Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Empat Hal yang Dapat Menghilangkan Sifat Ujub dalam Hati

https://www.abusyuja.com/2020/11/empat-hal-yang-dapat-menghilangkan-ujub-dalam-hati.html
Dalam kacamata Islam, ujub merupakan salah satu sifat tercela yang paling dibenci Allah Swt. Ujub adalah sifat membanggakan diri sendiri, merasa bahwa dirinya lebih baik dibandingkan dengan orang lain. Bersyukur secara berlebihan pun dapat mengakibatkan hati menjadi ujub. Sedangkan hati yang dirasuki sifat tersebut akan memunculkan puncak dari akibat ujub, yaitu sifat takabur (merasa paling di atas).

Dikutip dari kitab Tanbihul Ghafilin Juz 2 halaman 267, ada satu riwayat yang menceritakan tentang Nabi Daud yang memohon kepada Allah Swt. Pada suatu ketika, beliau keluar ke pantai untuk beribadah, dan setelah genap satu tahun, beliau berdoa,

Wahai Tuhanku, punggungku telah bengkok, mataku telah letih, air mataku telah kering, namun aku belum juga mengetahui bagaimana nasibku ini.”

Kemudian, Allah mewahyukan seekor katak untuk menjawab doa Nabi Daud as. Katak tersebut akhirnya menemui Nabi Daud dan berkata,

Wahai Nabiyullah Daud, apakah kamu mengungkit-ungkit ibadahmu kepada Tuhanmu selama satu tahun? Demi Dzat yang mengutus kamu dengan sebenar-benarnya menjadi Nabi, sesungguhnya saya (si katak) telah berada di pantai ini selama 30 tahun, atau 60 tahun dengan selalu bertasbih, dan bertahmid kepada-Nya, sedangkan persendianku senantiasa bergetar karena takut kepada-Nya.”

Mendengar ucapan katak itu, Nabi Daud as, langsung menangis. Ada yang menyebutkan bahwa kisah ini pernah juga terjadi pada diri Nabi Musa as. sesudah beliau membunuh tanpa sengaja. Wallahu A’lam

Pembaca yang dirahmati Allah, menghilangkan ujub dalam hati merupakan satu hal yang diwajibkan. Meski prosesnya agak sedikit sulit, tetapi setidaknya ada usaha dari kita untuk selalu merasa rendah hati, serta melatih diri untuk selalu ingin membenahi diri.

Di dalam redaksi yang sama, tepatnya pada Kitab Tanbihul Ghafilin dengan juz dan halaman yang sama sebagaimana shahifah di atas, Al Faqih Abul Laits Assamarqandi memberikan beberapa tips tentang tata cara mematahkan atau menghilangkan sifat ujub dalam hati. Berikut caranya:

1. Menyadari Bahwa Pertolongan Hanyalah dari Allah Swt.

Pertama, hendaknya ia menyadari bahwa segala pertolongan itu datangnya hanyalah dari Allah Swt. Barangsiapa yang menyadari hal tersebut, maka ia akan selalu bersyukur dan tidak pernah merasa ujub. Dengan catatan, bersyukurlah dengan batas yang wajar. Jangan pernah bersyukur secara berlebihan. Misal, “Alhamdulillah, Allah telah memberiku nikmat menjadi orang yang terpandai di kelas,” dan lain sebagainya.

2. Selalu Menyadari Nikmat dari Allah Swt.

Kedua, hendaknya ia selalu menyadari atas segala nikmat yang diberikan Allah kepadanya. Barangsiapa yang menyadari nikmat-nikmat-Nya, niscaya ia akan selalu bersyukur, dan merasa bahwa semua amaliahnya itu ternyata kadarnya sangatlah kecil sehingga tidak akan tumbuh rasa ujub dalam hatinya.

3. Selalu Khawatir Apabila Amalnya Tidak Diterima

Ketiga, hendaknya ia selalu merasa khawatir bila amalnya tidak diterima oleh Allah. Barangsiapa yang melakukan demikian, niscaya hatinya tidak akan ujub. Berbeda jika ia merasa bangga telah melakukan ibadah sebanyak-banyaknya, serta ia merasa pantas bahwa ibadahnya diterima, dan merasa pantas masuk surga. Itu merupakan satu contoh sifat ujub yang paling berbahaya dan paling dibenci Allah Swt.

4. Mengingat Dosa yang Pernah Dilakukan

Keempat, hendaknya ia selalu mengingat-ingat dosa yang pernah dilakukannya. Apabila ia merasa khawatir bahwa dosa-dosanya itu akan lebih banyak dibandingkan dengan pahala-pahalanya, niscaya hatinya tidak akan merasa ujub.

Itulah empat hal yang dapat menghilangkan rasa ujub dalam hati manusia. Semoga apa yang kami sampaikan bermanfaat. Wallahu A’lam