Hal-Hal yang Dapat Merusak Pernikahan Dalam Islam

Daftar Isi

Hal-Hal yang Dapat Merusak Pernikahan Dalam Islam
Abusyuja.com – Dampak dari dinamika perkawinan banyak sekali, ada yang bersifat baik, ada juga yang bersifat tidak baik. Ketika pasangan suami istri memosisikan hubungan perkawinan menjadi tempat yang nyaman dan menjadi sumber kekuatan untuk menghadapi tantangan hidup, maka di dalam menjalani dinamika perkawinan, mereka akan mampu menyelesaikannya dengan sehat dan baik.

Begitu juga sebaliknya, ketika perkawinan mereka jadikan sebagai beban dan sumber dari berbagai masalah, maka bisa dipastikan mereka tidak akan pernah berhasil mengelola konflik dengan sehat dan baik.

Padahal di dalam Al-Qur'an sudah jelas dan tegas mengatakan bahwa pasangan suami istri hendaklah bersikap dan berperilaku baik satu sama lain (mu'asyarah bil ma'ruf).

Lantas, bagaimana bentuk atau praktik nyata dari perintah tersebut? Berdasarkan berbagai penelitian, ada beberapa sikap dan perilaku yang dapat menghancurkan hubungan suami-istri. Sikap ini biasa dikenal dengan sebutan, "Sikap Penghancur Hubungan".

Sikap penghancur hubungan ini biasanya muncul ketika pasangan suami-istri sedang menghadapi suami masalah. Misal, ketika Ibu Mertua ingin tinggal bersama pasangan suami, namun si suami tidak menyetujuinya. Atau adanya perbedaan pendapat antara suami dan istri tentang cara mendidik atau mendisiplinkan anak.

Berikut beberapa sikap yang dapat merusak atau menghancurkan hubungan perkawinan:

1. Sikap Menyalahkan

Yang pertama adalah sikap menyalahkan atau biasa disebut dengan kritik pedas, di mana pasangan suami-istri tidak dapat melihat kebaikan dan keunggulan dari pasangan, dan mereka juga tidak dapat melihat kesalahan mereka sendiri yang mengakibatkan terjadinya pertengkaran.

Contoh:

Suami menganggap istri tidak becus dalam berperan menjadi ibu, sehingga anak-anak mereka menjadi bandel, nakal, dan suka berkelahi. Ia lupa bahwa tanggungjawab menjadi orang tua (soal mendidik anak) adalah tanggungjawab mereka berdua, bukan dari pihak istri saja.

2. Sikap Membenci dan merendahkan

Yang kedua adalah sikap membenci atau merendahkan pasangan, di mana pasangan suami istri secara sadar menilai bahwa pasangannya bukanlah pribadi yang baik, sering membandingkannya dengan orang lain, serta menunjukkan kebenciannya dengan cara mengungkit berbagai kelemahan dan kekurangan dari pasangan.

Contoh:

Salah satu dari mereka baik suami atau istri mengatakan perkataan ini kepada pasangannya, "Aku menyesal telah menikah denganmu, kalau dulu aku mau menikah dengan si Fulan, niscaya hidupku sudah makmur bahagia, kaya raya, dan tidak menderita seperti sekarang."

3. Sikap Membela Diri

Yang ketiga adalah sikap membela diri untuk mencari-cari alasan, di mana baik suami maupun istri menganggap bahwa sikap salah atau buruk dari perilakunya bukanlah berasal dari dirinya. Artinya, ia menganggap bahwa kesalahan yang ia lakukan disebabkan karena hal lain di luar dirinya.

Contoh:

Suami yang terlalu sibuk beraktivitas di luar rumah, kemudian ia membela dirinya dengan menyalahkan istri yang membuatnya tidak kerasan di rumah.

4. Sikap Mendiamkan atau Cuek

Yang terakhir adalah sikap mendiamkan atau cuek, di mana baik suami atau istri lebih cenderung memilih mendiamkan pasangannya. Lazimnya, mereka melakukan hal demikian karena tidak ingin berujung pertengkaran, mereka justru lebih memilih bersikap pasif-agresif dengan cara saling menyerang dalam diam. Dalam kasus ini, mereka melawan dengan melakukan hal yang berbeda dengan apa yang diharapkan pasangan, atau melakukan hal yang tidak disukai atau dibenci oleh pasangan.

Contoh:

Suami meminta istri untuk menerima ibu dari sang suami tinggal bersama mereka, kemudian sang istri tidak menentang, akan tetapi selama ibu mertua tersebut tinggal di rumah, ia selalu mendiamkannya, serta mengabaikan kebutuhannya.

Pembaca yang dirahmati Allah, keempat sikap tersebut jelas berlawanan dengan prinsip perkawinan yang ada di dalam Al-Qur'an. Berdasarkan riset Gottman Institute yang dilakukan selama 20 tahun, kegagalan dalam hubungan perkawinan dapat diprediksi dari keempat sikap tersebut, dengan tanda yang paling menolok adalah perbandingan sikap dan kata-kata positif dan negatif pada saat mereka berinteraksi.