Kenali 3 Pola Asuh Anak dan Dampaknya Pada Anak
Ada sebagian orang tua yang memiliki tolak ukur kesuksesan mendidik anak dilihat dari kebahagiaannya saja, kesejahteraannya saja, atau bahkan ketaatannya saja.
Akan tetapi, setiap orang tua terkadang memiliki kecenderungan dalam mendidik anaknya, ada yang menggunakan cara terlalu defensif, terlalu membebaskan, terlalu memanjakan, bahkan menghiraukan.
Pola asuh anak adalah cara, gaya, dan sikap orang tua dalam mengasuh anak sehari-hari. Pola asuh anak ini meliputi cara orang tua dalam berinteraksi dan berkomunikasi, bagaimana sikap orang tua dalam menanggapi perilaku anak, bagaimana orang tua menerapkan aturan, serta bagaimana orang tua mengerjakan kemandirian dan kedisiplinan.
Setidaknya ada tiga jenis pola asuh yang sering digunakan oleh orang tua. Ketiga ini memiliki ciri-ciri dan karakteristik didikan yang berbeda-beda.
Pola asuh anak otoriter
Ciri pola asuh otoriter adalah sikap orang tua yang terlalu tegas dan tanpa menghargai anak. Orang tua otoriter cenderung memaksa anak untuk mengikuti kehendak orang tua.
Orang tua membuat aturan-aturan yang harus dipatuhi tanpa mempertimbangkan perasaan anak. Jika anak tidak patuh, orang tua cenderung memberikan hukuman, bahkan sampai kekerasan.
Dampak dari pola asuh otoriter ini adalah anak akan merasa tertekan, tidak percaya diri, cenderung agresif atau memberontak, serta tidak terampil dalam mengambil keputusan.
Dalam Islam, cara ini tidaklah dibenarkan. Sebab hal ini bertentangan dengan ciri didikan Islam yang terkenal ramah, santun dan halus.
Dan yang paling parahnya lagi adalah berpotensi menimbulkan berbagai masalah baru, termasuk yang berkaitan dengan mental anak.
Pola asuh anak permisif
Ciri pola asuh anak permisif adalah sikap orang tua yang tidak tegas dan cenderung serba boleh dan memanjakan. Orang tua tidak memberi batas-batasan yang jelas dan tidak memiliki ketegasan dalam berbagai aturan.
Ciri perilaku orang tua permisif adalah bersikap hangat pada anak namun terlalu membiarkan dan membebaskan anak melakukan apapun sesuai keinginan anak.
Adapun dampak negatif dari pola asuh ini adalah anak akan berkembang menjadi pribadi yang suka memaksakan kehendak, keras, egois, mau menang sendiri, kontrol dirinya kurang, dan kurang bertanggung jawab.
Dalam Islam, berlebihan dalam memanjakan anak tidaklah dibenarkan. Termasuk membiarkan mereka melakukan apa saja yang ia mau. Hal ini tentu akan sangat bahaya jika anak sudah memasuki usia di mana ia sudah dibebankan kewajiban ibadah.
Mereka akan merasa tidak bersalah atau tidak memiliki tanggung jawab ketika tidak melakukan ibadah sebagaimana didikan atau perlakuan orang tua kepadanya.
Pola asuh anak demokratis
Ciri pola asuh anak demokratis adalah sikap orang tua yang tegas tetapi tetap menghargai anak. Orang tua demokratis bersikap hangat pada anak, mendengarkan, dan mampu memahami perasaan anak, namun tetap memiliki batasan yang jelas mengenai apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh anak.
Orang tua demokratis mampu bersikap tegas untuk menegakkan aturan-aturan yang sudah disepakati. Adapun hasil dari pola asuh demokratis adalah anak akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, mandiri, dapat mengendalikan diri, serta bertanggung jawab.
Dan inilah kriteria pola asuh anak paling ideal yang dibenarkan dalam Islam. Orang tua tetap memberi kehangatan, namun di sisi lain ia memiliki ketegasan dalam beberapa hal yang dianggap penting untuk anak.