Doa Menjaga Lisan Agar Terhindar dari Dosa Ucapan

Daftar Isi

https://www.abusyuja.com/2020/09/doa-menjaga-lisan-agar-terhindar-dari-dosa-ucapan.html
Abusyuja.com_Yang namanya manusia pastilah tidak lepas dari yang namanya khilaf dan dosa. Oleh sebab itu, kita sebagai muslim bertakwa sudah sewajibanya menjaga perkataan dan perbuatan, serta mau mengevaluasi diri ketika berbuat kesalahan. Sebab, mungkin banyak sekali perkataan dan perbuatan kita yang menyakiti orang lain tetapi kita tidak menyadarinya.

Seperti kata pepatah, “Lidah itu tak bertulang”, setiap apa yang kita ucapkan apabila tidak dijaga pastilah berdampak buruk bagi diri kita sendiri. Ada juga yang mengatakan, “Mulut itu lebih tajam dari pedang”. Apakah benar setajam itu? Tentu saja benar. Hubungan yang terjalin bertahun-tahun atau bahkan berpuluh-puluh tahun, apabila mulut berucap pedas nan lancip menusuk kepercayaan, maka seketika hancurlah hubungan itu. Sekali lagi, menjaga mulut adalah sebuah kewajiban.

Maka dari itu, sudah sepantasnya manusia yang hakikatnya adalah makhluk sebagai tempatnya khilaf dan salah, membutuhkan kerelaan dan keridhaan maaf dari orang yang disakiti, terutama bagi mereka yang merasa kurang nyaman dengan perkataan kita. Kita sebagai seorang mukmin, menjaga perkataan lisan adalah kewajiban yang harus dipelihara, karena lisan merupakan wasilah, perantara atau penyampaian apapun yang terdapat dalam hati kita. Jika lisan kita tidak dijaga maka bisa jadi akan banyak sekali orang-orang yang tersakiti.

Imam al-Muhasibi dalam kitabnya Risalah al-Mustarsyidin menjelaskan tentang apa yang wajib lisan jalankan:

وَفَرْضُ اللِّسَانِ الصِّدْقُ فِي الرِّضَا وَالْغَضَبِ وَكَفِّ الْأَذَى فِي السِّرِّ وَالْعَلَانِيَةِ وَتَرْكُ التَّزَيُّدِ بِالْخَيْرِ وَالشَّرِّ

Dan kewajiban lisan merupakan jujur dalam keadaan senang maupun marah, menahan dari menyakiti dalam keadaan sunyi maupun ramai, dan meninggalkan perkataan yang berlebihan, entah itu perihal baik maupun buruk.” (al-Harits al-Muhasiby, Risalah al-Mustarsyidin, Dar el-Salam, halaman 116)

Membaca penjelasan di atas, kita sebagai manusia pada umumnya tentu saja masih jauh dari kapasitas apa yang seharusnya kita lakukan. Oleh karena itu, sembari memperbaiki diri, sudah sepatutnya kita melatih untuk menjaga lisan kita mulai dari sesuatu yang kecil, seperti tidak berlebihan dalam bercakap, menjauhi perkataan-perkataan kotor, menjauhi ghibah dan lain sebagainya.

Melakukan hal-hal di atas merupakan sebuah bentuk ikhtiar kita kepada Allah. Tetapi jangan lupa untuk meminta pada Allah agar Dia sudi memberikan kita kekuatan dalam menjaga lisan.

Salah satunya adalah dengan cara berdoa memohon kepada Allah khususnya doa yang ada hubungannya dengan segala perbuatan. Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam komentar kitab Risalah al-Mustarsyidin, menyebutkan tentang doa menjaga lisan. Berikut doanya:

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ صَمْتِي فِكْراً وَنُطْقِي ذِكْراً

Allahummaj'al shamtii fikran wanuthqii dzikran

Artinya, “Wahai Allah, jadikanlah diamku berpikir, dan bicaraku berdzikir.”

Berhubung masih membahas tentang menjaga lisan. Ternyata aktivitas "diam" memiliki 7.000 kebaikan. Dalam kitab Tanbuhul Ghafilin, ke-7.000 kebaikan itu dirangkum dalam 7 kalimat yang masing-masing kalimat memiliki 1.000 kebaikan. Berikut kalimatnya:

  • Diam adalah ibadah yang tanpa susah payah.
  • Diam adalah perhiasan tanpa emas dan Permata.
  • Diam adalah kewibawaan yang tanpa kekuasaan.
  • Diam adalah benteng yang tanpa pagar.
  • Diam adalah kekayaan yang tanpa merendahkan orang lain.
  • Diam adalah istirahat bagi malaikat pencatat amal.
  • Diam adalah penutup aib.
Diam disini bukan berarti membisu kepada siapapun. Diam yang dimaksud disini adalah menjaga lisan serta menjaga lisan agar tidak berlebihan dalam mengucapkan apapun.

Demikian pembahasan mengenai Doa Menjaga Lisan Agar Terhindar dari Dosa Ucapan. Semoga apa yang kami sampaikan bermanfaat. Wallahu A'lam