Ingat! Kemauan yang Kuat Tidak Akan Mengubah Takdir

Daftar Isi

Ingat! Kemauan yang Kuat Tidak Akan Mempengaruhi Takdir
Kemauan yang kuat tidak akan pernah mampu menggoyahkan tabir takdir dari Allah, itulah salah satu kutipan masyhur dalam kitab Al-Hikam. Kemauan keras atau biasa disebut himmah sawabiq, merupakan kekuatan yang dimiliki oleh manusia atas izin Allah untuk memperoleh sesuatu yang dicari dalam kehidupan duniawi.

Sebagaimana kelaziman yang berlaku, ketika seseorang memiliki keinginan kuat, memiliki tekat yang keras untuk mendapatkan sesuatu, maka hal tersebut akan menjadi pendorong untuk mendapatkan atau mencapai apa yang diinginkannya itu.

Akan tetapi, semangat yang membara dari seseorang untuk mewujudkan cita-citanya tetaplah berkaitan erat dengan iradah dan izin Allah. Artinya, kekuatan dan tekat yang dimiliki manusia itu terbatas dan akan tertambat pada kehendak dan takdir Allah. Sebab, cita-cita sekeras apapun yang dimiliki oleh seseorang tidak akan mungkin bisa menerobos takdir Allah Swt.

Akan tetapi, dalam beberapa hal, ketika seseorang merasakan memiliki kemauan dalam dirinya untuk mendapatkan apa yang ia cita-citakan, maka kemauan keras itu hendaklah tersalurkan bersama gerakan iman yang memenuhi seluruh kalbunya.

Sebab, iman inilah yang akan mengatur himmah (kemauan) yang dimiliki oleh seseorang. Apakah ia tunduk kepada takdir Allah ketika ia telah melaksanakan panggilan himmah-Nya ataukah mungkin menolak. 

Apabila ia menerima qada dan qadar Allah, dan dibarengi dengan ikhtiar yang sungguh-sungguh dan penuh semangat, maka itulah hakikat iman yang sesungguhnya. Sebab, hal itulah yang akan membuatnya menjadi tenang. Ia tidak mudah putus asa dan tidak mudah menyesal apabila di kemudian hari ia mendapati kegagalan.

Takdir adalah permasalahan yang gaib, yaitu permasalahan yang tidak dapat dilihat oleh indra manusia. Hanya Allah yang mengetahui segalanya. Sebagaimana firman-Nya:

Dan di sisinyalah alam gaib, tidak ada yang mengetahui kecuali Dia (Allah) sendiri.(QS. Al-An’am)

Di dalam ayat lain, ada penegasan bahwa tidak ada peristiwa di alam semesta ini kecuali sesuai dengan kehendak Allah:

Takdir adalah ketentuan akhir dari Allah untuk manusia. Apabila Allah telah menetapkan takdir itu, maka tak seorang pun yang mampu menolak ataupun menundanya.” (QS. Fatir: 21)

Manusia tidak mengandalkan angan-angannya untuk menjangkau kehendak dan cita-citanya. Sebab, setelah ikhtiar, manusia akan dihadapkan kepada kenyataan yang sebenarnya, itulah takdir Allah.

Kemuliaan ibadah seorang hamba adalah pada keadaan akhir, ketika ia dengan ikhlas menerima ketentuan Allah. demikian juga halnya tentang rezeki yang telah ditentukan pembagiannya oleh Allah.

Syekh Ahmad Ataillah mengatakan bahwa seorang hamba hendaklah tekun kepada apa yang telah dijaminkan Allah kepadanya dan mampu menjadikannya sebagai ibadah. Sedangkan orang yang tidak istiqamah adalah orang yang lalai terhadap apa yang telah dijaminkan oleh Allah untuknya.

Hal ini sejalan dengan firman Allah Swt.:

Kamu tidak dapat berbuat menurut kehendakmu, kecuali telah dikehendaki oleh Allah. Sesungguhnya Allah adalah Mahamengetahui lagi Mahabijaksana.” (QS. Al-Insan: 30)

Tidak ada satu makhluk melata pun di muka bumi ini, kecuali telah disediakan Allah rezeki untuknya.” (QS. Al-Hud)

Substansi dari apa yang sudah kami paparkan di atas adalah, setiap kemauan kuat, tekat yang kuat, serta ambisi yang kuat dari seseorang dalam mengejar kemauan atau cita-citanya, semua tak lepas dari takdir Allah.

Maka dari itu, seseorang yang bekerja keras dalam menggapai cita-citanya haruslah memenuhi hatinya dengan keimanan. Agar setiap apa yang mereka dapatkan nanti, entah itu kesuksesan maupun kegagalan, semuanya akan diterima tanpa penyesalan dan mudah baginya untuk ikhlas menerimanya.