Latar Belakang Pembentukan PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia)

Daftar Isi

https://www.abusyuja.com/2021/02/latar-belakang-pembentukan-pmii.html
PMII adalah suatu organisasi dan sebuah wadah yang menampung para mahasiswa anak bangsa serta bertekad bulat dan bercita-cita tinggi membawa misi kemajuan, PMII mempunyai andil dan ikut berpartisipasi menciptakan generasi yang handal dan berwibawa menjadi seorang generasi pencetus dengan karakter-karakter seorang pemimpin, yang siap mengomandoi berbagai kalangan untuk terjun di masyarakat dengan berbagai sistem yang muncul untuk menarik minat dan perhatian serta keikutsertaan mahasiswa dalam peran mereka untuk menjadi lebih baik ke depannya.

PMII tidak pernah lepas dari rasa semangat yang menggebu-gebu untuk mempertahankan sebuah kebenaran dan pendapat namun tidak pula akan rasa saling menghormati dan menghargai hak maupun pendapat satu sama lain. Tekad persatuan yang ditanamkan akan terpupuk sangat erat dengan muncul rasa sosial yang tinggi.

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan salah satu organisasi mahasiswa yang terus bercita-cita mewujudkan Indonesia ke depan menjadi lebih baik.

Latar Belakang Pembentukan PMII

Ada beberapa situasi dan kondisi yang melatarbelakangi proses kelahiran PMII saat itu, antara lain situasi politik negara Republik Indonesia, Posisi Umat Islam Indonesia, dan keadaan Organisasi Mahasiswa saat itu.

Yang dimaksud dengan keadaan organisasi mahasiswa di sini adalah suatu wadah aktivitas para mahasiswa di luar kampus  (ekstra-universiter dan ekstra kurikuler). Dengan wadah seperti itu, aktivitas mahasiswa banyak memberikan andil besar terhadap pasang surutnya sejarah bangsa Indonesia, khususnya generasi muda.

Andil tersebut biasanya digerakkan oleh idealisme yang berorientasi pada situasi yang selalu menghendaki adanya perubahan ke arah perbaikan bangsa, sesuai dengan cita-cita proklamasi kemerdekaan Indonesia, Pancasila dan UUD 1954.

Generasi muda khususnya para mahasiswa merupakan kelompok terpelajar yang mendapat perhatian dari pemerintah, lantaran menyangkut masa depan kehidupan bangsa.

Situasi dunia kemahasiswaan saat itu banyak terkait dengan kondisi politik nasional. Sebab sejarah kemahasiswaan di Indonesia pun paralel dengan apa yang terjadi pada dasa warsa 1950-an, kegiatan mahasiswa pada dasa warsa 1950-an banyak berkaitan dengan persoalan-persoalan politik, sebab mahasiswa pada saat itu lebih cenderung merupakan alat partai politik.

Oleh karena itu, wajar saja kalau organisasi mahasiswa harus terlibat dalam masalah penyusunan kabinet. Demikian juga misalnya ketika pelaksanaan pemilu tahun 1955, organisasi mahasiswa Islam yang diwakili oleh HMI pada saat itu menyerukan kepada masyarakat supaya memilih partai-partai Islam, dan khususnya kepada warganya supaya memilih salah satu partai Islam yang disenangi.

Sedangkan dalam pelaksanaan sidang Dewan Konstituante 1957 di Bandung diwakili oleh PORPISI (Perserikatan Organisasi-Organisasi Pemuda Islam Indonesia) yang dipimpin oleh EZ. Muttaqin menjadi peninjau pada pelaksanaan sidang tersebut.

Keterlibatan mahasiswa dalam politik praktis, diimbangi pula oleh aktivitas di bidang kepemudaan, baik dalam skala nasional maupun internasional. PORPISI dan FPII (Front Pemuda Islam Indonesia) adalah dua organisasi yang telah mengantarkan peran serta para pemuda Islam Indonesia.

Demikian juga kehadiran GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia) sebelumnya telah memainkan peran penting dalam hubungannya dengan BKPRI (Badan Kongres Pemuda Republik Indonesia) yang dipimpin oleh Khairul Saleh.

Dalam pertemuan kongres Pemuda Islam Sedunia (International Assembly of Muslem Youth) pada tahun 1955 di Karachi Pakistan, pemuda Islam Indonesia diwakili oleh PORPISI.

Sementara PPMI (Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia) dan MMI (Majelis Mahasiswa Indonesia) yaitu wadah federatif organisis ekstra dan intra-Universiter telah memberi warna tersendiri dalam dunia kemahasiswaan.

PPMI berdiri tahun 1947 yang didukung oleh organisasi-organisasi ekstra-Universiter baik yang beraliran nasionalis, agama, sosialis, maupun organisasi lokal. Organisasi yang aktif dalam kegiatan-kegiatan politik dalam dan luar negeri. Sebagai atas PPMI, maka mahasiswa-mahasiswa yang masih menginginkan kemurnian aktivitasnya dari politik, mereka mendirikan organisasi intra-Universiter di tiap-tiap perguruan tinggi berupa SEMA (Senat Mahasiswa) dan DEMA (Dewan Mahasiswa) yang akhirnya berkembang menjadi MMI.

Akan tetapi, dalam perjalanan sejarahnya, PPMI dan MMI juga sama saja, yaitu kedua organisasi ini tidak bisa melepaskan diri dari sosial politik. Oleh karena itu, jika mengungkapkan dunia kemahasiswaan secara organisasi pada tahun 1950-an tidak terlepas dari adanya persaingan politik dalam tubuh organisasi federatis itu, bahkan PMMI dan MMI yang sudah didominasi oleh CGMI (Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia) yang berhaluan Komunis kemudian tamat riwayatnya bersama dengan penunggangan terhadap G30 S/PKI.

Dinamika kehidupan mahasiswa yang seperti itu telah mendorong sekelompok mahasiswa Nahdiyin untuk ikut berperan di dalamnya, sebab dalam suasana seperti itu para mahasiswa Nahdiyin  merasa tidak cukup tersalurkan aspirasinya hanya melalui HMI.

Wajar bila akhirnya para mahasiswa Nahdiyin segera membentuk wadah tersendiri, di samping alasan intern yakni IPNU sudah tidak lagi mampu mewadahi gerakan para mahasiswa Nahdiyin tersebut.

Ide dasar berdirinya pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) bermula dari adanya hasrat kuat para mahasiswa Nahdiyin untuk memberikan suatu wadah (organisasi) mahasiswa yang berideologi Ahlussunnah Wal Jamaah (ASWAJA), ide ini tak dapat dipisahkan dari eksistensi IPNU-IPPNU.

Secara historis, PMII merupakan mata rantai dari departemen perguruan tinggi IPNU yang dibentuk dalam Muktamar IIII PNU di Cirebon Jawa Barat pada tanggal 27-31 Desember 1958.

Di dalam wadah IPNU-IPPNU ini banyak terdapat mahasiswa yang menjadi anggotanya, bahkan mayoritas fungsionaris pengurus pusa IPNU-IPPNU berpredikat sebagai mahasiswa. Itulah sebabnya, keinginan di kalangan mereka untuk membentuk suatu wadah khusus yang menghimpun para mahasiswa Nahdiyin.

Pemikiran ini semat terlontar pada Muktamar II IPNU tanggal 1-5 Januari di Pekalongan Jawa Tengah, tetap para pucuk pimpinan IPNU sendiri tidak menanggapi secara serius.

Hal ini mungkin dikarenakan karena kondisi di dalam IPNU sendiri masih perlu pembenahan, yakni banyaknya fungsionaris IPNU yang telah berstatus mahasiswa, sehingga dikhawatirkan bila wadah khusus untuk mahasiswa ini berdiri akan mempengaruhi perjalanan IPNU yang baru saja terbentuk.

Tetapi aspirasi kalangan mahasiswa yang terhubung dalam IPNU ini makin kuat, hal ini terbukti pada Muktamar III IPNU di Cirebon Jawa Barat, pucuk pimpinan IPNU didesak oleh para peserta Muktamar membentuk suatu wadah khusus yang akan menampung para mahasiswa Nahdiyin, namun secara fungsional dan struktur organisasi masih tetap dalam naungan IPNU, yakni dalam wadah departemen perguruan tinggi IPNU.

Namun langkah yang diambil oleh IPNU untuk menampung aspirasi para mahasiswa nahdiyin dengan membentuk departemen perguruan tinggi IPNU pada kenyataannya tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.

Terbukti pada Konferensi Besar IPNU di Kaliurang Yogyakarta para tanggal 14-16 Maret 1960, Forum Konferensi Besar memutuskan terbentuknya wadah/organisasi mahasiswa Nahdiyin yang terpisah secara struktural maupun fungsional dari IPNU-IPPNU.

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) lahir karena menjadi suatu kebutuhan dalam menjawab tantangan zaman. Berdirinya organisasi PMII ini bermula dengan adanya hasrat kuat para mahasiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang berideologi Ahlussunnah Wal Jamaah. Di bawah ini beberapa hal yang melatar belakangi berdirinya PMII:

  1. Carut-marutnya situasi politik bangsa Indonesia dalam kurun waktu 1950-1959.
  2. Tidak menentunya sistem pemerintahan dan perundang-undangan yang ada.
  3. Pisahnya NU dan Masyumi.
  4. Tidak enjoy-nya lagi mahasiswa NU yang tergabung di HMI karena tidak terakomodasinya dan terpinggirnya mahasiswa NU.
  5. Kedekatan HMI dengan salah satu parpol yang ada (Masyumi) yang notabene HMI adalah underbouw-nya.

Hal-hal tersebut menimbulkan kegelisahan dan keinginan yang kuat di kalangan intelektual muda NU untuk mendirikan organisasi sendiri sebagai wahana penyaluran aspirasi dan pengembangan potensi mahasiswa yang berkultur NU. Di samping itu juga ada hasrat yang kuat di kalangan mahasiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang berideologi Ahlussunnah Wal Jamaah.

Itulah hal yang melatarbelakangi berdirinya PMII atau Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia. Semoga dapat menambah wawasan keilmuan sejarah Anda. Wallahu A’lam

IKUTI BLOG