Mengenal 15 Istilah Umum dalam Fikih Islam

Daftar Isi

Mengenal 15 Istilah Umum dalam Fikih Islam
Abusyuja.com – Seperti halnya cabang-cabang ilmu pada umumnya, ilmu fikih merupakan cabang Ilmu yang memiliki banyak sekali istilah-istilah khusus yang digunakan dalam berbagai persoalan.

Di antara yang umum di telinga kita adalah fardu, wajib, sunah, haram, makruh tahrim, makruh tanzih, dan mubah. Semua istilah ini adalah jenis hukum taklifi. Hukum taklifi adalah tuntutan yang dikenakan kepada orang mukalaf baik berupa larangan, perintah, atau pilihan.

Ada juga istilah-istilah lain yang mungkin agak asing di telinga Anda, seperti ada’ (tunai), qada’ (mengulang), rukun, syarat, as-sabab, mani’ (penghalang), dan masih banyak lagi.

Sesuai judul di atas, Abusyuja akan merangkum istilah-istilah umum yang biasa kita temukan di dalam kitab-kitab fikih. Berikut penjelasannya:

1. Fardu

Fardu adalah sesuatu yang dituntut oleh syara’ supaya dikerjakan, dan tuntutan tersebut pasti berdasarkan dalil qath’i yang tidak ada kesamaran lagi.

Contoh: Rukun Islam, salat, dan ibadah-ibadah wajib lain yang tuntutannya berdasarkan dalil yang “jelas” dalam Al-Qur’an.

Adapun hukumnya adalah ketetapan tersebut harus dilakukan. Bila dilakukan akan mendapatkan pahala. Bila ditinggalkan mendapatkan siksa (hukuman). Bila diingkari, maka kafir baginya.

2. Wajib

Wajib adalah sesuatu yang dituntut oleh syara’ untuk dilakukan dan tuntutan tersebut adalah berdasarkan dalil zhanni yang ada kesamaran padanya.

Contoh: zakat fitrah, salat witir, salat hari raya. Ibadah-ibadah ini ditetapkan berdasarkan dalil zhanni, yaitu berdasarkan hadis ahad dari Nabi Muhammad SAW.

Adapun hukumnya adalah sama seperti fardu, hanya saja orang yang mengingkarinya tidak menjadi kafir. Satu hal yang harus Anda tahu, fardu dan wajib mempunyai makna yang sama menurut mayoritas ulama (kecuali ulama Hanafi).

3. Sunah

Sunah adalah sesuatu yang dituntut dari seorang mukalaf supaya dia melakukannya, akan tetapi tuntutan tersebut bukan tuntutan pasti, melain sesuatu yang apabila dilakukan akan dipuji dan diganjar pahala, sedangkan jika tidak dilakukan tidak dianggap tercela.

Contoh yang paling awam adalah mencatat hutang. Hukum mencatat hutang adalah sunah, jika dilakukan mendapat pahala, jika tidak dilakukan tidak mendapat dosa, tetapi nabi mencela orang yang meninggalkannya.

4. Haram

Haram adalah sesuatu yang dituntut oleh syara’ untuk ditinggalkan dengan tuntutan jelas dan pasti.

Contohnya seperti zina, mencuri, menzalimi, dan sejenisnya. Hukumnya adalah perkara-perkara tersebut apabila dilakukan akan mendapat pahala, jika ditinggalkan mendapat dosa. Haram juga bisa disebut dengan maksiat. Bagi mereka yang mengingkari keharaman akan dianggap kafir.

5. Makruh Tahrim

Dalam mazhab Hanafi, makruh tahrim adalah tuntutan syara’ untuk ditinggalkan berdasarkan dalil yang bersifat zhanni. Dalam perspektif yang lebih umum, makruh tahrim adalah perilaku yang sebaiknya ditinggalkan, jika tetap dilakukan, maka konsekuensinya akan mendekati keharaman.

Contoh: hukum membeli barang yang hendak dibeli orang lain, bertunangan dengan tunangan orang lain, dan sejenisnya.

Adapun hukumnya adalah jika ditinggalkan akan mendapatkan pahala, sedangkan jika dilakukan akan mendapatkan dosa (tidak sampai menjadi kafir).

Namun dalam mazhab selain Hanafi, seperti Maliki, Syafii, dan Hambali, makruh hanya memiliki satu jenis saja, yaitu sesuatu yang dianjurkan untuk ditinggalkan, apabila ditinggalkan mendapatkan pahala, ketika dilakukan tidak dicela atau mendapat dosa.

6. Makruh Tanzih

Menurut mazhab Hanafi, makruh tanzih adalah sesuatu yang dituntut oleh syara’ untuk ditinggalkan tetapi tuntutannya tersebut tidak pasti dan tidak mengisyaratkan kepada hukuman.

Contoh: memakan kuda perang, karena kuda perang diperlukan untuk jihat. Adapun hukumannya adalah apabila ditinggalkan diberi pahala, apabila dilakukan tidak berdosa.

7. Mubah

Mubah adalah sesuatu yang oleh syara’ dibebaskan kepada seorang mukalaf untuk melakukannya atau tidak melakukannya.

Contoh: makan dan minum. Hukum asal dari segala sesuatu adalah mubah selama tidak ada larangan atau pengharaman.

Adapun hukumnya adalah apabila dilakukan tidak mendapatkan pahala, apabila ditinggalkan juga tidak mendapat dosa.

Kecuali dalam kasus apabila meninggalkan perkara mubah itu dapat menimbulkan marabahaya, maka hukumnya menjadi haram. Misal, ketika tidak makan, seseorang akan kehilangan nyawanya.

8. As-Sabab

Menurut jumhur ushuliyyin, as-sabab adalah sesuatu yang pada dirinya ditemukan hukum, namun hukum tersebut tidak dihasilkan oleh as-sabab itu.

Contoh: mabuk menjadi sebab diharamkannya minuman keras, bepergian dengan batasan tertentu menjadi sebab diperbolehkannya berbuka puasa.

9. Mani’ (Penghalang)

Mani’ adalah sesuatu yang wujudnya menyebabkan ketiadaan hukum atau menyebabkan batalnya as-sabab. Contoh: minum minuman karena terpaksa. Memakan bangkai karena terpaksa.

10. Sah

Sah adalah sesuatu yang sesuai dengan perintah syara’. Sedangkan sahih adalah sesuatu yang sempurna rukun dan syaratnya sama seperti yang ditentukan oleh syara’. Contoh: sahnya salat ketika rukun dan syarat sahnya salat terpenuhi.

11. Fasad (rusak) dan Batal

Fasad adalah kecacatan pada syarat dan rukun yang telah ditetapkan dalam syara’. Contoh: jual beli barang yang cacatnya tidak diketahui, wanprestasi, dan sejenisnya.

12. Batal

Batal adalah menyalahi ketetapan syara’ yang akibatnya tidak berlakunya efek syar’i kepada suatu ibadah atau muamalah. Contoh: melakukan perbuatan yang membatalkan wudu, melanggar ketetapan jual beli yang dilindungi syara’, dan sejenisnya.

13. Ada’ (tunai)

Ada’ atau tunai adalah melaksanakan kewajiban dalam waktu yang telah ditetapkan oleh syara’. Contoh: mendirikan salat zuhur di waktu salat zuhur.

14. I’adah (mengulang)

I’adah adalah melakukan perkara wajib untuk kedua kalinya dalam waktunya. Contoh: mengulangi salat bersama-sama dengan jamaah, dan hal itu diperbolehkan.

15. Qada’

Qada’ adalah melakukan perkara wajib setelah habis waktu. Contoh: qada’ salat fardu yang hukumnya adalah wajib apabila seseorang tidak mendirikan salat fardu pada waktunya.