Hikmah dan Rangkuman Perjalanan Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW di Bulan Rajab

Daftar Isi

Hikmah dan Rangkuman Perjalanan Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW di Bulan Rajab
Abusyuja.com – Bulan Rajab adalah bulan mulia. Di dalamnya terdapat peristiwa penting yang dilalui oleh Nabi Muhammad Saw., yaitu perjalanan Isra dan Mikraj.

Beliau diberangkatkan dari Masjidilharam ke Masjidilaksa, kemudian naik ke Sidratul Muntaha hingga ke Mustawa.

Peristiwa Isra Mikraj terjadi pada 27 Rajab bertepatan setelah sebelas tahun beliau diangkat menjadi Nabi. Dan kurang lebih satu tahun sebelum hijrahnya beliau ke kota Madinah.

Isra Mikraj terjadi pada tahun ‘amul huzni, yaitu tahun duka cita. Mengapa dinamakan tahun duka cita? Karena pada tahun tersebut, Nabi Saw. mengalami berbagai cobaan yang berat.

Di antarnya yaitu:

Pertama, paman Nabi Saw., yaitu Abu Thalib yang menjadi pengasuhnya sejak kecil meninggal dunia.

Kedua, tidak lama setelah paman beliau wafat, istri tercinta beliau, Sayyidah Khadijah Ra. juga meninggal dunia. Ia adalah istri tercinta sekaligus orang pertama yang masuk Islam, yang bersedia mengorbankan harta bendanya demi kepentingan Islam.

Ketiga, setelah kematian mereka berdua, serangan kaum Quraisy semakin gencar dan dahsyat.

Dalam kondisi dan keadaan yang tidak begitu baik, Allah Swt. menghibur beliau dengan mempersaksikan kekuasaan dan kebesaran Allah lewat peristiwa Isra Mikraj.

Dalam sebuah riwayat, sebelum Rasulullah Saw. melakukan Isra Mikraj. Malaikat Jibril  dibantu dengan Malaikat Mikail melakukan operasi untuk mensucikan dan membersihkan hati dan jiwa beliau dari penyakit hati. Kemudian hati beliau diisi dengan sifat-sifat kemuliaan.

Pada peristiwa Isra Mikraj tersebut, Allah Swt. memerintahkan Nabi Saw. untuk melaksanakan salat fardu sebanyak 50 waktu (awalnya) setiap hari. Nabi pun menerima perintah tersebut dan kemudian kembali pulang.

Di saat perjalanan pulang, beliau bertemu dengan Nabi Musa As. Kemudian Nabi Musa berkata bahwa umat Muhammad tidak akan sanggup melaksanakan perintah salat 50 kali sehari.

Nabi Saw. pun akhirnya kembali menghadap Allah untuk menegosiasikan masalah rakaat salat yang menurut beliau setelah dipertimbangkan matang-matang ternyata agak terlalu memberatkan.

Allah Swt. akhirnya memberi keringanan menjadi 10 waktu dalam sehari. Nabi pun menerima dan kembali pulang. Saat perjalanan pulang, ia bertemu lagi dengan Nabi Musa As. Kemudian Nabi Musa mengatakan hal yang sama bahwa umat Muhammad tidak akan mampu melaksanakan salat 10 waktu dalam sehari.

Untuk kedua kalinya, Nabi Saw. akhirnya kembali menghadap Allah dan meminta keringanan lagi atas kewajiban yang dibebankan kepadanya dan umatnya. Berhubung Nabi Saw. adalah makhluk yang paling dicintai Allah, Allah pun mengabulkan permintaannya dan menguranginya menjadi 5 waktu.

Setelah itu Nabi Saw. pun pulang dan menerima rukhsah tersebut. Namun, ketiak di perjalanan, beliau bertemu lagi dengan Nabi Musa sembari mengatakan hal yang sama. Nabi Saw. kemudian berkata:

"Saya malu kembali menghadap Allah. Saya rida dan pasrah kepada Allah."

Imam Ibnu Katsir dalam kitab Bidayah wa Nihayah, Sirah Nabawiyah, Juz 2 halaman 94 menceritakan tentang kelanjutan peristiwa tersebut.

Keesokan harinya setelah peristiwa tersebut, Nabi Saw. menyampaikan apa yang dialaminya yaitu perjalanan Isra Mikraj kepada kaum Quraisy.

Pro kontra pun tidak dapat dibendung. Banyak yang awalnya sudah masuk Islam, namun setelah mendengar peristiwa tersebut, mereka memutuskan untuk murtad lagi karena ketidakpercayaan mereka terhadap kisah yang disampaikan oleh Nabi Saw. Namun tidak sedikit pula yang imannya justru semakin tebal setelah mendengar peristiwa tersebut.

Mereka yang memutuskan murtad adalah orang-orang yang menganggap bahwa Isra Mikraj adalah peristiwa yang konyol, tidak masuk akal, dan irasional.

Sedangkan golongan yang mengimani Isra Mikraj adalah mereka yang menganggap bahwa Isra Mikraj adalah peristiwa yang sangat mungkin terjadi apabila Allah Swt. memang menghendaki.

HIKMAH ISRA MIKRAJ

Di zaman sekarang banyak orang-orang yang "hanya" percaya dengan hal-hal yang bersifat rasional, logis, atau dapat dijangkau oleh indra dan akal saja.

Kecenderungan seperti ini justru menjadi bumerang dan dapat menjadi ancaman. Mereka akan memiliki pola pikir praktis, simpel, dan jangka pendek.

Sedangkan hal-hal yang bersifat jangka panjang akan mereka remehkan, bahkan tidak digubris sama sekali.

Salah satu contoh konkretnya adalah mereka kurang peduli dengan kehidupan abadi (akhirat) setelah kehidupan di dunia ini.

Segala energi yang ia miliki hampir semuanya dialokasikan untuk kepentingan duniawi. Mereka berasumsi bahwa kehidupan nyata adalah kehidupan dunia ini.

Sedangkan dunia kekal atau kehidupan kekal kurang mereka persiapkan, karena tidak dapat dijangkau oleh akal rasional mereka.

Ketika seseorang sudah sampai pada titik pemikiran seperti ini, maka lambat laun mereka akan berjalan pada ketidakjelasan, keimanan mulai menipis, hingga akhirnya lenyap tak tersisa.

Seperti menggadaikan iman demi sebuah cinta, toleransi terhadap sesuatu yang tidak dapat ditoleransi, merasa mampu menghalalkan sesuatu yang diharamkan, merasa mampu menghalalkan sesuatu yang bukan haknya, dan masih banyak lagi.

Kita sebagai muslim wajib hukumnya meyakini terhadap hal-hal gaib, hal-hal yang di luar jangkauan akal. Sebab, mengimani hal-hal gaib seperti alam surga, neraka, alam kubur, jin, malaikat, adalah sebuah rukun yang wajib ditanamkan dalam hati.

Allah Swt. berfirman:

ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ...

Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib…” (QS. Al-Baqarah: 2-3)

Dalam peringatan Isra Mikraj ini, mari kita sama-sama merenungi tentang bagaimana corak intelektualitas kita dan apa yang selama ini kita jadikan tolak ukur dalam menilai suatu kebenaran.

Hal ini tentu sangat penting mengingat manfaatnya adalah untuk menjaga perisai keimanan dalam diri kita, agar iman kita tidak mengalami pengikisan dan kegoncangan.

Itulah rangkuman singkat sejarah perjalanan Isra Mikraj Nabi Muhammad Saw. lengkap dengan hikmahnya. Semoga apa yang kami sampaikan bermanfaat. Wallahu A'lam