Menjadi Diri Sendiri Menurut Islam
Padahal, setiap orang mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Orang yang berhasil bukanlah orang yang sibuk meratapi kekurangannya, tetapi orang yang giat mengasah kemampuan dan kelebihannya.
Dalam masalah ini, kami ini menceritakan satu perumpamaan. Alkisah, ada dua ekor kata kecil yang sedang berdiam di atas sebuah batu besar. Mereka sedang menikmati indahnya hari yang sejuk. Tetapi tiba-tiba, mata keduanya tertuju pada seorang kupu-kupu yang sedang bermain-main, terbang melayang sembari mengitari bunga-bunga.
Katak pertama berkata, “Enak ya jadi kupu-kupu. Warnanya indah, punya sayap dan bisa terbang ke mana-mana. Andai saja aku punya sayap, pastilah aku bisa terbang ke tempat-tempat yang aku sukai.”
Katak kedua kemudian membalas, “Benar, kupu-kupu bisa terbang, tetapi pernahkah kamu melihat kupu-kupu melompat dan bereng seperti kita? Aku yakin, mereka pasti juga ingin menyelam dan berenang sembari menikmati sejuknya air.”
Sepanjang hari itu, katak pertama tadi melarutkan dirinya dalam kesedihan. Sedangkan katak yang kedua membiarkan kesedihan hinggap di hatinya. Ia sadar, betapa pun dirinya ingin menjadi kupu-kupu yang sangat indah, ia itu tidaklah mungkin. Akhirnya ia meneruskan hidupnya layaknya seekor katak sembari membangun kebahagiaannya sendiri.
Kejadian serupa sering terjadi dalam hidup kita. tidak jarang hati kita sakit karena ingin mendapatkan apa yang ada pada orang lain. Maka, setiap hari kita bekerja keras agar bisa mendapatkan yang serupa dengan orang lain. Bahkan, kalau bisa, lebih.
Tetapi yang perlu diingat, rezeki yang diberikan oleh Allah sudah ditentukan, sebab itulah ada sebuah nasihat yang bijak untuk kita renungkan,
“Apabila kamu merasa iri dengan pemberian Allah pada seseorang, berarti imanmu pada-Nya lemah. Karena sejatinya, Allah juga telah memberikan yang terbaik untukmu.”
Maka dari itu, janganlah kita menghabiskan waktu untuk melihat dan mencemburui kelebihan dari orang lain. Kita harus melihat apa saja kemampuan atau potensi kita, lalu mengasahnya. Isya Allah, kalau kita terus berusaha dan pantang menyerah, apa pun yang kita impikan pasti akan terwujud.
Imam Sibawaih, sebelum dikenal sebagai ahli dalam bidang ilmu Nahwu, dulunya beliau ingin belajar ilmu hadis dan mendalaminya. Akan tetapi, walaupun cukup luas ilmu hadisnya, ia tidak kita kenal sebagai imam hadis, layaknya Imam Bukhari dan Imam Muslim. Maka ia mempelajari ilmu Nahwu. Dan ia pun bersinar dalam bidangnya.
Dari kisah beliau kita belajar, lebih baik menjadi kepala bagi “badan” sendiri walaupun kecil, daripada menjadi ekor di “badan” orang yang besar.
Terakhir, boleh saja hari ini kita kagum pada orang-orang yang lebih sukses dari kita, namun kita tidak cukup hanya mengagumi pencapaian mereka saja. Kita harus melihat bagaimana usaha mereka untuk mencapai keberhasilan, barulah kita contoh. Insya Allah, dengan begitu, kita pun akan sukses di bidang yang kita geluti. Kelak, kita akan dikenal sebagai “diri kita sendiri”, bukan “pengekor orang lain”.