Mempersiapkan Generasi Berkualitas ala Rasulullah SAW

Daftar Isi

Mempersiapkan Generasi Berkualitas ala Rasulullah SAW
Abusyuja.com – Generasi berkualitas adalah generasi yang memiliki pendirian kuat, memiliki bekal agama yang kuat, suka menolong yang lemah, jujur, dan memiliki rasa untuk peduli dalam mencegah kemungkaran.

Rasulullah Saw. sedari dulu telah menunjukkan bagaimana caranya mempersiapkan generasi berkualitas. Mulai dari lahirnya seorang bayi hingga tumbuh dewasa. Berikut ini beberapa suriteladan yang diajarkan Rasulullah dalam mendidik anaknya mulai sejak lahir hingga tumbuh dewasa.

1. Mengadzani bayi setelah lahir

Salah satu tuntunan Rasulullah yaitu bayi yang baru lahir hendaknya diperdengarkan dengan azan di telinga kanan dan diikuti iqamat di telinga kiri.

Dalam hal ini, Rasulullah Saw. bersabda:

"Ajarkanlah kalimat, “Lailahaillallah,” kepada anak-anakmu sebagai kalimat pertama yang mereka dengar." (HR. Al-Hakim)

Tuntunan ini jelas memiliki maksud, di antaranya yaitu: memberi ajaran yang pertama bagi umat Islam untuk bersyahadat, bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, sebagai bekal kecerdasan spiritual dalam perkembangan selanjutnya. serta melindungi bayi dari gangguan setan.

2. Memberi nama yang baik 

Nama merupakan identitas dan tanda pertama yang diberikan oleh orang tua. Nama yang baik adalah nama yang memiliki lafaz dan makna yang baik. Nama merupakan doa dan harapan dari orang tua.

Dengan memberi nama yang baik, harapannya anak memiliki karakter dan dikenal orang lain sebagai orang yang memiliki karakter tersebut.

Jika kurang ahli dalam memberi nama, mintalah kepada para ulama, guru, atau orang yang ahli. Atau minimal, gunakan nama-nama tokoh baik seperti Abdurrahman, Ibrahim, dll. sebagai bentuk tabaruk (mencari keberkahan).

Jangan memberi nama-nama yang dilarang dalam Islam, seperti Harb (perang), Wati (bersetubuh), Zaqwan (keturunan jin), Malikul Amlak (raja diraja), Balqis (ketua jin), dan lain sebagainya.

3. Selalu berdoa untuk anak 

Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sering mendengarkan zikir dan berdoa untuk anak-anaknya. Sebagai orang tua, doa perlu kita panjatkan agar anak selalu diberi keselamatan dan perlindungan oleh Allah Swt. Dzikir dan doa yang biasa dilakukan orang tua juga akan dicontoh oleh anak ketika sudah dewasa.

4. Mendidik anak dengan cinta dan kasih sayang 

Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam adalah seorang ayah yang sangat sayang dan penuh perhatian kepada anaknya.

Berdasarkan sebuah kisah, beliau adalah orang yang senang dan dekat dengan anak, beliau tidak segan untuk menggendong anak, mengusap kepalanya, dan mencium anak dengan penuh kasih sayang. Beliau juga bercanda, bercerita dan bermain dengan anak-anak.

Banyak ahli psikologi modern yang mengatakan bahwa cinta dan kasih sayang ini sangat penting. Anak membutuhkan kasih sayang untuk mengembangkan kepercayaan dasar.

kepercayaan dasar ini sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, terutama dalam keterampilan sosialnya. Kasih sayang dalam bentuk penghargaan ini berdampak pada kemandirian dan rasa percaya diri yang baik terhadap anak.

5. Mengutamakan pendidikan karakter atau budi pekerti 

Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam adalah sosok yang menjadi panutan dalam membangun karakter.

Rukun iman dan Islam adalah nilai-nilai Islam yang pokok dalam membangun karakter anak. Agama Islam mengajarkan anak untuk memiliki sikap moderat, seimbang dalam segala hal, berani menegakkan keadilan, toleransi dalam melaksanakan kebaikan, serta mencegah keburukan.

Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam juga memiliki sifat-sifat yang dapat kita ajarkan pada anak, di antaranya seperti jujur, dapat dipercaya, menyampaikan kebenaran, dan cerdas.

6. Memperhatikan makanan anak

Memperhatikan makanan anak artinya memberi mereka makanan yang baik, serta mengawasi apapun yang masuk ke dalam tubuh anak.

Makanan yang baik tidaklah sebatas makanan yang bergizi, memiliki protein, serat, dan vitamin, namun makanan yang baik juga mencakup cara mendapatkan makanan tersebut, apakah melalui pekerjaan halal atau haram.

Makanan yang bergizi yang didapat dari cara yang haram, mungkin akan baik untuk kesehatan jasmani, namun dapat merusak kesehatan rohani. 

Hal ini karena makanan haram adalah satu dari sekian faktor penyebab rusaknya rohani anak. Ciri-cirinya adalah mereka akan ringan dalam melakukan maksiat, dan berat ketika melakukan ibadah. Wallahu A’lam