Solusi Lupa Niat Puasa Ramadhan
Dalam menjalankan ibadah puasa, wajib bagi kita menyertakan niat di awal, yaitu sebelum memasuk waktu diwajibkannya puasa (sebelum masuknya waktu subuh). Jadi, kalau niat tersebut tidak diucapkan, maka gugurlah puasanya, dan wajib baginya mengqadha puasanya di luar Ramadhan.
Kalau di desa-desa, untuk menghindari lupa niat puasa, biasanya mereka melakukan niat serentak setelah salat tarawih selesai. Biasanya pemimpin tarawih akan membimbing mereka agar mengucapkan niat setelah salat jamaah tarawih selesai. Hal ini bertujuan agar para jamaah tidak perlu lagi memikirkan tanggungan niat puasa yang akan dijalaninya di pagi hari.
Selain pencegahan di atas, tentu dalam Islam ada yang namanya “solusi lupa niat puasa”. Yaitu solusi dengan cara niat puasa satu bulan penuh di awal Ramadhan mengikuti mazhab Malik. Atau juga bisa niat di pagi hari dengan niat mengikuti mazhab Hanafi.
Dalam kitab Kasyifatus Saja, syarah dari Safinatun Naja, oleh Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani, salah satu ulama besar dari Nusantara, dijelaskan bahwa:
“Apabila seorang niat puasa satu bulan pada awal malam bulan Ramadhan, maka yang sah hanya hari pertama saja. tetapi, hal itu sebaiknya dilakukan, agar puasa pada hari yang lupa diniati tetap sah menurut Imam Malik. Sebagaimana sunah niat pada pagi hari yang lupa diniati, agar puasa sah menurut Abu Hanifah. Semua itu dihukumi sah apabila kita taklid pada kedua imam tersebut. Jika tidak, maka ia melakukan ibadah yang tidak sah dalam keyakinannya, dan itu hukumnya haram.” (Kasyifatus Saja, Haramain, hal. 117)
Dari dalil di atas, dapat kita ambil beberapa kesimpulan bahwa:
Pertama, niat puasa satu bulan sekaligus hanya menggugurkan niat puasa di hari pertamanya saja. Tetapi, menurut mazhab Maliki, hal itu lebih baik dilakukan agar puasa pada hari-hari di mana ia lupa niatnya tetap dianggap sah.
Kedua, dalam mazhab Hanafi dijelaskan bahwa ketika seseorang lupa dengan niat puasa di waktu sahur atau sudah kebablasan sampai waktu subuh, maka ia tetap diperbolehkan dan tetap dianggap sah puasanya apabila ia baru niat pada waktu antara terbenamnya matahari sampai pertengahan siang. Artinya, tidak wajib melakukan niat di malam hari.
Ketiga, praktik di atas “hanya” dapat dilakukan apabila kita taklid kepada imam tersebut. Kalau tidak, maka ia sama saja melakukan ibadah yang tidak sah dalam keyakinannya, dan hukumnya adalah haram.
Misal, kita sebagai orang Indonesia mayoritas mengikuti Syafi’i. Dalam mazhab beliau, niat puasa harus (wajib) dilakukan di malam hari sebelum fajar terbit. Kalau kita mengikuti mazhab beliau, maka secara keseluruhan, aktivitas puasa kita harus berpedoman pada ketentuan beliau, mulai dari ketentuan niatnya serta seluruh ketentuan puasanya.
Sedangkan kalau kita taklid kepada Maliki dan Hanafi, maka semua ketentuan dari mazhab beliau juga harus kita pegang semua. Jadi haram apabila niat kita mengikuti mazhab Hanafi/Maliki, tetapi tata cara puasa kita mengikuti mazhab Syafi’i.
Sama halnya dengan ibadah salat, haram hukumnya wudu dengan tata cara mazhab A, tetapi dalam praktik salatnya menggunakan mazhab B. Maka, taklid harus dilakukan dalam satu paket ibadah, tidak boleh dicampur-campur.
Demikianlah solusi apabila kita lupa dengan niat puasa. Semoga bermanfaat. Wallahu A’lam