Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Perkembangan Kerajaan Islam di India

Sejarah Perkembangan Kerajaan Islam di India
Abusyuja.com – Kerajaan Islam di India, Dinasti Mugal telah menampakkan kemundurannya pada awal abad ke-18. Lemahnya para penguasa elite dinasti menyebabkan satu persatu daerah yang dikuasai Dinasti Mugal pada akhirnya pada melepaskan diri.

Melihat celah ini, masyarakat India yang beragama Hindu kala itu mulai menyuarakan niat kemerdekaannya. Keterpurukan Islam di India tersebut semakin diperparah lagi dengan keinginan Inggris untuk menguasai tanah India.

Alhasil, keadaan Islam di India kian hari kain memburuk. Kenyataan inilah yang mendorong para tokoh muslim seperti Syah Waliyullah dan tokoh-tokoh penerusnya untuk melakukan pembaruan guna mengembalikan kejayaan umat Islam di India.

Dalam perjalanannya, ide-ide pembaharuan Syah Waliyullah akhirnya mulai menemukan bentuk pelaksanaannya. Ide-ide tersebut dirumuskan oleh Sayyid Ahmad Syahid, salah seorang tokoh muslim yang merupakan murid dari anak Syah Waliyullah, yaitu Syah Abdul Aziz.

Melalui Ahmad Syahid, ide-ide pembaruan Syah Waliyullah dapat menjelma ke dalam aktivitas pergerakan nyata. Gerakan yang dipimpin oleh Ahmad Syahid tersebut dikenal sebagai gerakan Mujahidin.

Faktor Melemahnya Umat Islam di India

Menurut gerakan Mujahidin, umat Islam di India menjadi lemah dikarenakan beberapa faktor, di antaranya yaitu:

  1. sistem pemerintahan Rasulullah telah diubah menjadi sistem pemerintahan monarki;
  2. unsur demokrasi yang ada pada zaman kekhalifahan tergantikan dengan autokrasi (pemerintahan yang kekuasaan politiknya dipegang oleh satu orang;
  3. di tubuh kaum muslimin terdapat banyak sekali perbedaan aliran atau paham keagamaan; dan
  4. keyakinan umat Islam telah dicemari oleh kebudayaan non Islam.

Gerakan Mujahidin

Berangkat dari keempat faktor inilah para aktivis pergerakan Mujahidin mulai melaksanakan gerakan perubahan. Syah Waliyullah mulai mengampanyekan tentang perlunya upaya kaum muslimin untuk mengembalikan Dinasti Mugal ke sistem pemerintahan seperti masa kekhalifahan Rasulullah Saw beserta para sahabatnya.

Gerakan tersebut kemudian menekankan bahwa tradisi musyawarah hendaknya diadakan kembali, serta sinkretisme yang melekat pada muslim India hendaknya mesti dimusnahkan.

Akan tetapi, berhubung gerakan Mujahidin ini identik dengan apa yang dilakukan Muhammad bin Abdul Wahab di Arab Saudi, maka para sejarawan sering menyebut bahwa gerakan ini adalah gerakan Wahabiyah India.

Ada juga sejarawan yang kurang setuju dengan julukan tersebut. Mereka menganggap bahwa di antara keduanya ada perbedaan di dalam berprinsip. Wahabiyah di Arab Saudi sangat keras menentang praktik tasawuf, sedangkan Wahabiyah di India tidak menentang praktik tersebut.

Dalam praktiknya, pandangan kelompok Mujahidin ini diimplementasikan dalam kehidupan berpolitik. Kebencian mereka terhadap penjajah Inggris di India begitu mendalam sehingga meskipun secara politis pergerakan mereka telah dikebiri oleh Inggris, namun semangat dan ajaran Syah Waliyullah masih tetap dipegang oleh kaum muslimin India.

Dan benar saja, tidak lama setelah kelompok Mujahidin dibubarkan oleh penjajah, para pengikut Syah Waliyullah dan Ahmad Syahid mulai kembali melakukan pergerakannya.

Gerakan Pembaruan Lewat Jalur Pendidikan

Kali ini gerakan pembaruan mereka dijalankan di dalam media yang berbeda. Mereka mendirikan sebuah perguruan tinggi yang diberi nama Darul Uloom Deoband yang mulanya adalah Madrasah kecil di wilayah Deoband.

Akan tetapi, perguruan tinggi inilah yang akhirnya melahirkan ulama-ulama besar di India yang kelak akan memperkuat barisan kaum muslimin dalam melawan penjajah Inggris.

Setelah kelompok Mujahidin benar-benar dinyatakan lenyap dari muka bumi, muncullah tokoh baru yang tidak kalah berpengaruh. Beliau bernama Sayyid Ahmad Khan.

Beliau juga banyak mendalami pemikiran Syah Waliyullah, namun ia memiliki cara yang berbeda dalam melaksanakan gerakan pembaruan. Menurutnya, faktor utama penyebab kemunduran umat Islam di India pada waktu itu adalah karena umat Islam tidak mampu mengikuti perkembangan zaman.

Beliau beranggapan bahwa solusi terbaik atas kemunduran yang menimpa kaum muslimin India adalah dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dengan demikian, umat Islam perlu belajar lebih dahulu kepada orang-orang barat sehingga cara yang paling tepat untuk mewujudkannya adalah dengan merangkul pihak Barat.

Ahmad Khan lalu mendirikan sekolahan yang bernama Mohammadan Anglo Oriental College (MAOC) dengan menggunakan kurikulum Barat, yang kemudian diubah namanya menjadi Universitas Aligarh (Sekarang Universitas Muslim Aligarh).

Gerakan Aligarh Ahmad Khan

Sejak saat itu, gerakan Ahmad Khan lebih dikenal sebagai gerakan Aligarh. Tujuan utama gerakan ini adalah membuka kembali pintu Ijtihad yang telah sekian lama tertutup. Ijtihad yang dimaksudnya bukan sebatas pada ijtihad ilmu-ilmu agama saja, melainkan juga ilmu-ilmu umum.

Dari pandangan inilah dapat diketahui bahwa di antara kelompok Mujahidin dan Aligarh terdapat perbedaan yang cukup mendasar dan mencolok.

Pemikiran Syah Waliyullah yang diusung kelompok Mujahidin beranggapan bahwa solusi terbaik untuk mengatasi kemunduran umat Islam di India adalah dengan mengembalikan kaum muslimin di India kepada fitrahnya yakni Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah SAW, tetapi cara atau metode pergerakan yang digunakan mereka lebih cenderung ke radikal.

Sedangkan menurut Ahmad Khan, kemajuan hanya akan dapat diraih jika kaum muslimin mau kembali berijtihad dan menginterpretasikan ide-ide Al-Qur’an sesuai dengan keadaan terkini, sehingga umat Islam di India dapat senantiasa eksis tanpa terkendala oleh berlalunya zaman.

Islam adalah agama yang dinamis sehingga penganutnya pun dituntut untuk selalu dinamis. Dengan beragama secara dinamis, maka seorang muslim akan selalu mampu berinteraksi di segala keadaan zaman.

Jika kelompok Mujahidin memilih perang sebagai jalan melaksanakan gerakan pembaharuannya, maka tidak demikian dengan Ahmad Khan. Beliau benar-benar menyadari bahwa loyalitas terhadap pemerintah Inggris merupakan suatu keputusan yang tepat untuk menyejahterakan umat Islam.

Sikap bermusuhan hanyalah akan menghilangkan kesempatan untuk meraih posisi di pemerintahan. Melalui pemikiran inilah Ahmad Khan cenderung memilih jalur politik sebagai media gerakan pembaharuannya.

Politik yang beliau gunakan adalah politik akomodatif (dapat menyesuaikan diri), Dengan sistem politik Ahmad Khan inilah umat Islam India pun diberi kebebasan untuk mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan pemikiran barat.

Sejak saat itu, pola perjuangan melalui jalur politik melawan Inggris bukanlah merupakan hal yang tabu lagi. Di masa selanjutnya, sikap terbuka ini berdampak besar terhadap munculnya langkah pembaruan politik Islam di India.

Demikianlah sejarah singkat mengenai perkembangan kerajaan Islam di India. Semoga apa yang kami sampaikan bermanfaat. Wallahu A’lam