Memikirkan Masa Depan Menurut Islam

Daftar Isi

Memikirkan Masa Depan Menurut Islam
Abusyuja.com – Tenangkanlah diri kita ini dari memikirkan urusan duniawi. Sebab, setiap apa yang akan terjadi pada diri kita telah direncanakan oleh Allah, maka tidak perlu bagi kita untuk sibuk memikirkannya.

Di dalam Islam, ada istilah tadbir, yaitu rencana masa depan seorang hamba sesuai dengan kemauan dan kesanggupannya. Hal ini bukannya tidak diperkenankan kepada manusia, akan tetapi manusia perlu memahami bahwasanya sebagai sesuatu yang berlaku dalam hidup di dunia ini telah diatur oleh Allah Swt. atas diri seseorang, maka tidak lagi perlu ia ikut mengaturnya.

Seperti halnya yang telah diutarakan oleh sayid Abu Hasan Asy-Syadzili:

Apabila kalian harus mengatur diri juga, maka lebih baik aturlah agar kalian tidak mengatur.”

Allah memberikan kesempatan kepada manusia agar dapat mempergunakan insting dan indranya untuk mencemaskan segala keperluan hidup dunianya, dan memberi kesempatan pula supaya mampu mempertahankan nikmat dan anugerah Allah yang telah diterima oleh manusia, karena itulah fitrah Allah yang berlaku atas manusia. Akan tetapi, Allah juga mengingatkan kepada manusia, bahwa semua rencana Allah juga akan berlaku, dan apa yang diatur oleh Allah atas manusia itulah yang pasti.

Allah berfirman, “Seandainya kalian semua bertawakal kepada Allah dengan berserah diri sepenuhnya, maka tentu kalian akan memperoleh rezeki seperti juga burung-burung mendapat rezekinya di pagi hari ketika mereka sedang lapar, dan kembali pulang ke sarangnya dengan perut kenyang.” (HR. Tirmidzi)

Menerima semua yang ditetapkan Allah dengan rasa sabar akan melahirkan rasa tawakal, dengan rasa tawakal itulah seorang yang arif bijaksana akan mengukuhkan imannya.

Allah berfirman:

Hanya orang yang sabar yang akan ditetapkan pahala mereka tanpa batas.(QS. Az-Zumar: 10)

Ukuran orang bijak atau arif dalam menghadapi ketetapan Allah adalah ia dapat merasakan semua pemberian Allah itu sebagai suatu ujian atas kemampuan imannya.

Ia akan menerima semua yang datang dari Allah tidak karena ukuran untung atau rugi, senang atau susah, melainkan semata-mata karena ukuran iman yang menghiasi hati sanubarinya sendiri.

Maka dari itu, seharusnya kita memahami bahwa rencana Allah atas kehidupan kita ini bukanlah suatu rencana yang main-main. Angan-angan yang ada di dalam benak kita bukanlah suatu hal yang dilarang oleh Allah. Ikhtiar kita dalam mengejar masa depan pun juga merupakan hal yang tidak dilarang.

Akan tetapi, kita harus meyakini dengan keimanan yang teguh, bahwa semua yang direncanakan Allah, tak seorang pun yang mampu menghalanginya. Apabila Allah telah memberikan karunia kepada seseorang, maka karunia itu pasti datang walaupun ada yang menghalanginya. Demikian juga apabila Allah memberikan peringatan atau cobaan kepada seseorang, maka tak ada seorang pun yang berkuasa untuk mencegahnya.

Substansi dari pemaparan di atas adalah, dalam memikirkan masa depan, kita dituntut untuk menanamkan keimanan terhadap skenario yang sudah ditentukan Allah.

Meskipun ada ladang ikhtiar yang dapat kita tanami usaha dan merawatnya dengan kerja keras, tetap saja bahwa Allah-lah yang menentukan hasil panennya.

Jangan terlalu percaya mengenai rumus yang dibuat manusia, bahwa orang yang bekerja keras akan kaya, sedangkan orang yang pemalas akan jatuh miskin. Akan tetapi percayalah bahwa Allah mampu memungkinkan sesuatu yang tidak mungkin.

Artinya, kita harus percaya bahwa Allah juga bisa membuat orang yang bekerja keras tetap selamanya menjadi miskin, dan orang yang pemalas malah selalu diberi kekayaan oleh Allah. Wallahu A'lam