Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Naskah Pidato Memperingati Maulid Nabi Bulan Rabiulawal

Naskah Pidato Memperingati Maulid Nabi Bulan Rabiulawal
Abusyuja.com - Sebagai umat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang mencintai beliau, sudah sepantasnya jika pada bulan kelahiran beliau ini, kita merayakannya dengan kegiatan yang sesuai dengan anjuran syariat Islam sebagai bukti cinta kita kepada beliau.

Bukan malah sebaliknya, memperingati Maulid dengan kemaksiatan dan kemungkaran yang bertentangan dengan kata "cinta" kepada beliau. Peringatan Maulid Nabi hendaklah dijadikan momentum penyegaran kecintaan dan ketaatan pada ajaran yang dibawa oleh beliau, bukan untuk kepentingan lain.

Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Qur'an Surat Ali Imran ayat 31-32:

"Katakanlah, 'Jika kamu benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang'. Katakanlah,  'Taatilah Allah dan rasul-Nya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang kafir.'" (QS. Ali Imran: 31-32)

Manifestasi cinta kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam agaknya memerlukan penyegaran kembali pada dewasa ini. Sebab, hal tersebut merupakan tuntunan ajaran agama yang harus dijaga kemurniannya, jangan sampai malah diarahkan kepada hal-hal yang menyimpang.

Hal ini tentunya sangat penting untuk diingat, mengingat pada akhir-akhir ini, tampak gejala-gejala yang perlu mendapatkan perhatian dan pelurusan, di antaranya yaitu bentuk kegiatan peringatan maulid nabi yang hanya sekedar kegiatan rutinitas untuk menghabiskan anggaran biaya yang sangat besar tanpa disemangati kecintaan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, sehingga bentuk-bentuk peringatannya tersebut terkadang menyimpang jauh, bahkan bertentangan dengan logika kecintaan kepada beliau.

Ketika kita mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, kita harus menyadari bahwa peringatan tersebut merupakan bagian dari  manifestasi cinta Rasulullah. Maka dari itu, nilai ritual yang ada di dalamnya harus mencerminkan logika kecintaan kepada beliau, bukan malah sebaiknya, melakukan hal-hal kontradiktif dengan logika cinta.

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda:

"Barangsiapa yang mencintai sunahku, maka sungguh ia telah mencintai aku, maka ia bersamaku di surga." (Al-Hadis)

Di dalam kitab Durratun Nasihin dijelaskan bahwa:

"Barangsiapa yang menginginkan melihat Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam, hendaklah ia mencintai beliau dengan kecintaan yang sungguh. Adapun tanda-tanda cinta Rasulullah adalah mengikuti sunnah beliau yang mulia dan memperbanyak bershalawat untuk beliau, sebab Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam telah bersabda, 'Barangsiapa mencintai sesuatu, maka ia tentu banyak menyebutnya.'" (Durratun Nasihin)

Mencermati hadis di atas dapatlah kita simpulkan bahwa inti dari cinta adalah mengikuti dan meneladani sosok yang dicintai, begitu halnya ketika kita mencintai Rasulullah, maka kita harus mengikuti dan meneladani sunnah-sunnah beliau dan memperbanyak membaca shalawat kepada beliau, dengan kata lain, ungkapan rasa cinta kepada beliau harus diaktualisasikan dalam bentuk sikap dan perbuatan yang berorientasi kepada nilai religius, bukan sebatas formalitas belaka.

Seorang wali bernama Hatim az-Zahid berkata:

"Barangsiapa mengaku cinta Rasulullah tanpa mau mengikuti perilaku beliau, maka ia adalah seorang pembohong."

Maka dari itu, di bulan Rabiul Awal ini, marilah kita jadikan momentum untuk menyegarkan kecintaan kita kepada beliau sekaligus menaati dan mengikuti sunnah-sunnah beliau. Hal ini sebagai refleksi dari cinta rasul yang sesungguhnya agar kelak kita memperoleh syafaat beliau. Amin, ya robbal alamin.