Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pernyataan Super Bodoh Dari Orang Anti Maulid Nabi SAW

Abusyuja.com – Kenapa masih ada golongan yang memperdebatkan maulid Nabi? Padahal jelas sekali gambaran kebenarannya, bahwa maulid adalah bentuk ekspresi rasa syukur atas lahirnya baginda Nabi Agung Muhammad Saw.

Akhir-akhir ini, ada salah satu website yang menulis pernyataan mengenai maulid Nabi. Berikut substansi pernyataannya:

Apakah Maulid Nabi termasuk kemaksiatan atau ketaatan? Kalau termasuk kemaksiatan, maka perkara selesai. Namun apabila jawabannya ketaatan, maka soal berikutnya,

Apakah syariat mengenai maulid Nabi ini diketahui oleh Nabi Saw. sendiri atau tidak? (Pertanyaan ini ditujukan untuk mereka yang merayakan maulid Nabi). Kalau mereka menjawab tidak mengetahui, berarti mereka adalah golongan zindiq (munafik atau tidak berpegang teguh terhadap agama). Tetapi apabila mereka mengatakan mengetahui, pertanyaan selanjutnya adalah,

Apakah Nabi menyampaikan amalan tersebut kepada kita? Apabila jawaban mereka ‘ tidak menyampaikan’, maka ini tuduhan bahwa Nabi mengkhianati risalah. Bila mereka menjawabkan "Nabi sudah menyampaikan", maka:

Katakanlah, Datangkanlah bukti kalian bila kalian adalah orang-orang yang benar.(QS. Al-Baqarah: 111)

Apabila kita amati, pembuat pernyataan ini ingin menyerang tradisi Maulid Nabi dengan alur yang cukup sederhana. Pertama, mereka ingin menegaskan bahwa Maulid Nabi adalah kemaksiatan karena tidak pernah disampaikan oleh Nabi. Kedua, bagi yang tidak sejalan, mereka menyuguhkan tiga pertanyaan jebakan yang ujung-ujungnya di kembalikan lagi pada modus lama, yaitu embel-embel, “Ajaran yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah Saw.”

Pernyataan Super Bodoh Dari Orang Anti Maulid Nabi SAW

Sudah lazim bahwa ilmu seseorang dapat diukur dari pernyataan yang mereka ajukan. Salah satu contohnya yaitu pertanyaan yang diajukan orang anti maulid di atas, “Apakah Maulid Nabi termasuk kemaksiatan atau ketaatan?”

Pertanyaan di atas secara jelas tidak memiliki nilai dan terkesan miskin akan kandungan ilmu. Sebab, peringatan Maulid Nabi bukanlah keduanya. Ketaatan adalah patuh. Artinya, kepatuhan untuk melakukan perintah atau menjauhi larangan yang disebutkan oleh Nabi Muhammad Saw.

Peringatan Maulid Nabi bukanlah sebuah perintah atau dilarang, karena ia bukan bentuk ketaatan. Namun demikian, ia juga bukan bentuk dari kemaksiatan. Sebab, kemaksiatan adalah pelanggaran terhadap aturan yang ditentukan oleh Nabi Saw (yang ditugaskan oleh Allah Swt.).

Nah, sekarang pertanyaannya adalah, “Kalau bukan termasuk ketaatan dan kemaksiatan, lalu Maulid Nabi itu disebut apa?”

Jawabannya adalah “ADAT”. Maulid Nabi adalah adat atau tradisi masyarakat muslim di seluruh dunia. Karena sebatas adat, maka memperingati Maulid Nabi tidak mengandung pahala. Ia juga bukan bentuk dari ibadah sehingga jelas bahwa ia bukan termasuk bid’ah.

Adapun yang bernilai ibadah dan menghasilkan pahala adalah aktivitas positif yang ada di dalamnya, seperti membaca shalawat, mengaji Al-Qur’an, berzikir, berdoa, mengikuti majelis ilmu, atau minimal meniatkan diri untuk tidak melakukan maksiat.

Tindakan-tindakan di atas tentu bukan termasuk bid’ah karena diperintahkan oleh syariat untuk dilakukan kapan pun dan di mana pun. Seperti halnya dilakukan dalam acara Maulid misalnya.

Adapun untuk orang yang datang ke acara Maulid dengan tujuan berjualan misalnya, maka tidak mendapat pahala baginya. Begitu juga dengan orang yang datang tetapi langsung tertidur tanpa melakukan amalan-amalan positif di atas, maka tidak mendapat pahala juga baginya.

Sedangkan untuk orang yang niatnya di awal ingin mencuri atau mencopet di acara Maulid, maka ia akan berdosa. Sama halnya dengan pemuda yang ingin bertemu pacarnya dalam majelis Maulid, maka diganjar dosa besar baginya.

Itu artinya, kebiasaan atau adat yang sifatnya perayaan tidak serta-merta dihukumi haram dengan alasan "karena tidak pernah diajarkan oleh Nabi". Kita harus pahami dulu apa kegiatan yang terkandung di dalamnya. Kalau bertentangan dengan syariat Islam, maka berdosa. Dan sebaliknya, kalau yang dilakukan adalah kegiatan-kegiatan positif yang diperintahkan oleh syariat, maka akan diganjar pahala.

Meme seperti di atas tentu bukanlah kajian yang patut untuk dikonsumsi. Sebab, sifatnya membodohi dan tidak berbobot sama sekali. Meme seperti di atas akan kita temui pada bulan-bulan maulid di tahun selanjutnya. Dan mereka akan mengulangi kebodohan yang sama. Wallahu A’lam