Perkembangan Islam Pada Masa Modern

Daftar Isi

Perkembangan Islam Pada Masa Modern
Abusyuja.com – Setelah sekian lama mengalami penurunan pada abad pertengahan, umat Islam akhirnya mulia sadar bahwa semestinya hal semacam ini tidaklah terjadi.

Kenyataan bahwa Islam pernah berjaya dan berhasil membangun sebuah peradaban tertinggi di dunia merupakan bukti nyata bahwa seandainya mau berusaha, umat Islam sebenarnya masih bisa bangkit dari keterpurukan.

Di masa perkembangan Islam modern, lahirlah beberapa tokoh penting yang mengemban misi khusus untuk mengembalikan umat Islam pada peradaban yang terbebas dari segala bentuk penindasan.

Di antara tokoh-tokoh tersebut adalah, Muhammad Ali Pasha Mesir, Jamaludin al-Afgani Mesir, Sultan Mahmud II di Turki, Muhammad Iqbal di Pakistan, dan masih banyak lagi.

Perjuangan mereka ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Untuk menyadarkan umat muslim yang sudah terlanjur kaku dan melekat pada fanatisme dan sinkretisme, mereka seringkali harus berhadapan dengan berbagai ancaman dan perlakuan intimidasi.

Berikut adalah masa transisi dari turunnya peradaban Islam di abad pertengahan menuju perkembangan Islam pada masa modern:

Saat negara peradaban Islam mengalami penurunan, bangsa Eropa justru terus mengalami perkembangan, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan.

Singkat cerita, para pelajar di berbagai wilayah seperti Cordova, Sevilla, Granada, Toledo, semua benar-benar menunjukkan usaha kerasnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.

Karena kerja keras itulah, mereka bangsa Eropa akhirnya dapat mencapai era kejayaan di bidang ilmu pengetahuan dalam kurun waktu yang cuku singkat.

Setelah bangkit, bangsa Eropa kemudian mulia mengadakan penjelajahan ke luar daerah. Spanyol, Belanda, Portugal, Prancis, Inggris, dan negara-negara Eropa lainnya mulia melakukan perluasan dengan mengarungi samudra luas untuk menemukan wilayah baru yang belum mereka kenal.

Para penjelajah seperti Bartholomeus Diaz, Christopher Columbus, dan Vasco de Gama, akhirnya mampu memberi harapan baru di kalangan bangsa Barat. Mereka akhirnya menemukan daratan Amerika dan Afrika.

Namun, daratan yang mereka anggap baru tersebut ternyata jauh-jauh sebelumnya sudah ditemukan oleh orang-orang muslim, seperti Zheng He dari Cina dan beberapa pedagang arab lainnya.

Namun, karena sifat ketamakan yang melekat pada orang-orang Eropa, akhirnya mereka mengubah niat yang awalnya ingin menjelajah berubah menjadi ingin menjajah.

Karena dukungan revolusi industri teknologi dan ilmu pengetahuan, para penjelajah tersebut akhirnya dapat menguasai negara-negara di daratan Afrika, Asia, dan Amerika. Tak sedikit pula negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim menjadi sasaran penjajahan.

Inggris menjajah Irak, Yaman, Mesir, Iran, Afganistan, dan India.

Prancis menjajah Aljazair, Maroko, Tunisia, Libya, Lebanon, dan Suriah.

Rusia menjajah Kaukasia, Armenia, Turkistan, Azerbaijan, Kazakhstan, Uzbekistan, dan Samarkan.

Sedangkan Belanda, Spanyol, dan Portugal masing-masing menjajah Indonesia, Filipina, dan Malaysia.

Kenyataan ini membuktikan bahwa pada saat itu dunia Islam benar-benar sedang dalam masa inferior, sedangkan orang-orang Eropa sebaliknya, mereka justru mendeklarasikan dirinya sebagai bangsa superior.

Akan tetapi, negara-negara Islam yang tertinggal jauh tidaklah berdiam saja. Setelah sekian lama terpuruk dalam penindasan, mereka akhirnya mulai bangkit untuk mewujudkan suatu perubahan.

Negara-negara Islam seperti Mesir, India, Arab Saudi, dan Turki, mulia memunculkan tokoh-tokoh muslim yang membawa ide-ide baru dan segar. Mereka berani tampil dan menyeru kepada kaum muslim untuk menegakkan kembali peradabannya.

Singkat cerita, pada abad pertengahan abad ke-18, negara-negara Islam mulai menunjukkan tanda-tanda kekuatan baru. Mulai muncul pergerakan-pergerakan untuk menegakkan kembali kejayaan peradaban Islam yang dulu pernah ada.

Upaya ini dibuktikan dengan lahirnya beberapa gerakan pembaruan, terutama upaya pembaruan di bidang ilmu pengetahuan. Mengenai gerakan-gerakan tersebut akan kami paparkan pada artikel terpisah. Wallahu A'lam