Pengangkatan Abu Bakar Sidiq dan Gaya Kepemimpinannya
Di tengah kebingungan tersebut, sekelompok sahabat dari golongan Anshar berkumpul di Saqifah Bani Sa’idah, sebuah tempat pertemuan musyawarah penduduk Madinah.
Pertemuan tersebut dipimpin oleh Saad bin Ubadah, salah seorang sahabat sekaligus tokoh terkemuka yang dekat dengan Nabi Saw. dari Suku Khazraj.
Saad bin Ubadah kala itu menyatakan bahwa kaum Anshar-lah yang pantas memimpin kaum Muslim setelah ditinggal Nabi Saw.
Alasannya adalah karena kaum Anshar telah menolong Nabi Saw. dan kaum Muhajirin dari kejaran orang-orang kafir Quraisy. Kemudian pendapat ini disetujui dan diiyakan oleh kaum Anshar.
Akan tetapi, setelah keputusan musyawarah ini menyebar sampai ke telinga kaum Muhajirin, beberapa tokoh Muhajirin seperti Abu Bakar Sidiq, Umar bin Khattab, dan Abu Ubaidah bin Jarrah segera menuju ke Saqifah Bani Sa’idah.
Setelah mereka sampai di sana, mereka menemukan momen di mana kaum Anshar yang ada di Saqifah tersebut hampir bersepakat untuk membaiat Saad bin Ubadah menjadi pemimpin menggantikan Rasulullah Saw.
Mereka bahkan meminta para tokoh Muhajirin yang datang untuk ikut serta membaiat Saad bin Ubadah. Namun, Abu bakar dan kawan-kawan menolaknya dengan tegas.
Abu Bakar mengatakan kepada kaum Anshar bahwa jabatan khalifah haruslah diberikan kepada kaum Muhajirin.
Alasannya adalah karena telah membantu Nabi Saw. mempertahankan Islam dari gangguan kafir Quraisy di Makkah selama 13 tahun.
Tentu saja kaum Anshar tidak dapat membantah pernyataan Abu Bakar tersebut. Mereka ingat, sebelum Nabi dan para sahabatnya yang dari Makkah datang ke Madinah untuk mengajak mereka masuk Islam, mereka sedang dalam keadaan kacau dan terlibat dengan perang saudara yang berkepanjangan.
Lagi pula, para sahabat Nabi Saw. yang pantas menggantikan kedudukan Nabi untuk memimpin kaum muslimin memang haruslah berasal dari kaum Muhajirin.
Di depan kaum Anshar dan beberapa perwakilan dari kaum Muhajirin, Abu Bakar Sidiq berkata,
“Di sampingku ini, ada dua orang Muhajirin yang dekat sekali dengan Nabi, yaitu Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarrah. Pilihlah salah satu di antara mereka untuk menjadi khalifah.”
Sebelum Anshar menyambut tawaran dari Abu Bakar tersebut, Umar dan Abu Ubaidah seketika menolak rekomendasi dari Abu Bakar.
Mereka justru menunjuk balik ke Abu Bakar untuk dijadikan khalifah. Umar mengangkat tangan Abu Bakar dan membaiatnya. Tindakan tersebut kemudian diikuti oleh Abu Ubaidah.
Melihat hal tersebut, satu persatu dari kaum Anshar yang sebelumnya hampir sepakat mengangkat Saad bin Ubadah menjadi khalifah turut membaiat Abu Bakar. Kecuali Saad bin Ubadah, seluruh kaum Anshar yang ada di majelis tersebut akhirnya membaiat Abu Bakar Sidiq sebagai khalifah.
Keesokan harinya, baiat khalifah kepada Abu Bakar akhirnya dilakukan secara umum. Hampir semua penduduk muslim Madinah turut serta dalam baiat tersebut.
Mengiri pembaiatan tersebut, Abu Bakar berpidato kepada seluruh kaum muslim Madinah:
“Saudara-saudaraku, saya sudah dipilih untuk menjadi pemimpin kalian, sementara saya bukanlah orang terbaik di antara kalian. Apabila saya berlaku baik, maka bantulah saya. Kebenaran adalah suatu kepercayaan dan dusta adalah pengkhianatan. Taatilah saya selama saya taat kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya. Akan tetapi bila saya melanggar perintah Allah Swt. dan Rasul-Nya, maka gugurlah ketaatanmu kepada saya.”
Demikianlah, akhirnya secara resmi Abu Bakar Sidiq menjadi khalifah menggantikan Rasulullah.
Gaya kepemimpinan khalifah Abu Bakar Sidiq
Khalifah Abu Bakar Sidiq adalah seorang dermawan yang lemah lembut. Namun demikian, di sisi lain, beliau juga bisa sangat tegas jika memang diperlukan.
Ketika dalam hal kebenaran, beliau tidak pernah ragu untuk bersikap tegas, misal dalam masalah dakwah kebenaran, beliau mengirim Usamah bin Haritsah untuk menyerang Syam.
Padahal saat itu umat Islam belum pulih benar dalam guncangan kesedihan karena ditinggal Rasulullah Saw. wafat.
Beberapa sahabat bahkan ada yang tidak menyetujui pengiriman Usamah bin Haritsah tersebut. Namun Abu Bakar tetap bersikeras. Sebab, hal itu demi meneruskan usaha yang telah dirintis Rasulullah Saw.
Abu bakar juga sosok yang memiliki ketegasan apabila memang diperlukan, khususnya dalam masalah mempertahankan agama Islam.
Misalnya, beliau bersikeras untuk memerangi nabi-nabi palsu, kaum murtad, dan orang-orang yang enggan membayar zakat. Hal ini dilakukan karena mereka membahayakan keberadaan umat Islam.
Beliau juga sosok yang sederhana. Jabatannya sebagai khalifah tidak membuatnya tergiur dengan kemewahan. Beliau tidak mau menyalahgunakan jabatannya untuk memperkaya diri atau keluarganya.
Meski menjadi orang nomor satu ketika menjadi khalifah, beliau tetap hidup dalam kesederhanaan, dan meninggal dalam kesederhanaan pula.
Demikian sejarah singkat mengenai pengangkatan khalifah Abu Bakar Sidiq dan gaya kepemimpinan beliau. Semoga apa yang kami sampaikan menambah wawasan sejarah Anda. Wallahu A’lam