Tata Cara Salat Dhuha Lengkap Dengan Niat dan Doanya

Daftar Isi

Tata Cara Salat Dhuha Lengkap Dengan Niat dan Doanya
Salat dhuha adalah salat sunah yang memiliki banyak sekali keutamaan dan manfaat. Tetapi sebelum menuju ke tata cara salat dhuha, ada beberapa ikhtilaf mengenai waktu pelaksanaan salat dhuha yang sebelumnya harus Anda ketahui. Serta kami sertakan pula beberapa ketentuan jumlah rakaat dalam salat dhuha.

Waktu salat dhuha

Telah terjadi perbedaan di kalangan fuqaha (ahli hukum Islam) dalam batasan waktu salat dhuha secara umum. Jumhur ulama berpendapat bahwa waktu salat dhuha dimulai dari ketika matahari mulai meninggi sedikit sebelum tergelincir sebelum masuk waktu yang dilarang.

Imam Nawawi di dalam kitab Al-Raudhah mengatakan, “Para sahabat kami (madzhab Syafi’i) berpendapat, waktu salat dhuha berawal dari terbit matahari dan dianjurkan agar mengakhirkannya hingga ia meninggi.

Hal itu ditunjukkan oleh riwayat Imam Ahmad dari Abu Murrah al-Thaifi berkata bahwa Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah berfirman, 'Wahai anak Adam, janganlah kalian lemah dari melaksanakan empat rakaat dari permulaan siangmu yang akan mencukupkanmu di akhir siangnya.'"

Namun al-Adzra’i berpendapat bahwa apa yang dinukil itu dari para sahabatnya (madzhab Syafi’i) itu terdapat catatan, yang terkenal dari pendapat pertama mereka, yaitu pendapat jumhur ulama. 

Dengan demikian waktu salat dhuha dimulai kira-kira sejak matahari mulai naik kira-kira sepenggalah hingga sedikit sebelum masuknya waktu zuhur atau sekitar 15 menit setelah waktu syuruk (terbit matahari) hingga 15 menit sebelum masuk waktu zuhur.

Jumlah rakaat salat dhuha

Adapun tentang rakaatnya, maka tidak ada perbedaan di kalangan fuqaha bahwa paling sedikit dua rakaat.

Diriwayatkan dari Abu Dzarr bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Setiap pagi dari persendian masing-masing kalian ada sedekahnya, setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, dan setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir sedekah, setiap amar ma'ruf nahi munkar adalah sedekah, dan semuanya itu tercukupi dengan dua rakaat dhuha."

Namun terjadi perbedaan di kalangan mereka tentang maksimal rakaatnya:

Para ulama Maliki dan Hambali berpendapat bahwa maksimal rakaat salat dhuha adalah delapan rakaat berdasarkan riwayat Ummu Hani’ bahwa Nabi Saw.  pernah memasuki rumahnya pada saat penaklukan kota Makkah, kemudian beliau Saw. salat delapan rakaat" seraya menjelaskan, "Aku belum pernah sekalipun melihat beliau melaksanakan salat yang lebih ringan dari pada saat itu, namun beliau tetap menyempurnakan ruku’ dan sujudnya.”

Para ulama Maliki ini juga menegaskan makruh melebihkan dari delapan rakaat jika seseorang meniatkan salat dhuha bukan niat sunnah mutlaq. Mereka juga menyebutkan bahwa yang paling moderat dari salat dhuha adalah enam rakaat.

Sedangkan para ulama Hanafi dan Syafi’i —pendapat yang marjuh (lebih kuat)—serta Ahmad—dalam satu riwayat darinya—bahwa maksimal jumlah rakaat dari salat dhuha adalah dua belas rakaat, berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Nasa’i bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, ”Barangsiapa yang melaksanakan salat dhuha sebanyak dua belas rakaat maka Allah (akan) membangunkan baginya istana dari emas di surga.” Tetapi hadis ini menurut jumhur ulama sanadnya lemah.

Al-Hashkafi dari kalangan Hanafi menukil dari kitab Al-Dzakha’ir al Asyraqiyyah menyebutkan bahwa yang moderat adalah delapan rakaat dan inilah yang paling utama, berdasarkan perbuatan dan perkataan Nabi Saw. sedangkan tentang maksimalnya hanyalah melalui perkataan beliau.

Adapun di kalangan para ulama Syafi’i telah terjadi perbedaan di dalam berbagai ungkapan mereka tentang maksimal rakaat salat dhuha. Imam Nawawi di dalam kitab “Al-Minhaj” menyebutkan bahwa maksimalnya adalah dua belas rakaat sementara dia menyalahinya di dalam kitab “Syarh al-Muhadzdzab”. Dia menyebutkan dari kebanyakan ulama bahwa maksimal delapan rakaat. Beliau menyebutkan juga di dalam “Raudhah al-Thalibin” bahwa yang paling utama adalah delapan rakaat sedangkan maksimalnya adalah dua belas rakaat dengan mengucapkan salam di setiap dua rakaat.

Cara pelaksanaan salat dhuha

Jadi, sebagaimana keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa salat dhuha dapat dilakukan sedikitnya dua rakaat dan paling banyak dua belas rakaat dengan tiap-tiap dua rakaat satu salam. Caranya sama dengan salat biasa, cuma beda niatnya:

Niat Arab:

أُصَلِّى سُنَّةَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ لِلّهِ تَعَالَى

Niat Latin:

Ushallii sunnatadh dhuhaa rak'ataini lillaahi ta'aalaa.

Artinya:

“Saya niat salat dhuha dua rakaat karena Allah ta’ala.”

Doa setelah salat dhuha

Dibolehkan bagi setiap muslim untuk berdoa dengan doa-doa yang dikehendakinya selama tidak ada dosa di dalamnya dan memutuskan silaturrahmi baik doa-doa yang ma’tsur dari Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam atau doa-doa yang mudah bagi dirinya. Akan tetapi, doa yang ma’tsur lebih utama jika ia hafal. 

Pada dasarnya doa setelah salat dhuha dapat menggunakan doa apapun. Salah satu doa yang dapat kita panjatkan adalah:

Doa Arab:

اَللَّهُمَّ اِنَّ الضُّحَاءَ ضُحَاءُكَ وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ وَاْلقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ اَللَّهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقِى فِى السَّمَاءِ فَاَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى الْاَرْضِ فَاَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعْسِرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كاَنَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كاَنَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ اَتِنِى مَا اَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ

Doa Latin:

Allaahumma innadh dhuhaa dhuhaa-uka wal bahaa-a bahaa-uka wal jamaala jamaaluka wal quwwata quwwatuka wal qudrata qudratuka wal 'ishmata 'ishmatuk. Allaahumma in kaana rizqii fis samaa-i fa anzilhu wa in kaana fil ardhi fa akhrijhu wa in kaana mu'siran fa yassirhu wa in kaana haraaman fathahhirhu wa in kaana ba'iidan faqarribhu bi haqqi dhuhaaika wa bahaaika wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika aatinii maa ataita 'ibaadakash shaalihiin.

Artinya:

"Ya Tuhanku, sesungguhnya waktu dhuha adalah dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, kekuasaan adalah kekuasaan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu. Wahai Tuhanku, apabila rezeki di atas langit, maka turunkanlah. Apabila berada di bumi, maka keluarkanlah. Apabila sukar, maka mudahkanlah. Apabila haram, maka sucikanlah. Apabila jauh, maka dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, keagungan-Mu, keindahan-Mu, kekuatan-Mu, dan kekuasaan-Mu. (Wahai Tuhanku), datangkanlah kepadaku apa yang telah Engkau datangkan kepada hamba-hamba-Mu yang saleh.

Demikianlah pembahasan lengkap mengenai tata cara salat dhuha lengkap dengan niat, doa, dan ketentuan rakaat dan waktunya. Semoga bermanfaat. Wallahu A'lam