Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Grafik Rezeki Terus Naik Berkat Salat Dhuha

Grafik Rezeki Terus Naik Berkat Salat Dhuha
Berikut adalah kisah dari H. Aiptu Samiyanto. Ayah dari dua anak ini tinggal di Semarang. Polisi yang gemar membaca buku keagamaan ini termasuk satu dari empat belas personel Polri yang ditugaskan dalam sebuah Misi Perdamaian di Sudan, Afrika, 2010.

Misi itu bernama UNMIS yang bertujuan mendukung resolusi PBB nomor 1590  tanggal 24 Maret 2005. Misi ini merupakan implementasi kesepakatan damai antara Pemerintah Sudan (Government of Sudan) dengan kelompok perlawanan di wilayah Sudan Selatan (South Sudan) yaitu Sudanese People Liberation Movement/Army (SPLM/A).

Personel UNMIS Police tidak memiliki kewenangan dalam hal penegakan hukum (no executive power), hanya sebagai penasihat, pendamping, dan pelatih bagi polisi lokal, sehingga keberadaan UNMIS Police di Sudan tidak dipersenjatai. Pengamanan terhadap UNMIS Police begitu pula komponen UNMIS lainnya (Civilian and UNMO [United Nation Millitary Observer]) menjadi tanggungjawab dari Pemerintah Sudan.

Dalam misi ini, secara umum kepolisian mendapat mandat untuk menjalankan tugas-tugas berupa: Reform and Restructure yaitu membantu mereformasi dan merestrukturisasi Kepolisian Sudan menjadi polisi yang demokratis dan menghargai HAM, membangun capacity building (membangun dan meningkatkan kemampuan Kepolisian Sudan), membangun confidence building (membangun kepercayaan masyarakat terhadap Kepolisian Sudan) dan mengembangkan konsep community policing (Perpolisian Masyarakat).

Ya Allah, kupanjatkan puji syukur ke hadirat-Mu, atas segala limpahan rahmat, karunia, kesehatan, dan keselamatan kepada segenap anak istriku dan keluargaku serta rekan-rekanku sekalian. Ya Allah, Zat Yang Menerima, semoga tugas yang akan kami laksanakan ini, Engkau terima sebagai amal ibadah kami…Amin.” 

Sebaris kalimat tersebut merupakan kutipan doa di hati pada saat keberangkatan kontingen Garuda Bhayangkara Polri Ke-5 di Bandara Soekarno Hatta Jakarta.

Samiyanto sadar bahwa pekerjaannya membutuhkan nyali lebih serta berpotensi mengancam keselamatan jiwanya, apalagi kali ini misinya di negara konflik. Untuk itulah ia merasa butuh doa untuk mendekatkan diri kepada Allah agar dalam mengemban tugas ia selalu mendapat perlindungan dari-Nya.

Pembentukan Kontingen Garuda Bhayangkara Polri ini melalui sebuah proses panjang yang jika dijelaskan secara bulat dan menyeluruh, merupakan sebuah perjalanan yang kompleks, namun secara singkat bahwa terbentuknya kontingen Garuda Bhayangkara ke-5 untuk bertugas di UNMIS ini adalah didasarkan pada berita faksimil UN Police Advicer DPKO (Departemen Peace Keeping Operation) di Markas Besar UN, New York, pada tanggal 9 Oktober 2008, tentang deployment of police officer di UNMIS bagi 14 personil Polri.

Tentu saja, sebelum adanya berita faksimil tersebut, seluruh personil yang ditetapkan oleh UNPOL tersebut sudah lulus melalui serangkaian proses seleksi yang panjang dan ketat. Seleksi terdiri dari dua tahapan, yaitu seleksi dari Internal Polri berupa kesehatan lengkap dan psikologi, sedangkan seleksi tahap kedua adalah dari UNSAT (United Nation Selection Assistant Test/PBB).

Proses seleksi dari UNSAT dilaksanakan langsung oleh personil UNMIS yang datang ke Indonesia melalui program UNSAT (United Nation Selection Assistant Test), yaitu seorang Police Advisor bernama Sainey Sagnia berkebangsaan Gambia. Seleksi oleh team UNSAT (Sudan) tersebut untuk merekrut anggota Polri guna dikirim dalam penugasan di UNMIS, Sudan. Secara umum, meliputi test kemahiran bahasa Inggris, mengemudi, dan menembak.

Tes dilaksanakan dengan sistem gugur dan langsung disampaikan secara terbuka kepada peserta seleksi. Hasilnya Samiyanto lolos dan masuk dalam 14 nama yang akhirnya dikirim ke Sudan, hal ini merupakan sebuah prestasi tersendiri baginya.

Saya bangga dengan tugas mulia ini. Semoga Allah senantiasa melindungi, membimbing, melimpahkan kesehatan dan kemampuan dalam melaksanakan tugas. Serta menjaga keluarga yang ditinggalkan di tanah air.”

Di lingkungan kerjanya di Akademi Kepolisian yang berada di Semarang, Samiyanto dikenal sebagai seorang personil yang agamis. Saat senggang sering dimanfaatkannya untuk melakukan ibadah sunnah termasuk salat duha. Awalnya, Pria yang akrab disapa Samiyanto ini mengaku tak tahu bahwa salah satu faidah salat dhuha adalah melancarkan rezeki. Selama ini motifnya melakukan salat Dhuha adalah sebuah hadits:

 “Barangsiapa mengerjakan shalat duha sebanyak 12 (dua belas) rekaat, maka Allah akan membangunkan untuknya istana di surga.(HR. Turmuzi dan Ibnu Majah)

Tapi apa yang semula tak diketahuinya itu justru nampak dari pengalaman hidupnya. Samiyanto merasa bahwa ia diberikan kecukupan rezeki oleh Allah. Semua itu tak luput dari kebiasaan salat dhuha yang biasa ia lakukan sebanyak empat rekaat semenjak tahun 1990.

Saat itu ia ditugaskan di Bagian Logistik, Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri).  Samiyanto bertugas selama enam tahun di Mabes Polri. Kemudian, pada tahun 1997 hingga 2006, ia ditugaskan di Kepolisian Daerah Jawa Tengah (Polda Jateng). Empat tahun Samiyanto ditugaskan di Personil dan Enam tahun di Puskodal. Meski sudah berpindah tugas, namun ia hampir tak pernah meninggalkan salat dhuha. 

Saya yakin semakin bagus kerja kita, maka Allah akan mencukupi kebutuhan lainnya. Lalu, bagaimana mungkin Allah yang memerintahkan kita ibadah, kalau syarat kita ibadah tidak dicukupi. Contoh, kita diperintahkan untuk salat dan salat itu harus menutupi aurat. Pasti kita akan dicukupi rezeki menutup aurat, karena yang menyuruh menutup aurat adalah Allah."

Allah memerintahkan pula untuk bersedekah, lalu bagaimana mungkin kita bisa sedekah kalau kita tidak diberi rezeki sementara itu yang memberi rezeki adalah Allah. Kita pasti diberi makan, karena bagaimana mungkin kita bisa menolong orang, bagaimana kita bisa ibadah, kalau kita tidak diberi makan. Jadi, andai saja kita tahu kewajiban kita dan kita tunaikan dengan baik, maka insya Allah, Dia tidak akan menyia-nyiakannya.

Samiyanto menuturkan bahwa tuntutan pekerjaan mengharuskan ia berpindah-pindah tempat, namun hal itu tak menyurutkan niatnya untuk setia dengan kebiasaan salat dhuhanya. Tak jarang ia harus berada di tengah-tengah situasi yang kurang menguntungkan. Akhirnya, tahun 2006 hingga sekarang ia diangkat menjadi Instruktur Pelatihan Anti Teror di Akademi Kepolisian (Akpol) yang berada di Jl. Sultan Agung, Candi Baru, Semarang.

Sebagaimana Rasulullah Saw. melaksanakannya, saya pun mencoba rutin untuk melakukan empat rakaat dhuha, di manapun saya berada,” tutur Samiyanto.

Samiyanto merasa bahwa jika digambarkan dengan grafik angka, maka kualitas hidupnya bisa dibilang selalu naik dari nilai satu hingga delapan. Kendati dalam doa yang ia panjatkan selepas dhuha adalah doa biasa, rupanya Allah lebih mengetahui, dan memberikan padanya apa-apa yang dibutuhkannya.

Hal lain yang dirasa dalam hidupnya sekarang yakni, ia lebih mudah bersyukur. Samiyanto mengaku, tak mau kufur kepada nikmat yang selama ini dan yang kelak akan diterimanya. 

Kewajiban kita yang pertama adalah husnudzdzan (berbaik sangka) bahwa Allah adalah Maha Penjamin rezeki. Karena, Allah berfirman dalam hadits qudsi: Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku pada-Ku. Yang kedua. Ikhtiar di jalan yang Allah sukai itu baik.”