Biografi dan Pengangkatan Khalifah Usman bin Affan
Kekayaan tersebut mereka peroleh dari berbagai usaha perdagangan. Usman lahir di keluarga terpandang dan kaya raya. Saat remaja, beliau sudah mulai menjalankan bisnis dagangnya ke berbagai negeri.
Abu Bakar adalah salah satu sahabat Nabi, yang merupakan sahabat dekat beliau di dalam bisnis tersebut. Lewat Abu Bakar inilah, beliau memeluk Islam. Tidak membutuhkan waktu lawa beliau menerima Islam dengan tanpa keraguan.
Tidak selang begitu lama, Usman bin Affan menikah dengan Ruqayah, putri Rasulullah Saw. Saat masuk Islam, ia mendapatkan berbagai tekanan dari keluarganya, bahkan ia sempat disiksa oleh pamannya dari Bani Umayyah. Namun imannya tidak goyah sedikitpun.
Usman bin Affan adalah sosok yang memiliki kelembutan hati, tutur katanya halus, sopan, namun beliau termasuk lelaki pemalu.
Bahkan Rasulullah pun pernah bersabda, “Umatku yang paling pemalu adalah Usman bin Affan.” Karena sifatnya inilah beliau banyak dicinta orang, disegani, dan dihormati.
Beliau juga terkenal dermawan. Sampai-sampai banyak yang beranggapan bahwa beliau boros dalam mendermakan hartanya yang melimpah untuk perjuangan di jalan Allah.
Namun, kekayaan yang melimpah tidak membuat seorang Usman bin Affan menjadi kikir. Pernah suatu ketika beliau menyumbangkan 300 unta dan uang 1.000 Dinar ketika Nabi menyeru kaum muslimin untuk melakukan ekspedisi ke daerah Tabuk untuk menghadapi tentara Bzyantium (Perang Tabuk).
Sejak memeluk agama Islam, Usman bin Affan tidak bisa dipisahkan dari perjuangan menegakkan agama Islam. Berhubung mendapatkan permusuhan maha dahsyat dari penduduk Makkah, Rasulullah Saw. menyuruhnya hijrah bersama para sahabat lain ke tanah Habsyi.
Di mata Rasulullah, kedudukan Usman sangatlah mulia. Nabi sangat mengagumi ketampanan wajah Usman dan kemuliaan akhlak atau budi pekertinya.
Karena itulah, setelah istrinya Ruqyah wafat, Nabi menikahkan Usman dengan Ummu Kulsum, salah seorang putri Rasullah.
Pernikahannya dengan dua putri Nabi inilah yang menjadikannya dijuluki Dzun Nurain “pemilik dua cahaya”.
Sayangnya, pernikahannya dengan Ummu Kulsum juga tidak berlangsung lama karena Ummu Kulsum meninggal terlebih dahulu. Saking sayangnya Nabi kepada Usman hingga pernah pada suatu ketika beliau berkata, “Seandainya aku punya putri yang lain lagi, pasi akan aku nikahkan juga dengan Usman.”
Kedudukan Usman yang begitu mulia di sisi Nabi membuatnya sangat dihormati oleh kaum muslim. Pada masa khalifah Abu Bakar dan Umar, pendapat Usman senantiasa didengarkan dan diperhatikan.
Tidaklah mengherankan jika khalifah Umar bin Khattab kala itu menunjuknya sebagai salah satu anggota Dewan Syura. Lewat jabatan itu pula, beliau diangkat sebagai khalifah berikutnya.
Proses Pengangkatan Khalifah Usman bin Affan
Pada hari Rabu, 4 Zulhijah 23 Hijriah di waktu subuh, Khalifah Umar yang waktu itu hendak akan mengimami salat di masjid mengalami nasib yang naas. Perutnya ditikam oleh Abu Lu’lu’ah Fairuz, sorang budak Persia milik Mughirah bin Syu’bah. Dia menikam Umar keran kesal atas perkataan Umar di hari-hari sebelumnya.
Setelah penikaman, Umar masih sempat bertahan selama beberapa hari. Dalam keadaan sakit, beliau membentuk dewan yang beranggotakan enam orang. Keenam orang tersebut adalah:
- Abdurrahman bin Auf;
- Ali bin Abi Thalib;
- Zubair bin Awam;
- Saad bin Abi Waqqash;
- Thalhah bin Ubaidillah; dan
- Usman bin Affan.
Keenam orang inilah yang termasuk dalam dewan Syura, yaitu sahabat-sahabat Nabi paling terkemuka yang masih hidup hingga saat ini. Mereka berenam harus melakukan sidang untuk menentukan siapa di antara mereka yang menggantikan posisi umat sebagai khalifah.
Sepeninggal Umar bin Khattab, dewan tersebut mulai mengadakan sidang untuk menentukan pengganti Umar bin Khattab. Abdurrahman bin Auf ditunjuk sebagai ketua sidang.
Sidang berjalan dengan alot selama tiga hari lamanya. Singkat cerita, pada hari terakhir, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awam, Saad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri dari pencalonan.
Maka, calon khalifah yang tersisa hanyalah Ali bin Abi Thalib dan Usman bin Affan. Akhirnya Abdurrahman bin Auf yang kala itu menjadi ketua sidang menunjuk Usman bin Affan sebagai khalifah.
Ketika dibaiat, usia Usman sudah hampir menginjak 70 tahun, beliau terpilih dan mengalahkan Ali bin Abi Thalib salah satunya dikarenakan pertimbangan usia.
Setelah dibaiat dan secara resmi menjadi khalifah ketiga, sahabat Usman berkhotbah di hadapan kaum muslim:
“Sesungguhnya kalian berada di tempat sementara, dan perjalanan hidup kalian pun hanya untuk menghabiskan umur yang tersisa. Bergegaslah selagi bisa dan mungkin kepada kebaikan sebelum ajal datang. Sungguh, ajal tidak pernah sungkan datang di sembarang waktu, baik di waktu siang maupun malam. Ingatlah, sesungguhnya dunia penuh dengan tipu daya. Janganlah kalian terperdaya dengan kilauan dunia dan janganlah kalian sekali-kali melakukan tipu daya kepada Allah. Sesungguhnya Allah tidak perah lalai dan melalaikan kalian.”
Baik sebelum atau sesudah menjadi khalifah, Usman tetaplah sosok yang dermawan. Bahkan menjadi lebih dermawan ketika beliau sudah menjadi khalifah.
Salah satu programnya adalah menaikkan tunjangan untuk kamu muslim demi kesejahteraan mereka. Harta kekayaan berupa jizyah dan harta rampasan perang yang didapat dari daerah-daerah taklukan digunakannya untuk meningkatkan kesejahteraan kaum muslim.
Namun, manusia tidaklah sempurna dari berbagai sisi. Salah satu kelemahan khalifah Usman bin Affan adalah terlalu mengutamakan keluarganya dari Bani Umayyah. Misalnya, ia mengangkat beberapa orang dari Bani Umayyah menjadi gubernur di beberapa wilayah (politik dinasti).
Sifatnya yang lemah lembut dan dermawan sering dimanfaatkan oleh anggota Bani Umayyah untuk mendapatkan keuntungan. Ia kurang bisa bersikap tegas terhadap keluarganya.
Itulah sedikit biografi dan proses pengangkatan khalifah Usman bin Affan. Semoga apa yang kami sampaikan menambah wawasan sejarah Anda. Wallahu A’lam.