Berkat Salat Tahajud, Anakku Tidak Jadi Operasi Mata

Daftar Isi

https://www.abusyuja.com/2020/10/berkat-salat-tahajud-anak-ini-tidak-jadi-operasi-mata.html
Cerita ini dibagikan oleh Haji Fadhil Zainal Abidin BE. Beliau memiliki anak usia 6 bulan. Anak tersebut sakit, matanya terus mengeluarkan air mata, mengalir hingga membuat iritasi sampai ke pipi, hingga akhirnya dokter menganjurkan untuk operasi. Berikut ceritanya:

Saya punya beberapa pengalaman dalam melakukan salat malam atau tahajud untuk mengatasi beberapa masalah yang pernah saya alami. Antara lain pengalaman saya ketika anak pertama saya yang masih berumur 6 bulan sakit mata. Sudah tiga bulan lebih mata kanan anak saya selalu berair dan airnya meleleh di pipi hingga menimbulkan iritasi.

Saya membawah anak saya ke dokter Gantira seorang dokter ahli mata di Bandung. Ia menjelaskan bahwa saluran pembuangan air mata anak saya ke tenggorokan yang hanya sebesar rambut mengalami penyumbatan. Dan saluran tersebut hanya bisa dibuka lewat operasi.

Namun, karena anak saya masih berumur 6 bulan, beliau menyarankan saya untuk konsultasi dulu pada ahli anestesi, apakah anak saya bisa dianestesi untuk melakukan operasi mata. Saya dan istri saya sangat terpukul mendengar keterangan dokter tersebut. Kala itu saya sangat sedih dan cemas, mengapa anak  saya yang masih kecil harus menjalani operasi mata.

Saya meminta tolong kepada dokter ahli tersebut untuk sementara memberi obat apa saja yang dapat meringankan iritasi pada matanya. Dokter itu memberi salep mata yang harus dioleskan dua kali sehari. kami pulang dengan hati gundah. Istri saya selalu menangis mengkhawatirkan keadaan anak kami. Kami sangat cemas kalau mata anak kami harus dioperasi. Berbagai angan pikiran buruk menghantui pikiran kami.

Akhirnya, saya bertekat untuk melakukan salat malam atau tahajud, untuk memohon kepada Allah agar mata anak saya disembuhkan. Saya bangun sebelum salat subuh sekitar jam 03.30. Salep mata yang diberikan oleh dokter saya letakkan di atas sajadah tempat saja bersujud.

Saya lakukan salat tahajud dua rakaat kemudian saya berdoa agar salep mata yang diberikan dokter ini diberi kekuatan (atas izin Allah) untuk menyembuhkan mata anak kami.

Saya lakukan salat 2 rakaat 4 kali menjadi 8 rakaat dan ditutup dengan salat witir 3 rakaat, sehingga total semua menjadi 11 rakaat. Diantara masing-masing salat 2 rakaat itu saya berdoa memohon agar salep yang diberikan dokter itu mempunyai khasiat untuk menyembuhkan mata anak kami.

Saya lakukan salat tahajud setiap malam, berdoa penuh pengharapan pada Allah agar mata anak saya disembuhkan kembali. Sesuai saran dokter, salep mata itu kami berikan 2 kali sehari, waktu pagi dan sore hari.

Baca juga: Berkat Salat Tahajud, Istriku Tidak Jadi Operasi Caesar

Alhamdulillah setiap hari kami melihat ada angsurannya. Lelehan air mata pada pipi anak kami setiap hari tampak mulai berkurang. Pada hari ke tujuh, cairan pipi di mata anak saya mulai mengering dan tidak tampak lagi.

Saya terus kerjakan tahajud dan berdoa setiap malam. Alhamdulillah, atas izin Allah dan kebesaran Allah, dua minggu mengerjakan salat tahajud mata anak saya betul-betul telah sembuh. Matanya tampak bersih tidak ada bekas iritasi dan lelehan air mata lagi. Kami benar-benar bersyukur dan berterima kasih kepada Allah Swt.

Demikianlah mata anak saya tidak jadi dioperasi, ia sembuh hanya dengan memberikan salep mata dan mengerjakan salat tahajud selama dua minggu terus menerus. Walaupun pada mulanya dokter menyarankan untuk membuka saluran pembuangan air mata yang tersebut lewat operasi. Namun dengan pertolongan Allah, semua dapat kembali normal. Wallahu A'lam

Demikianlah kisah mengenai kedahsyatan tahajud. Pesan yang dapat kita ambil adalah, sandarkanlah segala urusan kita kepada Allah. Allah-lah yang menciptakan penyakit, dan Allah pula yang mengangkat penyakit.

Maka, mintalah pertolongan "hanya" kepada Allah. Ada sebuah potongan hadis begini:

Dari Abu Wail ra., dari Mu'adz bin Jabal ra. bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda,

"Maukah kamu aku beritahukan tentang pangkal, tiang, dan sekaligus puncak segala urusan?" 

Aku menjawab. "Tentu, wahai Rasulullah." 

Beliau bersabda, "Pangkal segala urusan adalah Islam, tiangnya adalah salat, dan puncaknya adalah jihad." (HR. Ibnu Majah)

Apabila segala urusan diibaratkan rumah, maka tiangnya merupakan salat. Salat adalah tiang dari segala urusan. Apabila salat kita rajin dan sungguh-sungguh, maka tiang rumah tersebut akan kuat dan kokoh. Jadi, segala urusan apa pun dapat disangga dengan tiang yang kokoh, termasuk permasalahan-permasalahan yang besar sekalipun. Wallahu A'lam