Pandangan Islam Tentang Kikir, Bakhil, Serta Hidup Sederhana

Daftar Isi

Pandangan Islam Tentang Kikir, Bakhil, Serta Hidup Sederhana
Abusyuja.com – Manusia tidak akan pernah lepas dari yang namanya kebutuhan hidup. Agar kebutuhan hidup dapat tercukupi, maka ia harus berusaha dan berikhtiar dengan bekerja keras, tentunya melalui pekerjaan atau profesinya masing-masing.

Bagi umat Islam, ikhtiar dalam memenuhi kebutuhan hidup merupakan hal yang wajib. Hal ini sejalan dengan apa yang telah disampaikan oleh Rasulullah tentang beberapa hal yang bertalian dengan hal tersebut, di antaranya yaitu tentang motivasi dalam bekerja.

Bekerja dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarga untuk selalu bertahan hidup dan mengabdi kepada Allah, adalah perbuatan yang sangat mulia sekali. 

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

"Sungguh seseorang yang mencari kayu bakar lalu memikulnya itu lebih baik daripada orang yang mendatangi orang lain yang diberi karunia Allah Swt., lantas ia mengemis atau meminta-minta, baik orang itu memberi ataupun tidak." (Al-Hadis)

Dari hadis di atas jelas bahwa, bekerja itu lebih utama dibandingkan dengan orang yang hanya meminta-minta atau mengais rezeki dari orang lain.

Alkisah, Rasulullah pernah duduk dengan para sahabatnya, kemudian tiba-tiba sahabat melihat seorang pemuda yang kuat berangkat pagi sekali untuk bekerja. Kemudian para sahabat berkata, "Sayang sekali pemuda ini,. bukankah lebih baik ia memanfaatkan masa mudanya atau kekuatannya untuk (beribadah kepada) Allah". Kemudian Rasulullah Saw. menegur sahabat itu sembari berkata:

Kalian jangan berkata demikian, sebab ketika pemuda itu keluar untuk bekerja demi anak-anaknya yang masih kecil, maka ia berada di jalan Allah, sedangkan kalau ia keluar bekerja demi harga dirinya, maka ia juga berada di jalan Allah

Dari kedua teks di atas jelas bahwa Rasulullah sangat memberi motivasi dalam bekerja. Beliau juga mengarahkan umatnya agar menjadi umat yang giat dalam bekerja, tentu saja melalui cara-cara yang dibenarkan, halal, serta untuk tujuan yang baik.

Ketika seseorang mendapatkan anugerah berupa rezeki dan kekayaan, maka Islam memberikan tuntunan bagaimana cara menyalurkan harta tersebut dengan benar, tidak boros, serta tidak pula kikir.

Di samping memberi hak dan kewajiban kepada keluarga yang dekat, seseorang yang diberi anugerah berupa rezeki haruslah menunaikan kewajibannya, yaitu memberi hak-hak kepada orang lain, seperti membantu fakir miskin, Ibnu Sabil, membelanjakan harta di jalan Allah, membantu yang membutuhkan dalam hal baik, dan sejenisnya.

Dalam penggunaan harta benda, seseorang hendaklah tidak berlebih-lebihan dan boros, sebab orang yang berlaku boros dan berlebih-lebihan merupakan saudara dari setan. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Quran Surat al-Isra ayat 27.

Perilaku boros dan berlebihan dalam membelanjakan harta haruslah dihindari karena hal tersebut merupakan perbuatan dan kehendak setan. Demikian pula ketika seseorang bersifat kikir atau bakhil, perilaku tersebut haruslah dihindari karena termasuk perbuatan yang dilarang dan dicela oleh Allah Swt. 

Tidak hanya itu, perilaku bakhil atau kikir akan dibenci pula oleh  keluarga dan tetangganya, bahkan masyarakatnya, sebab dibalik harta yang melimpah terdapat hak-hak yang wajib diberikan kepada yang berhak menerimanya, terutama bagi orang-orang yang membutuhkan seperti kaum fakir miskin misalnya.

Tetapi kebanyakan orang kaya seringkali terlena dan terjebak dengan harta kekayaan, seolah-olah semuanya milik mereka sendiri, hasil kerja kerasnya sendiri, serta mereka menganggap bahwa hal itu berasal dari usahanya belaka.

Padahal tanpa mereka sadari, semua yang ia miliki adalah anugerah dari Allah, yang mana di dalamnya terdapat hak-hak orang lain, dan memberikannya sebagian untuk orang yang berhak merupakan suatu kewajiban, bukan anjuran lagi.

Sifat kikir lazimnya dimiliki oleh orang yang selalu menumpuk-numpukkan harta dengan wataknya yang tamak dan rakus. Mereka tak pernah terketuk hatinya terhadap fakir miskin, janda-janda, anak yatim, serta beberapa orang yang membutuhkan sesuap nasi dan seteguk air.

Dengan sifat tamak inilah seseorang begitu mudahnya menghalalkan segala cara walaupun harus disertai pertumpahan darah dan pembunuhan. Padahal kalau kita pikir secara mendalam, kebutuhan manusia yang harus dipenuhi adalah mengisi perut dengan segumpal makanan saja, tidak lebih dari itu.

Sikap kikir dan bakhil akan berdampak negatif bagi pelakunya. Selain itu, ia akan menjadi jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga, dan yang lebih menyedihkan lagi adalah ia akan dekat dengan Neraka. Nauzubillah.