Faktor Penyebab Kemunduran Islam Pada Abad Pertengahan
Tentunya naik turunnya perkembangan tersebut bisa menjadi ibrah (pelajaran) bagi umat Islam mendatang. Dan pada kesempatan kali ini, kami akan membahas tentang kemunduran Islam pada masa abad pertengahan.
Dinasti Abbasiyah dianggap sebagai representasi dari kejayaan Islam sekaligus menjadi titik tolak kemunduran Islam.
Imperium yang telah berdiri selama kurang lebih 500 tahun tersebut telah banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan peradaban Islam, baik dalam bidang sosial, politik, ekonomi, dan budaya.
Kejayaan Islam pada saat itu dapat dibuktikan dengan banyaknya penemuan karya yang dihasilkan dari ilmuan-ilmuan Islam, dan menjadi cikal bakal munculnya beberapa bidang keilmuan yang berkembang sampai saat ini.
Misalnya, ilmu kedokteran yang dikembangkan oleh Ibnu Sina, ilmu sejarah yang dikembangkan oleh Ibnu Khaldun, ilmu astronomi yang dikembangkan oleh al-Farabi, ilmu filsafat yang dikembangkan oleh Ibnu Rusyd, dan masih banyak lagi.
Khazanah intelektual Islam yang berkembang saat itu memang sangat beragam, mulai dari keilmuan sains, hingga ilmu-ilmu sosial. Akan tetapi, kejayaan ini tidak selamanya dapat dipertahankan.
Pada tahun 850 Masehi, muncullah bibit-bibit kemunduran. Kekuasaan yang telah mengalami kejayaan tersebut mulai menemui titik nadir.
Dinasti Abbasiyah banyak mengalami beberapa persoalan yang lambat laun meminta tumbal kehancurannya sendiri. Kemunduran tersebut kebanyakan disebabkan oleh faktor-faktor internal, di antaranya yaitu:
- Penaklukan yang tergesa-gesa dan tidak usai;
- Metode administrasi yang tidak kondusif bagi penciptaan stabilitas negara;
- Eksploitasi pajak berlebihan yang dibebankan kepada rakyat;
- Kemunculan garis perpecahan antara golongan Arab dan Non Arab, Muslim Arab-Muslim, ‘Ajam, dan Muslim kaum Zimmi.
- Pertikaian para pasukan yang terdiri dari orang-orang Turki, Persia, dan Arab.
- Mulai banyak muncul sekte-sekte yang kemudian berafiliasi dengan gerakan politis untuk melanggengkan kekuasaannya;
- Banyak para petinggi kerajaan yang hanya memikirkan kesenangan pribadi, seperti banyak memelihara hareem, bersenang-senang, dan akhirnya keturunan yang dihasilkan tidak berkualitas.
Faktor-faktor inilah yang kemudian memperlemah kekuasaan dan kekuatan Abbasiyah di mata-mata daerah kekuasaannya.
Hal ini membuat beberapa daerah berani secara terang-terangan memproklamirkan diri sebagai sebuah kekuasaan baru dengan menyandang gelar khalifah seperti munculnya Dinasti Fathimiyyah di Andalusia dan Dinasti Umayah di Spanyol.
Di tengah banyaknya persoalan internal yang muncul, datanglah serangan dari Mongol. Di zaman ini, Gengis Khan dan keturunannya datang membawa kehancuran di dunia Islam.
Setelah menduduki Peking pada tahun 1212 Masehi, ia mengalihkan serangan-serangan ke Barat. Satu persatu kerajaan Islam jatuh ke tangannya.
Transoxania dan Khawarizm dikalahkan di tahun 1219/20 Masehi. Kerajaan Ghazna pada tahun 1221 Masehi, Azarbaijan pada tahun 1223 Masehi, dan Saljuk di Asia kecil pada tahun 1243 Masehi. Dari sini ia meneruskan serangan-serangannya ke Eropa dan Rusia.
Serangan ke Bagdad sebagai jantung kekuasaan Bani Abbasiyah dilakukan oleh cucu Gengis Khan, Hulagu Khan.
Khurasan di Persia terlebih dahulu ia kalahkan dan baru Hasysyaasyin di Alamut dihancurkan. Pada permulaan tahun 1258 Masehi, ia sampai ke kota Baghdad.
Perintah untuk menyerah ditolak oleh khalifah Al-Mu’tasim dan akhirnya kota Bagdad dikepung. Akhirnya, pada 10 Februari 1258 Masehi, benteng kota ini dapat ditembus dan Bagdad dihancurkan.
Setelah Mongol menguasai Bagdad, bangunan-bangunan bersejarah dan perpustakaan-perpustakaan yang menjadi pusat perkembangan keilmuan dihancurkan dan dibakar.
Pasca kekalahan Abbasiyah, tidak ada lagi sentralisasi pemerintahan Islam. daerah-daerah yang dulunya menjadi kekuasaan Abbasiyah sebagian ada yang menyerah di bawah kekuasaan Mongol, dan sebagian lagi ada yang mulai mendirikan kerajaan sendiri.