Inilah Sifat Buruk Alami Manusia yang Wajib Dibenahi

Daftar Isi
Inilah Sifat Buruk Alami Manusia yang Wajib Dibenahi

Ketika Zaid sudah mendapatkan barang A, ia pasti akan menginginkan yang lebih, seperti menginginkan barang B misalnya. Ketika sudah mendapatkan barang B, ia kemudian penasaran dengan barang C dan kemudian ingin memilikinya juga.

Begitu juga dengan mbak Siti. Ia dibelikan suaminya sebuah tas bermerek A. Selang beberapa hari, ia bertemu dengan teman arisannya sembari membawa tas bermerek B. Akhirnya mbak Siti pun kepincut dan ingin memiliki tas bermerek B juga. Ia merengek kepada suaminya dan akhirnya keinginannya pun dituruti. Setelah memiliki tas bermerek A dan B, pada suatu hari, ia berpapasan dengan ibu lurah yang sedang membawa tas bermerek C, yang “kata para tetangganya” itu adalah tas limited edition. Ia pun merengek kepada suaminya lagi, dan seterusnya.

Dari dua kisah tersebut, ada satu sifat fundamental manusia yang bisa kita temukan, yaitu sifat rakus, sifat serba kurang, dan sifat ingin memiliki semuanya.

Itulah sifat dasar manusia, selalu merasa kurang dan kurang. Selalu merasa bahwa apa yang ia miliki belum cukup, dan tak jarang dari mereka saling membanding-bandingkan satu sama lain.

Di dalam kitab Al-Hikam, ada satu petuah mulia yang patut kita renungkan:

“Kadang-kadang Allah memberimu, kadang-kadang ia menahan anugerah untukmu. Kadang-kadang Allah tidak memberi untukmu, meskipun ia telah memberi untukmu.”

Ada dua poin yang perlu digaris bawahi: 

Pertama, apabila Allah memberikanmu suatu anugerah kekayaan, belum tentu Allah akan memberimu juga taufik dan hidayah-Nya.

Kedua, apabila Allah tidak memberimu anugerah kekayaan, bisa jadi karena Allah telah memberimu taufik dan hidayah-Nya.

Intinya, untuk menyikapi sifat fundamental ini, kita diharuskan berlatih dalam bersyukur dan tahu diri. Artinya, tahu diri bahwa apa saja yang diberikan Allah haruslah digunakan dalam menunjang ketaatan kepada-Nya. Dan selalu berpikir positif mengenai apa yang diberikan Allah kepadanya.

ketika besok pagi kita ditakdirkan sarapan telur dadar, jangan iri dengan mereka yang sarapannya ayam goreng. Justru bersyukurlah dengan dasar masih diberi kemampuan untuk membeli telur.

Bagaimana dengan yang lauknya tempe karena tak mampu membeli telur dadar? Tetaplah bersyukur!

Karena Allah sudah menakdirkan petani kedelai, tanah, hujan, dan pihak atau elemen yang bersangkutan untuk berproses menghasilkan sejenis lauk yang ditakdirkan oleh Allah ada di meja makan kita. Dan itulah satu mekanisme yang menakjubkan untuk direnungkan, dan bisa saja tempe tersebut adalah salah satu suguhan terbaik dari Allah untuk sarapan kita.

Itulah pengandaian substansi dari tahu diri. Setiap apa yang kita miliki dan manfaatkan, berarti itulah pemberian terbaik dari Allah Swt. Jangan terlalu menginginkan sesuatu yang tidak kita perlukan. Karena setiap apa yang kita inginkan belum tentu menjadi kebutuhan kita.

Imam Muhyiddin Ibnul Araby dalam kitab Al-Hikam berkata, “Sesungguhnya seorang hamba tidak memilih sendiri, akan tetapi menyerah kepada iradat Allah, yang menciptakan semua kebutuhan manusia dan yang membagi-bagikannya.”

Jangan terlalu fokus meratapi keinginan yang belum dikabulkan oleh Allah, tetapi fokuslah untuk bersyukur atas apa yang Allah berikan kepada kita, termasuk pemberian yang secara fundamental memenuhi kebutuhkan kita, Wallahu A’lam.