Mengenal Pengkaderan Dalam PMII

Daftar Isi

https://www.abusyuja.com/2021/02/mengenal-pengkaderan-dalam-pmii.html
Pengkaderan merupakan suatu proses pembentukan karakter seseorang agar sepaham dengan ideologi ataupun agar orang tersebut mengerti aturan-aturan yang ada dalam suatu kelompok, sehingga orang tersebut dengan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya tersebut.

Pengkaderan juga berfungsi sebagai sarana memperkenalkan lingkungan kepada mahasiswa baru dan saling mengenal antar sesama mahasiswa baru (masa orientasi).

Pengkaderan pada hakikatnya sebuah hal yang penting di dalam suatu kelompok ataupun organisasi, agar kelompok atau organisasi tersebut dapat membentuk kader-kader baru yang berkualitas, yang tentunya ke depannya akan dapat berguna bagi kelompok atau organisasi tersebut karena banyaknya kader-kader yang berkualitas.

Ketika berbicara mengenai Pengkaderan, maka tidak akan terlepas dari yang namanya kelompok atau organisasi, PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) merupakan organisasi pengkaderan tingkat mahasiswa yang mempunyai tujuan terbentuknya pribadi muslim yang bertakwa kepada Allah Swt., berilmu, berbudi luhur, tangkas dan bertanggungjawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia. Sebagai organisasi pengkaderan, yang posisinya berada di luar (ekstra) kampus, yang secara bertahap terus melakukan proses kaderisasi, baik secara formal, maupun non formal.

Pengkaderan dengan konsep yang baik bagi mahasiswa baru, agar tidak ada kata kader terlantar maka perlu melihat dari esensi serta tujuan dari pengkaderan itu sendiri. PMII dengan manhaj Ahlussunnah Wal Jamaah yang sampai sekarang menjadi prinsip landasan berpikir.

Dalam hal ini tidak kekurangan cara untuk merangkul semua kader yang begitu banyaknya, yang pertama, dalam PMII telah melakukan proses adaptasi dan terbuka dengan bentuk ormas-ormas Islam  yang lain dan juga tidak mengesampingkan tradisi budaya yang berlaku di Indonesia, sebagai bentuk modal akulturasi budaya dan ideologi yang pernah dilakukan oleh Walisongo.

Bahkan karena model pengkaderan berbagai ormas Islam di Indonesia sangat dipertimbangkan untuk mencari atau membuat suatu bentuk pengkaderan yang lebih dinamis dan tidak bertentangan dengan manhaj dari PMII itu sendiri (ASWAJA).

Tidak ada kata memaksa dalam PMII, karena kembali lagi kepada esensi serta tujuan dari PMII itu sendiri, bahkan tidak ada kata membeda-bedakan antara senior atau juniornya, karena hakikat semuanya adalah sahabat, jadi dalam proses pengkaderan, kader tidak merasa didiskriminasikan, semua guyub rukun dalam wadah PMII, inilah yang dipegang oleh PMII dan kader pun merasa nyaman.

Melihat juga konsep pengkaderan harus sesuai dengan Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Oleh karena itu, dalam PMII mengedepankan bagaimana membuat mahasiswa itu mendapatkan ilmu yang berguna bagi mereka ke depannya, tetapi tidak harus melaksanakan kehendak atau menggurui  seseorang apalagi membentak.

Diterapkan pula dalam PMII Partner Development dengan cara mengajak musyawarah atau sharing bersama. Pengkaderan dalam PMII juga membuat mahasiswa baru mengetahui fungsinya sebagai mahasiswa, karena sebagai mahasiswa bukan hanya mempunyai fungsi akademik, tetapi juga banyak fungsi lain.

Contohnya, mahasiswa berfungsi sebagai teladan dalam masyarakat (Moral Force), pengawal kebijaksanaan pemerintah (Social Control), dan agen perubahan (Agen of Change). Tetapi semua itu harus disampaikan dengan cara yang benar sehingga mahasiswa baru dapat mengetahui hakikat dan fungsinya sebagai seorang mahasiswa.

Dalam tubuh PMII, dalam konsep pengkaderannya tidak akan melupakan tiga hal, itulah yang akan membangun para kader dan membuat mereka memiliki rasa saling memiliki. Selain itu, dalam pengkaderan itu sendiri tidak akan pernah terlepas dengan yang namanya diskusi.

Dengan diskusi, kita bisa membaca situasi sosial yang ada dan juga sebagai wujud pertimbangan sumber daya manusia, itu yang lebih penting. Dan yang pasti dalam diskusi akan erat kaitannya dengan membaca, karena diskusi dan membaca adalah salah satu bentuk yang tak pernah bisa dipisahkan. Karena dalam pengkaderan PMII, kita sebagai masyarakat pergerakan harus tahu apa yang akan kita tempuh sebelum bergerak.

Kedua, yaitu menulis. Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap manusia jika ingin diakui eksistensinya ia harus mempunyai karya, karena dengan menulis, kita akan dikenang. Dan lewat tulisan itu juga pemikiran kita akan dibaca dan dianut oleh pembaca dan memberi varian baru dalam pemikiran kader PMII sendiri.

Ketiga, yaitu aksi atau yang sering kita sebut “turun jalan”, karena hal itulah PMII ada. Kata “P” dalam PMII adalah “pergerakan”, karena itu kita tidak bisa meninggalkan hal yang paling penting dalam tubuh PMII itu sendiri.

Setelah kita tahu apa permasalahan masyarakat dan mendiskusikannya, akhirnya kita mempunyai tujuan yang harus dilakukan setelah kita semua sadar dengan permasalahannya, dan terakhir, baru kita menentukan sikap.

Dalam hal ini kita sebagai agen pergerakan yang senantiasa menjadi tangan kanan masyarakat sebagai pengontrol kebijakan pemerintah yang merugikan harkat dan martabat orang banyak.

Tetapi yang terpenting dari itu adalah PMII memanusiakan mahasiswa baru, bukan membuat sebuah robot mahasiswa yang selalu patuh pada seniornya. Dan untuk memanusiakan mahasiswa baru, harus dilakukan dengan cara yang manusiawi dan melalui proses pengalaman serta pengamalan yang mulai dan bertanggungjawab dan bukan melalui sebuah program pengkaderan yang penuh penyiksaan, terkanan dan doktrin.