Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Ilmu Kedokteran dalam Islam

Sejarah Ilmu Kedokteran dalam Islam
Abusyuja.com – Ilmu kedokteran didefinisikan secara sederhana oleh Ibnu Sina sebagai ilmu yang membahas tentang kondisi tubuh manusia dari sudut pembahasan kesehatan ataupun bagaimana kesehatan itu bisa hilang.

Menurut Syekh Muhammad ibn Mukarram ibn Ali ibn Ahmad ibn Manzur atau masyhur dikenal Ibn Manzur, ilmu kedokteran adalah memberikan pengobatan, baik dari penyakit lahir atau jiwa.

Banyak para cendekia yang berusaha mendeskripsikan ilmu kedokteran, namun sejatinya merujuk pada inti yang sama, yang membedakan adalah diksi dan cara penyampaiannya.

Ilmu Kedokteran di Negeri Cina

Sejak dulu, ilmu kedokteran sudah dikembangkan dan mulai diajarkan secara turun-temurun di beberapa negeri. Bahkan konon orang Cina telah memulai lebih dahulu khazanah kedokteran mereka ribuan tahun silam.

Saat itu, negeri Cina telah mengenal beragam teknik yang belum digunakan di belahan dunia manapun. Inovasi cerdas yang diterapkan membawa prestasi dan kekaguman bagi mereka.

Salah satu pengobatan mereka yang terkenal adalah teknik akupunktur, yaitu sebuah teknik yang berkembang sekitar tiga ribu tahun silam untuk menghilangkan nyeri dan penyakit.

Teknik akupunktur ini telah ada kajiannya di manuskrip kuno yang bernama “Nei Ching”. Manuskrip tersebut dibuat antara tahun 450 SM (Sebelum Masehi) dan 300 SM. Di dalamnya juga muat catatan-catatan obat-obatan.

Bahkan sejak tahun 500 Masehi, Cina telah menetapkan standar kompetensi dokter. Di masa itu, orang yang ingin menjadi dokter diharuskan mengikuti praktikum atau ujian khusus.

Bibit Ilmu Kedokteran Masa Nabi Isa AS

Islam pun juga memiliki sejarahnya sendiri. Agama ini menunjukkan ketertarikannya terhadap khazanah kedokteran bahkan sejak zaman Nabi Isa AS dengan salah satu mukjizatnya yang paling masyhur yaitu kemampuannya dalam mengobati penyakit kusta dan kebutaan, yang mana pada masa itu keduanya adalah penyakit yang mustahil untuk disembuhkan.

Beliau menggunakan cara-cara yang tidak biasa dalam menangani pasien. Konon, beliau mempunyai Balai Pengobatan yang setiap harinya dikunjungi oleh ribuan pasien.

Kemampuannya dalam bidang kedokteran dimanfaatkan sebagai ladang dakwah. Beliau selalu mengajak kepada para pasiennya agar beriman kepada Allah SWT.

Ilmu Kedokteran Masa Rasulullah SAW

Melangkah ke masa-masa awal kebangkitan Islam, saat Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya masih hidup, ilmu kedokteran tetap ada dan berkembang walaupun belum semaju masa Daulah Abbasiyah.

Hal ini tercermin pada masa invasi dan penyebaran Islam. Ketika sering terjadi peperangan dan membuat banyak prajurit terluka di medan perang, banyak para sahabat nabi yang mahir dan bersemangat dalam mempelajari ilmu kedokteran.

Beberapa sahabat bahkan rela menempuh perjalanan ratusan kilometer hingga ke Iran dan Iskandariyah demi mendapatkan ilmu kedokteran, seperti sahabat Abdul Malik bin Abjar dan Zainab yang menjadi dokter di kabilah Bani Aus yang sangat mahir dalam mengobati penyakit mata. Dengan kemahirannya, ia menjadi terkenal di negeri Arab.

Di antara mereka ada juga yang mahir dalam bidang merawat, yakni Ummu Atiyah, bahkan beliau pernah ikut perang bersama Nabi sebanyak 7 kali untuk menjadi juru masak sekaligus merawat orang-orang yang sakit serta mengobati para prajurit yang mengalami luka-luka.

Ilmu Kedokteran Masa Daulah Abbasiyah

Perkembangan ilmu kedokteran dalam Islam mulai benar-benar melonjak ketika Khalifah Abdullah Al-Makmun, putra dari Harun Ar-Rasyid. Pada masa itu, sisi kreatif umat muslim khususnya dalam bidang kedokteran benar-benar mulai tampak. Puncaknya adalah ketika buku-buku kedokteran asing mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.

Pada masa Khalifah Al-Makmun dan Al-Mu’tasim, negara menetapkan kebijakan uji kelayakan bagi para pakar obat dan aktivis kedokteran. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan standar profesi serta pengembangan administrasi di rumah sakit.

Tidak hanya penyaringan SDM, inovasi dan kemajuan Islam di bidang kedokteran juga ditandai dengan adanya pemetaan ruang bagi pasien laki-laki dan perempuan.

Pemisahan ruang ini pun turut dilakukan tatkala dijumpai penyakit yang berbeda, baik dari jenisnya maupun tingkat parahnya. Banyak juga ruangan khusus yang difungsikan sebagai gudang obat-obatan, perpustakaan, serta ruangan riset.

Pada masa pemerintahan Ahmad ibn Tulun (254-270H), tepat di daerah Mesir, masjid-masjid besar sudah dilengkapi dengan layanan kesehatan. Ruangan kesehatan disediakan untuk para ahli masjid jika sewaktu-waktu jatuh sakit.

Saat memakai fasilitas tersebut, mereka tidak dipungut biaya. Petugas yang menangani kesehatan diberikan rumah khusus, berada di sekitar masjid dan diberi tunjangan hidup yang memadai.

Tepat di ibu kota Kairo, dibangunlah rumah sakit besar nan megah. Dilengkapi dengan fasilitas perpustakaan dan lembaga pengkaji masalah kedokteran. Mereka yang dirawat tidak dipungut biaya. Bahkan, Ahmad ibn Tulun tidak segan untuk datang mengunjungi para pasien dan menghibur mereka dengan bahasa yang santun, sehingga mereka menjulukinya dengan, “Raja sahabat orang sakit.”

Kemunduran Ilmu Kedokteran Bangsa Eropa

Di belahan dunia lain, bangsa Eropa justru malah tidak meneruskan jejak kemajuan yang telah dicapai oleh bangsa Romawi dan Yunani. Terhitung semenjak Nasrani menjadi agama resmi bangsa Romawi.

Semenjak itu pula keilmuan bangsa barat mulai meredup akibat dari kefanatikan para penganut agama-agama mitologi yang sedang gencar memberantas paganisme Yunani Kuno, atau dalam istilah Ibnu Taimiyah, telah mengubah agama al-Masih. Sehingga ajaran agama dipenuhi dengan dongeng, mitologi, dan tidak ilmiah.

Kemunduran Eropa ditandai dengan dibakar habisnya Perpustakaan Iskandaria beserta isi-isinya. Padahal di dalamnya terdapat karya-karya ilmiah penting peninggalan ilmuan Yunani kuno seperti Hipprachus, Euclidus, Dionysius, Herophlius, Heron, Automata, dan lain-lain.

Bagi mereka, semua sumbangan hasil pemikiran ilmuan-ilmuan Yunani itu adalah suatu bentuk paganisme yang berlawanan dengan kitab suci.

Pembakaran dilakukan atas perintah seorang Uskup Agung Iskandaria bernama Dan Cyril. Seorang uskup yang diberi kehormatan oleh Gereja Kristen dengan diangkatnya sebagai orang suci atau santo (Carl Sagan, hh. 278-9). Sampai pada akhirnya, Eropa mengalami kehausan ilmu pengetahuan dan memasuki periode yang disebut sebagai masa kegelapan.

Pembakaran Perpustakaan Iskandaria tentu memberi dampak yang besar. Sumber-sumber keilmuan yang telah terabadikan selama beratus-ratus tahun, musnah tak berbekas hanya dalam waktu sekejap. Padahal ada buku Arictarchus yang menjelaskan bahwa bumi merupakan salah satu dari anggota planet-planet yang mengalami matahari.

Titik klimaksnya, Eropa sama sekali tidak mengalami kemajuan berarti dalam bidang kedokteran sampai abad ke-14. Penyakit yang datang justru dikait-kaitkan dengan takhayul dan hukum Tuhan.

Masyarakat lebih suka mendatangi orang yang dianggap suci demi mendapatkan kesembuhan. Alih-alih mendatangi dokter terlatih, rumah sakit justru dijalankan di bawah naungan ordo-ordo keagamaan.

Era kegelapan berakhir ketika muncul minat dan gairah terhadap dunia sains Eropa. Ilmu pengetahuan lantas mulai berkembang dengan lahirnya banyak tokoh besar yang mengakhiri masa kegelapan.

Mulailah lahir istilah baru yang disebut “Renaisans” atau “kelahiran kembali”. Sudah selayaknya mereka berterimakasih kepada dunia Islam yang telah mengabadikan naskah-naskah kuno Yunani dan Romawi, lantas memperluas dan memperdalam kajiannya. Sebab lewat naskah inilah, para cendekiawan Eropa mengalihbahasakan kembali kemajuan ilmu sains ke dalam dunia mereka.

Sumber:

Wikipedia.

Ibnu Sina, Al-Qanun fi at-Thib.

Ibn Manzur, Lisan al-A'rab.

Jen Green, Jejak Sejarah Sains Kedokteran.

Sayyid Husain Afandi, Husun al-Hamidiyyah.

Ibnu Ismael, Sang Penyeru.

Ahmad Isa Bik, Tarikh bi-Marasatan fi al-Islam.

Dr. Abd Razaq Naufal, Al-Muslimun, wa al-Ilm, al-Hadis.

Aliah B. Purwakania Hasan, Pengantar Psikologi Kesehatan Islami.

Ja'far Khadem Yamani, Kedokteran Islam, Sejarah dan Perkembangannya, terjemah Tim Dokter Idavi

Nur Cholis Madjid, Islam Doktrin & Peradaban.

Dr. H. M. Shelton, Dr. G. R. Clement, Orthopathy Teaching A New Science of Healt And Natural Healing.