Etika dan Kewajiban Dokter dalam Perspektif Islam

Daftar Isi

Etika dan Kewajiban Dokter dalam Perspektif Islam
Abusyuja.com – Sanggup menjadi seorang dokter, berarti menyanggupi pula atas segala konsekuensi dan tanggung jawab dari profesi tersebut.

Setidaknya ada dua tanggung jawab utama bagi dokter, yang kelak akan dipertanyakan di kehidupan mendatang (akhirat), yaitu kaitan tanggung jawab atas etika dan akhlak, juga tanggung jawab atas langkah yang harus diambil dalam pekerjaan dan profesinya.

Tanggung jawab akhlak mempunyai pertalian erat dengan kejujuran dan cita-cita utama profesi dokter itu sendiri. Dunia medis diharapkan menjadi penolong bagi mereka (orang-orang yang sakit), yang benar-benar butuh pertolongan atas penyakitnya.

Dunia medis bukan lahan untuk mencari kekayaan dan menambah pundi-pundi rupiah. Jauh dari itu, ia merupakan kegiatan kemanusiaan dan ibadah yang kelak akan dijanjikan pahala surga. Materi hanyalah sebatas penyangga agar roda bisa tetap berjalan sebagaimana mestinya.

Dokter harus jujur dan terbuka dengan pasiennya. Mereka tidak boleh memberi diagnosis secara berbelit-belit, sehingga akan menambah kebingungan dan beban cobaan bagi pasiennya. Apalagi sampai memberi resep obat yang justru tidak diperlukan bagi pasiennya.

Dokter sedianya selalu menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Dengan prinsip, manusia sebagai makhluk paling mulia dari segala ciptaan-Nya, harus senantiasa dijaga eksistensinya dan dihindarkan dari segala hal yang bisa membahayakannya.

Sementara itu, tanggung jawab pekerjaan memiliki keterkaitan dengan kualitas dan kinerja dokter. Profesionalitas seorang dokter menjadi tonggak utama tercapainya tanggung jawab ini.

Dokter harus teruji kredibilitasnya dalam mendiagnosis penyakit. Jangan sampai terjadi dan terulang kembali catatan-catatan kelak dunia medis, seperti tindakan malpraktek dan human eror.

Jangan sampai pasien justru bertambah parah penyakitnya akibat ditangani oleh tenaga medis yang tidak membidangi. Semua orang yang terlibat dalam dunia kesehatan punya tanggung jawab sama, baik dokter, perawat, apoteker, atau bahkan asisten.

Semuanya harus bersinergi dan menjalin kerjasama dengan baik demi tercapainya kualitas pengabdian yang baik. Mereka harus berada dalam cita-cita mulia sebagai pengabdi masyarakat.

Ketika rambu-rambu dilanggar, dan berakibat fatal bagi pasien, maka timbal balik yang berat menjadi ancaman. Ada istilah hukuman kisas dalam Islam. ada tuntutan ganti rugi yang menjadi hak pasien jika sampai dia dirugikan, karena dua tanggung jawab ini gagal dipenuhi seorang dokter.

Selain tanggung jawab, ada pula karakteristik pokok yang wajib dimiliki oleh seorang dokter. Karakter terpuji harus tertanam dalam diri seorang pekerja medis, demi tercapainya kemaslahatan bagi semua pihak.

Seperti meyakini hanya Allah SWT yang mampu memberikan kesembuhan secara hakiki. Dialah zat yang memberikan pertolongan. Keberhasilan dokter merupakan kehendak, izin, dan atas kuasanya-Nya.

Seorang dokter sepatutnya menyadari dan sadar akan kapasitasnya sebagai perantara kesembuhan. Oleh karena itu, seorang dokter harus lebih memahami dan meyakini bahwa takdir Allah SWT adalah penentu kesembuhan.

Karena kenyataannya, mereka lebih sering menjumpai masalah-masalah ketika takdir selalu menjadi tokoh utama. Sebagaimana sabda Nabi SAW dalam sebuah hadis,

"Setiap penyakit ada obatnya dan ketika obat sesuai dengan penyakitnya, maka akan sembuh atas izin Allah SWT." (HR. Muslim dan Ahmad)

Dokter juga sepatutnya selalu berada pada norma-norma ketakwaan. Artinya, ia perlu menyadarkan segala bentuk usahanya pada Allah SWT. itulah kewajiban dan etika dokter dalam perspektif Islam. Semoga apa yang kami sampaikan bermanfaat. Wallahu A’lam