, alhasil, dalam satu malam saja, berhasilkah diseberangkan sekitar 80 kapal dari bukit.

Orang-orang di Konstantinopel sangat terkejut, sebab begitu hari mulai cerah, yang mereka saksikan adalah kapal-kapal perang yang siap menyerbu ke kota mereka, satu hal yang tidak pernah mereka duga sebelumnya, mereka tidak pernah memikirkan strategi untuk melindungi diri dari sergapan pasukan masa dari bukit, dan alhasil, mereka kocar-kacir.

Mudah saja bagimu Ahmad al-fatih bersama pasukannya untuk menaklukkan orang-orang di Konstantinopel. Tapi, tentu saja ia menerapkan adab yang diajarkan oleh Islam, Ia tidak menyerang orang yang telah menyerah, orang yang berlindung di dalam tempat ibadah, orang orang berumur rentan, serta semua orang yang tidak mengangkat senjata.

Usia Muhammad Al Fatih pada saat menaklukkan Konstantinopel adalah menginjak 21 tahun, tapi ada riwayat yang menyebutkan ia berumur 23 tahun. Usia ini tentu saja relatif masih sangat mudah, namun kerja keras dan permohonannya kepada Allah Swt. membawanya pada keberhasilan, sebuah prestasi yang tak ternilai harganya, sebuah prestasi yang belum pernah dicapai oleh orang-orang pendahulunya.

Dalam kisah ini dapat kita ambil hikmah bahwa Muhammad al-fatih bukan berarti tidak pernah gagal dalam mewujudkan cita-citanya. Ia sudah mencoba berbagai cara sebelumnya, namun belum berhasil. Ia bukan pribadi yang gampang menyerah. ia terus belajar dan merenung, hingga Allah Swt. memberinya pencerahan.

Demikian pula kita, hendaknya jangan pernah memastikan bahwa kegagalan adalah sebuah hasil akhir. Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Tetaplah bangkitkan semangat, kita pelajari berbagai hal yang membuat kita gagal, lalu mengulanginya lagi sembari membenahi diri, dan selalu konsisten untuk terus mencoba. Insya Allah, keberhasilan akan didekatkan kepada kita. Wallahu A’lam