Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

5 Nikmat Allah yang Jarang Kita Sadari

5 Nikmat Allah yang Jarang Kita Syukuri
Nikmat adalah anugerah kebaikan yang diberikan kepada setiap manusia. Nikmat ini tidak memandang baik buruknya seseorang. Allah memberikan nikmat kepada siapa saja, baik kepada orang-orang saleh, maupun kepada orang-orang yang tidak taat kepada-Nya.

Orang Muslim bisa sehat, orang kafir pun juga bisa sehat. Orang soleh bisa menjadi kaya, orang zalim pun juga bisa menjadi kaya. Maka, nikmat Allah tidaklah dikhususkan untuk orang-orang baik saja.

Sesuai judul di atas, kami ingin menjelaskan mengenai 5 nikmat Allah yang jarang kita syukuri. Padahal kalau dipikir-pikir, nikmat inilah yang sebenarnya paling mahal dan paling berharga.

1. Kesehatan

Pertama adalah nikmat kesehatan. Apabila dilabeli harga, uang satu negara pun tidak dapat membeli kesehatan. Kesehatan adalah salah satu nikmat terbesar dari Allah. Orang yang masih diberi kesehatan, walaupun miskin, ia tetap harus bersyukur. Kesehatan adalah nikmat yang harus kita syukuri. Sebab, tidak semua orang diberi kesempatan untuk sehat.

Orang yang kaya-raya, rumahnya tingkat 17, mobilnya 35, dan memiliki emas berkarung-karung, tetapi kalau tubuhnya penuh dengan penyakit, apalah arti semua kekayaannya? Lalu, kalau makannya setiap hari daging steak termahal tetapi ia memakannya sembari menahan Sariawan, apa nikmatnya?

Itulah mengapa kesehatan adalah salah satu nikmat paling mahal dari Allah yang wajib kita syukuri. Sebab, sehat tidak bisa dibeli dengan uang.

2. Iman

Diberi keimanan juga termasuk salah satu nikmat dan anugerah terbesar dari Allah. Semua kekayaan, kebahagiaan, kemasyhuran, tidak akan ada artinya apabila hatinya tidak iman. Orang yang tidak memiliki iman, akan menganggap bahwa semua yang ia dapatkan adalah hasil dari kerja kerasnya sendiri. Tetapi kalau orang punya iman, ia akan bisa memahami kalau setiap nikmat yang ia miliki itu berasal dari Allah.

Orang yang tidak memiliki iman (kafir), tetapi berani bersedekah 1.000 ekor sapi sekali pun, maka tetap saja tidak ada pahala baginya. Sebab, pahala hanya dikhususkan untuk orang-orang Muslim. Sedangkan orang-orang kafir (orang-orang yang tidak memiliki iman) tidak ada balasan baginya atas amal-amal baik yang ia miliki. (Lihat Syarh Shahih Muslim, 10: 195)

3. Hati yang Bersih

Memiliki hati yang bersih juga merupakan sebuah kenikmatan. Orang yang hatinya bersih, akan dapat memfilter kebaikan dan keburukan. Orang yang hatinya kotor, ia akan cenderung memiliki prasangka buruk.

Misal, ketika Allah memberikan cobaan berupa banjir, dirampok, rumah kebakaran dan lain misalnya, orang yang hatinya bersih dan baik akan berpikir bahwa ini adalah cobaan dari Allah kepada makhluk-Nya, dan ia pun meyakini bahwa ia mempu untuk menerima cobaan itu. Sebab, Allah tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan hamba-Nya.

Sebaliknya, orang yang hatinya kotor akan merasa bahwa musibah atau cobaan ini tidak adil, ia merasa tidak terima atas apa yang terjadi kepadanya, bahkan ia berprasangkan buruk bahwa Allah tidak sayang kepadanya.

4. Nikmat yang Kita Nikmati

Segala nikmat yang kita nikmati adalah berasal dari Allah. Tanpa kita sadari, segala fasilitas yang kita nikmati di rumah, di kantor, dan di mana pun itu, semua adalah bagian dari nikmat Allah. Bahkan, gadget yang kita pegang untuk mengakses kajian ini juga termasuk dari nikmat Allah.

Yang sedang tiduran sembari mencari kajian-kajian agama, rasa nyaman itu pun juga bagian dari nikmat Allah. Tanpa kita sadari, Allah telah memberikan kita kenikmatan yang mustahil untuk dihitung. Mulai dari bangun pagi, makanan yang kita nikmati, kesegaran minuman yang kita nikmati, kemampuan kita untuk beraktivitas, bahkan sampai tidur lelap di malah hari, semua adalah bagian dari nikmat dan kuasa Allah.

5. Ringan Bersyukur

Saat kita terbiasa bersyukur, maka hal sekecil apa pun akan kita anggap sebagai nikmat dari Allah. Contoh sederhana, saat kita memegang sendok untuk menikmati makanan, kita pasti berpikir bahwa yang membuat tangan kita kuat bukanlah diri sendiri, tetapi Allah. Makanan yang kita rasakan dari lidah, itu pun juga bukan kuasa kita sendiri, melainkan Allah.

“Maka aku bersyukur diberi kemampuan dan kekuatan untuk memegang sendok agar aku bisa menikmati makan, dan aku juga bersyukur karena Allah menciptakan lidahku dengan normal, sehingga aku bisa menikmati semua makanan.”

Itulah contoh kecil dari mudah bersyukur, yang merupakan salah satu bentuk nikmat dari Allah yang jarang kita sadari. Tetapi, kalau orang jarang bersyukur, ia akan merasa kurang dan kurang, hatinya jadi tamak, dan ia akan iri dengan kenikmatan-kenikmatan orang lain yang tidak diberikan kepadanya. Wallahu A’lam