Surat Al-Baqarah Ayat 34: Arab, Arti, dan Tafsirnya
Sesuai judul di atas, berikut adalah Surat Al-Baqarah ayat 34 lengkap dengan tulisan arab, arti, dan tafsirnya:
Surat Al-Baqarah Ayat 34 Arab:
Arti Surat Al-Baqarah Ayat 34:
"(Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka, mereka pun sujud, kecuali Iblis. Ia menolaknya dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan kafir." (QS. Al-Baqarah: 34)
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 34:
Tafsir Jalalain
(Dan) ingatlah! (Ketika Kami berfirman kepada para malaikat, "Sujudlah kalian kepada Adam!") Maksudnya sujud sebagai penghormatan dengan cara membungkukkan badan, (maka mereka pun sujud, kecuali Iblis) yakni nenek moyang bangsa jin yang ada di antara para malaikat, (ia enggan) tak hendak sujud (dan menyombongkan diri) dengan mengatakan bahwa ia lebih mulia daripada Adam (dan Iblis termasuk golongan yang kafir) dalam ilmu Allah Taala.
Tafsir Ibnu Katsir
Hal ini merupakan penghormatan yang besar dari Allah Swt. buat Adam dan dapat dilimpahkan kepada keturunannya, yaitu ketika Allah Swt. memberitahukan bahwa Dia telah memerintahkan kepada para malaikat untuk bersujud menghormati Adam.
Kenyataan ini diperkuat pula oleh banyak hadis yang menunjukkan bahwa hal tersebut benar-benar terjadi. Antara lain ialah hadis mengenai syafaat yang telah disebutkan di atas dan hadis yang mengisahkan Nabi Musa a.s., yaitu:
"رَبِّ، أَرِنِي آدَمَ الَّذِي أَخْرَجَنَا ونفسَه مِنَ الْجَنَّةِ"، فَلَمَّا اجْتَمَعَ بِهِ قَالَ: "أَنْتَ آدَمُ الَّذِي خَلَقَهُ اللَّهُ بِيَدِهِ، وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ وَأَسْجَدَ لَهُ مَلَائِكَتَهُ"
Wahai Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku Adam yang telah mengeluarkan diri kami dan dirinya sendiri dari surga. Ketika Musa telah bersua dengannya, Musa berkata, "Engkaukah Adam yang telah diciptakan oleh Allah dengan tangan kekuasaan-Nya dan Dia meniupkan sebagian dari roh-Nya kepadamu dan memerintahkan kepada para malaikat-Nya untuk bersujud kepadamu?"
Hadis secara lengkap akan diketengahkan kemudian, insya Allah.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Imarah, dari Abu Rauq, dari Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas yang menceritakan hal berikut.
Pada awalnya iblis itu merupakan suatu golongan dari kalangan para malaikat, mereka dikenal dengan sebutan jin. Iblis diciptakan dari api yang sangat panas, yakni jin yang berada di antara para malaikat, nama aslinya adalah Al-Haris; pada mulanya ia ditugaskan sebagai salah seorang penjaga surga. Tetapi malaikat semuanya diciptakan dari nur yang berbeda dengan golongan iblis tadi.
Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa jin yang disebut di dalam Al-Qur'an diciptakan dari nyala api, yakni dari lidah api yang paling ujungnya bila menyala. Sedangkan manusia diciptakan dari tanah liat. Makhluk yang mula-mula menghuni bumi adalah jin, lalu mereka membuat kerusakan, mengalirkan darah, dan sebagian dari mereka membunuh sebagian yang lain.
Maka Allah mengirimkan kepada mereka iblis bersama sejumlah pasukan dari para malaikat. Mereka yang diutus melakukan tugas ini dari kalangan makhluk yang dikenal dengan nama jin. Iblis bersama para pengikutnya dapat menumpas makhluk jin hingga mengejar mereka sampai ke pulau-pulau di berbagai lautan dan ke puncak-puncak bukit.
Setelah iblis dapat melakukan tugas tersebut, akhirnya dia merasa tinggi diri, dan mengatakan, "Aku telah melakukan sesuatu hal yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun." Allah mengetahui hal itu yang tersimpan di balik hati iblis, sedangkan para malaikat yang bersamanya tidak mengetahui hal itu.
Lalu Allah Swt. berfirman kepada para malaikat yang pernah diutus-Nya bersama iblis, "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi itu." Maka para malaikat menjawab-Nya, "Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, seperti kerusakan yang pernah dilakukan oleh makhluk jin dan banyaknya darah mengalir karena perbuatan mereka? Padahal sesungguhnya kami diutus untuk menumpas mereka." Kemudian Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui." yakni "Aku mengetahui apa yang tersimpan di balik hati iblis hal-hal yang tidak kalian ketahui, yaitu sifat takabur dan tinggi diri.
Lalu Allah memerintahkan agar dihadapkan kepada-Nya tanah liat untuk menciptakan Adam, kemudian tanah itu dihadapkan kepada-Nya.
Maka Allah menciptakan Adam dari tanah liat, yakni tanah liat yang baik, berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk dan berbau tidak enak. Sesungguhnya pada mulanya dari tanah, kemudian menjadi tanah liat yang diberi bentuk; Allah menciptakan Adam dari tanah liat itu dengan tangan kekuasaan-Nya sendiri.
Adam didiamkan tergeletak selama empat puluh malam berupa jasad, sedangkan iblis selama itu selalu mendatanginya dan memukulnya dengan kaki, maka tubuh Adam mengeluarkan suara (seperti suara tembikar yang dipukul). Hal inilah yang disebut di dalam firman-Nya:
مِنْ صَلْصَالٍ كَالْفَخَّارِ
"...dari tanah kering seperti tembikar." (QS. Ar-Rahman: 14)
Yakni berbentuk sesuatu yang berongga dan tidak berisi. Kemudian iblis memasuki mulutnya dan keluar dari duburnya, lalu masuk dari dubur dan ke luar dari mulutnya.
Selanjutnya iblis mengatakan, "Kamu bukanlah sesuatu untuk dibunyikan dan karena apakah kamu diciptakan. Seandainya aku menguasaimu, niscaya aku dapat membinasakanmu; dan seandainya kamu dapat menguasaiku, niscaya aku akan membangkang terhadapmu." Ketika Allah meniupkan ke dalam tubuhnya sebagian dari roh-Nya hal ini dilakukan mulai dari bagian kepalanya, maka tidak sekali-kali sesuatu dari tiupan itu mengalir dalam tubuhnya melainkan berubah menjadi daging dan darah.
Ketika tiupan sampai pada bagian pusar, maka Adam memandang ke arah tubuhnya dan ia merasa kagum dengan apa yang ia lihat pada tubuhnya. Lalu Adam bangkit berdiri akan tetapi tidak mampu. Hal inilah yang dimaksud oleh firman-Nya:
وَكَانَ الإنْسَانُ عَجُولا
Manusia bersifat tergesa-gesa. (QS. Al-Isra: 11);
Maksudnya terburu-buru, tidak mempunyai kesabaran dalam menghadapi kesukaran dan juga kedukaan. Setelah peniupan roh ke dalam tubuhnya telah selesai, maka Adam bersin, lalu mengucapkan alhamdulillahi rabbil 'alamina (segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam) melalui ilham dari Allah Swt., maka Allah berfirman menjawabnya, "Semoga Allah mengasihani kamu, hai Adam."
Kemudian Allah berfirman kepada para malaikat yang bersama dengan iblis tadi secara khusus, bukan seluruh malaikat yang berada di langit, "Sujudlah kalian kepada Adam!"
Maka mereka semuanya sujud, kecuali iblis; ia membangkang dan takabur karena di dalam dirinya telah muncul sifat takabur dan tinggi diri. Iblis berkata, "Aku tidak mau sujud karena aku lebih baik daripada dia dan lebih tua serta asalku lebih kuat. Engkau telah menciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah liat.
Sesungguhnya api lebih kuat daripada tanah liat." Setelah iblis menolak sujud kepada Adam, maka Allah menjauhkannya dari seluruh kebaikan dan menjadikannya setan yang terkutuk sebagai hukuman atas kedurhakaannya.
Kemudian Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruh benda, yaitu nama-nama yang dikenal oleh manusia, misalnya manusia, binatang, bumi, dataran rendah, laut, gunung, keledai, serta lain-lainnya yang serupa dari kalangan makhluk hidup dan selainnya.
Kemudian Allah mengemukakan nama-nama tersebut kepada para malaikat yang tadinya bersama iblis, yakni mereka yang diciptakan dari api yang sangat panas, lalu Allah berfirman kepada mereka: Sebutkanlah kepadaku nama benda-benda itu. (Al-Baqarah: 31) Maksudnya, jelaskanlah kepadaku nama semua benda itu.
Dalam firman selanjutnya disebutkan: jika kalian memang orang-orang yang benar. (Al-Baqarah: 31) Yakni jika memang kalian mengetahui mengapa Aku menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Ketika para malaikat mengetahui bahwa Allah murka terhadap mereka karena mereka berani mengatakan hal yang gaib —padahal tiada yang mengetahui perkara gaib selain Allah semata— dan mereka tidak mempunyai pengetahuan mengenainya, lalu mereka berkata: Mahasuci Engkau. (Al-Baqarah: 32)
Kalimat ini mengandung makna menyucikan Allah, bahwa tiada seorang pun yang mengetahui hal yang gaib kecuali hanya Dia semata. Dalam kalimat selanjutnya para malaikat mengatakan, "Kami bertobat kepada-Mu." tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. (Al-Baqarah: 32)
Kalimat ini mengandung makna kebersihan diri mereka dari pengetahuan mengenai hal yang gaib, tiada yang kami ketahui melainkan apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami seperti apa yang telah Engkau ajarkan kepada Adam. Kemudian Allah berfirman kepada Adam: Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini. (Al-Baqarah: 33)
Allah memerintahkan kepada Adam agar menyebut nama semua benda itu. Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman, "Bukankah sudah Kukatakan kepada kalian." (Al-Baqarah: 33)
Hai para malaikat yang khusus. bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi. (Al-Baqarah: 33) sedangkan selain Aku tiada yang mengetahuinya. dan Aku mengetahui apa yang kalian lahirkan dan apa yang kalian sembunyikan. (Al-Baqarah: 33)
Aku mengetahui semua yang kalian lahirkan dan mengetahui semua yang kalian sembunyikan, Aku mengetahui rahasia seperti Aku mengetahui hal yang terang-terangan. Makna yang dimaksud ialah bahwa Allah mengetahui apa yang disembunyikan oleh iblis di dalam hatinya, yaitu perasaan takabur dan tinggi hati.
Pendapat ini garib (aneh), di dalamnya terdapat berbagai hal yang masih perlu dipertimbangkan, bila dibahas memerlukan keterangan yang cukup panjang. Penyandaran kepada Ibnu Abbas ini diriwayatkan oleh sebuah kitab tafsir yang cukup terkenal.
As-Saddi di dalam kitab tafsirnya meriwayatkan dari Abu Malik dan dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas, juga dari Murrah, dari Ibnu Mas'ud, dan dari sejumlah sahabat Nabi Saw.; ketika Allah telah rampung dari menciptakan apa yang Dia sukai, lalu Dia berkuasa di 'Arasy. Kemudian Allah menjadikan iblis sebagai raja di langit dunia.
Dia berasal dari suatu jenis malaikat yang dikenal dengan sebutan jin; sesungguhnya iblis dinamakan 'jin' karena ia menjabat sebagai penjaga surga. Dengan demikian, di samping sebagai raja di langit dunia, ia pun sekaligus sebagai penjaga surga.
Hal ini membuatnya merasa besar kepala, lalu dia mengatakan, "Tidak sekali-kali Allah memberiku tugas ini melainkan karena aku mempunyai kelebihan di atas para malaikat." Ketika iblis mulai congkak dan Allah melihat apa yang tersembunyi di dalam diri iblis itu, maka Allah berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. (Al-Baqarah: 30)
Maka malaikat berkata, "Wahai Tuhan Kami, apakah yang terjadi pada khalifah itu?" Allah menjawab, "Kelak dia mempunyai keturunan yang suka membuat kerusakan di bumi dan saling mendengki serta sebagian dari mereka membunuh sebagian yang lain."
Para malaikat bertanya, "Wahai Tuhan kami, mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui." (Al-Baqarah: 30) Artinya, Allah mengetahui apa yang tersimpan di dalam benak iblis.
Kemudian Allah memerintahkan Malaikat Jibril turun ke bumi untuk mengambil tanah liat. Tetapi bumi berkata, "Aku berlindung kepada Allah dari kamu agar kamu tidak mengurangiku atau membuatku menjadi buruk." Maka Malaikat Jibril kembali tanpa mengambilnya, dan ia berkata, "Wahai Tuhanku, sesungguhnya bumi meminta perlindungan kepada-Mu," maka Aku beri dia perlindungan.
Lalu Allah mengutus Malaikat Mikail, dan bumi meminta perlindungan pula darinya, maka Ia memberinya perlindungan. Akhirnya Malaikat Mikail kembali dan mengatakan seperti apa yang dikatakan oleh Malaikat Jibril.
Pada akhirnya Allah mengirimkan malaikat maut, dan bumi meminta perlindungan darinya, tetapi malaikat maut berkata, "Dan aku pun berlindung kepada Allah bila aku kembali, sedangkan perintah Allah belum aku laksanakan." Lalu ia mengambil tanah liat dari muka bumi dan mengambilnya secara acak bukan hanya dari satu tempat saja, lalu ia campur jadi satu, ada yang merah, ada yang putih, dan ada yang hitam.
Karena itu, keturunan Adam bermacam-macam warna kulitnya. Malaikat maut membawanya naik dalam bentuk tanah liat yang sebelumnya hanya berupa tanah. Tanah liat ialah tanah yang sebagian melekat pada sebagian yang lainnya (lengket). Kemudian Allah berfirman kepada para malaikat:
إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ طِينٍ * فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ
"Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan padanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kalian bersujud kepadanya." (QS. Shad: 71-72)
Allah menciptakan Adam dengan tangan kekuasaan-Nya sendiri agar iblis tidak takabur terhadapnya dan dapat dikatakan, "Apakah kamu berani takabur kepada orang yang Kujadikan dengan tangan kekuasaan-Ku sendiri, sedangkan Aku sendiri tidak takabur terhadapnya karena menciptakannya sebagai manusia." Saat itu Adam masih berupa tubuh dari tanah liat selama empat puluh tahun sejak hari diciptakan, yaitu hari Jumat.
Kemudian para malaikat. melewatinya dan mereka terkejut tatkala melihatnya. Yang paling terkejut di kala melihatnya ialah iblis. Lalu iblis melewatinya dan memukulnya, maka keluarlah suara dari tubuh Adam sebagaimana suara tembikar bila dipukul, seperti yang dijelaskan oleh firman-Nya:
مِنْ صَلْصَالٍ كَالْفَخَّارِ
"...dari tanah kering seperti tembikar." (QS. Ar-Rahman: 14)
Iblis mengatakan, "Untuk tujuan apakah kamu diciptakan?" Lalu ia masuk dari mulut dan keluar dari duburnya. Kemudian iblis berkata kepada para malaikat, "Janganlah kalian takut kepada makhluk ini, karena sesungguhnya Tuhan kalian Mahaperkasa, sedangkan makhluk ini berongga.
Jika aku dapat menguasainya, niscaya dia benar-benar akan kubinasakan." Setelah sampai waktu peniupan roh yang dikehendaki oleh Allah, maka Allah berfirman kepada para malaikat, "Maka apabila Kutiupkan padanya sebagian dari roh (ciptaan)-Ku, maka sujudlah kalian kepadanya" Ketika roh mulai ditiupkan padanya dan roh masuk mulai dari kepalanya, maka Adam bersin, lalu para malaikat berkata, ucapkanlah alhamdulillah," maka Adam mengucapkan alhamdulillah (segala puji bagi Allah). Allah menjawabnya dengan ucapan, "Semoga Tuhanmu mengasihani kamu." Ketika roh sampai pada kedua matanya, maka Adam dapat melihat buah-buhan surga.
Ketika roh sampai pada perutnya, timbullah selera makannya, lalu ia melompat sebelum roh sampai pada kedua kakinya karena tergesa-gesa ingin memetik buah surga. Yang demikian itu dikisahkan melalui firman-Nya:
خُلِقَ الإنْسَانُ مِنْ عَجَلٍ
"Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa." (QS. Al-Anbiya: 37)
Kemudian semua malaikat sujud kepada Adam, kecuali iblis; ia menolak, tidak mau ikut bersama-sama para malaikat yang sujud. Iblis membangkang dan takabur, dia termasuk orang-orang yang kafir.
Allah berfirman kepada iblis, "Mengapa kamu tidak mau bersujud kepada makhluk yang Kuciptakan dengan tangan kekuasaan-Ku sendiri, ketika Kuperintahkan kamu melakukannya?" Iblis menjawab, "Aku lebih baik daripada dia, aku tidak akan bersujud kepada manusia yang Engkau ciptakan dari tanah liat" Lalu Allah berfirman kepadanya:
أَنْ تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ
"Turunlah kamu dari surga itu, karena tidak layak bagi kamu berlaku takabur di dalamnya; maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina." (QS. Al-A'raf: 13)
As-sigar artinya hina. Lalu Allah Swt. berfirman: Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya. (Al-Baqarah: 31) Kemudian Allah mengemukakan benda-benda itu kepada para malaikat, lalu Allah berfirman, "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kalian memang orang-orang yang benar. (Al-Baqarah: 31) bahwa Bani Adam gemar membuat kerusakan di muka bumi dan menumpahkan darah. Maka para malaikat berkata: Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.
Allah berfirman, "Hai Adam, beri tahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman, "Bukankah sudah Kukatakan kepada kalian bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kalian lahirkan dan apa yang kalian sembunyikan?" (Al-Baqarah: 32-33); Ucapan para malaikat yang disitir oleh firman-Nya, yaitu: Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya. (Al-Baqarah: 30) merupakan apa yang mereka lahirkan.
Sedangkan yang disebut di dalam firman-Nya: dan (aku mengetahui) apa yang kalian sembunyikan. (Al-Baqarah: 33) Maksudnya, Allah mengetahui apa yang disembunyikan oleh iblis dalam hatinya yaitu perasaan tinggi diri (sombong).
Isnad yang sampai kepada para sahabat tersebut berpredikat masyhur di dalam kitab tafsir As-Saddi, tetapi di dalamnya terdapat banyak hadis israiliyat; barangkali sebagian di antaranya disisipkan, padahal bukan perkataan para sahabat, atau mereka mengambilnya dari sebagian kitab-kitab terdahulu.
Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak mengetengahkan banyak riwayat dengan sanad yang sama, lalu ia mengatakan bahwa riwayat-riwayat tersebut dapat diterima dengan syarat Imam Bukhari.
Tujuan utama pengetengahan riwayat-riwayat ini untuk menjelaskan bahwa tatkala Allah Swt. memerintahkan kepada para malaikat untuk sujud kepada Adam, maka iblis dimasukkan ke dalam kisah ini; karena sekalipun iblis bukan berasal dari unsur malaikat, tetapi ia dapat menyerupai mereka dan dapat melakukan hal-hal yang dilakukan oleh para malaikat.
Karena itulah iblis dimasukkan ke dalam khitab para malaikat dan menerima celaan karena menentang perintah Allah. Masalah ini akan dibahas secara panjang lebar —insya Allah— dalam tafsir firman-Nya:
إِلا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ
"...kecuali iblis, dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya." (QS. Al-Kahfi: 50)
Karena itulah Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan dari Khallad ibnu Ata, dari Tawus, dari Ibnu Abbas yang menceritakan, "Sebelum melakukan kedurhakaan, pada mulanya iblis itu termasuk golongan malaikat, dikenal dengan nama 'Azazil.
Ia termasuk penduduk bumi, juga sebagai golongan malaikat yang sangat kuat ijtihadnya dan paling banyak ilmunya.
Karena itulah hal tersebut mendorongnya bersikap takabur. Dia berasal dari suatu kabilah yang dikenal dengan nama makhluk jin."
Di dalam riwayat dari Khallad, dari Ata, dari Tawus atau dari Mujahid, dari Ibnu Abbas atau lainnya disebutkan riwayat yang semisal.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Abbad (yakni Ibnul Awwam), dari Sufyan ibnu Husain, dari Ya’la ibnu Muslim, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan, "Pada mulanya iblis bernama 'Azazil, termasuk golongan malaikat yang terhormat dan memiliki empat buah sayap, kemudian menjadi iblis sesudah peristiwa tersebut."
Sunaid meriwayatkan dari Hajyaj, dari Ibnu Juraij yang mengatakan bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan, "Pada awalnya iblis termasuk malaikat yang terhormat dan paling disegani kabilahnya, dia ditugaskan sebagai penjaga surga dan mempunyai kekuasaan di langit dunia, juga mempunyai kekuasaan di bumi."
Hal yang sama diriwayatkan pula oleh Ad-Dahhak dan lain-lain-nya, dari Ibnu Abbas.
Saleh maula Tau-amah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa sesungguhnya di antara para malaikat terdapat suatu kabilah (golongan) yang dikenal dengan nama jin. Sedangkan iblis termasuk dari kalangan mereka. Iblis menguasai kawasan antara langit dan bumi, lalu ia durhaka kepada Allah, maka Allah mengutuknya menjadi setan yang laknat. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.
Qatadah mengatakan dari Sa'id ibnul Musayyab bahwa iblis itu pada mulanya adalah pemimpin para malaikat langit dunia.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Addi ibnu Abu Addi, dari Auf, dari Al-Hasan yang menceritakan, "Iblis itu sama sekali bukan termasuk golongan malaikat, dan sesungguhnya iblis itu asalnya dari golongan jin; seperti Adam, asalnya dari golongan manusia."
Sanad riwayat ini berpredikat sahih, dari Al-Hasan. Hal yang sama dikatakan pula oleh Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam.
Syahr ibnu Hausyab mengatakan, iblis itu adalah berasal dari golongan jin yang diusir oleh para malaikat Sebagian dari malaikat ada yang menawannya, lalu membawanya ke langit. Demikian riwayat Ibnu Jarir.
Sunaid ibnu Daud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Yahya, dari Musa ibnu Numair dan Usman ibnu Sa'id ibnu Kamil, dari Sa'id ibnu Mas'ud yang mengatakan, "Dahulu para malaikat memerangi jin, dan iblis —yang saat itu masih kecil— tertawan, lalu iblis hidup bersama para malaikat dan ikut beribadah dengan mereka. Ketika para malaikat diperintahkan sujud kepada Adam, mereka sujud, kecuali iblis, ia membangkang." Karena itulah disebutkan di dalam firman-Nya: kecuali iblis, dia adalah dari golongan jin. (Al-Kahfi: 50)
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sinan Al-Bazzar, telah menceritakan kepada kami Abu Asim, dari Syarik, dari seorang lelaki, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang menceritakan: Allah menciptakan suatu makhluk (Adam), lalu Dia berfirman, "Sujudlah kalian kepada Adam!" Tetapi mereka berkata, "Kami tidak mau melakukannya." Maka Allah mengirimkan api kepada mereka, dan api itu membakar mereka.
Kemudian Allah menciptakan makhluk lainnya dan berfirman: Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. (Shad: 71) Lalu Allah berfirman, "Sujudlah kalian kepada Adam!" Tetapi mereka menolak, maka Allah mengirimkan api kepada mereka, dan api itu membakar mereka.
Kemudian Allah menciptakan mereka, lalu berfirman, "Sujudlah kalian kepada Adam!" Mereka menjawab, "Ya," dan iblis termasuk di antara mereka yang menolak, tidak mau sujud kepada Adam.
Riwayat ini garib (aneh) dan hampir dapat dikatakan tidak sah sanadnya, mengingat di dalamnya terdapat seorang perawi yang namanya tidak disebutkan; hal seperti ini tidak dapat dijadikan sebagai hujah.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, telah menceritakan kepada kami Saleh ibnu Hayyan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Buraidah sehubungan dengan makna firman-Nya: ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (Al-Baqarah: 34) Yakni termasuk orang-orang yang membangkang, akhirnya mereka dibakar oleh api.
Abu Ja'far meriwayatkan dari Ar-Rabi', dari Abul Aliyah sehubungan dengan makna firman-Nya: ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (Al-Baqarah: 34) Yang dimaksud dengan kafir ialah orang yang durhaka.
Sehubungan dengan makna ayat ini As-Saddi mengatakan, yang dimaksud dengan orang-orang kafir ialah mereka yang belum diciptakan oleh Allah saat itu, tetapi baru ada jauh sesudah masa itu.
Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan bahwa iblis sejak semula diciptakan oleh Allah ditakdirkan berbuat kekufuran dan kesesatan, tetapi beramal seperti amalnya para malaikat; kemudian Allah menjadikannya sesuai dengan apa yang telah ditetapkan-Nya sejak semula, yaitu kafir, sebagaimana dinyatakan oleh firman-Nya: ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (Al-Baqarah: 34)
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, "Sujudlah kalian kepada Adam!" (Al-Baqarah: 34) Karena taat kepada Allah, maka dilakukan sujud kepada Adam. Allah memuliakan Adam dengan memerintahkan para malaikat-Nya bersujud kepadanya.
Sebagian ulama mengatakan bahwa sujud ini merupakan penghormatan dan salam serta memuliakan, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman Allah Swt.:
وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا وَقَالَ يَا أَبَتِ هَذَا تَأْوِيلُ رُؤْيَايَ مِنْ قَبْلُ قَدْ جَعَلَهَا رَبِّي حَقًّا
Dan ia menaikkan kedua ibu bapaknya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Dan Yusuf berkata, "Wahai ayahku, inilah takbir mimpiku yang dahulu itu, sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan.” (Yusuf: 100)
Di masa lalu hal ini memang diperbolehkan di kalangan umat-umat terdahulu, tetapi dalam agama kita hal ini telah di-mansukh. Mu'az mengatakan hadis berikut:
قَدِمْتُ الشَّامَ فَرَأَيْتُهُمْ يَسْجُدُونَ لِأَسَاقِفَتِهِمْ وَعُلَمَائِهِمْ، فَأَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَحَقُّ أَنْ يُسْجَدَ لَكَ، فَقَالَ: "لَا لَوْ كُنْتُ آمِرًا بَشَرًا أَنْ يَسْجُدَ لِبَشَرٍ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا مِنْ عِظَمِ حَقِّهِ عَلَيْهَا
Ketika aku tiba di negeri Syam, kulihat mereka sujud kepada uskup-uskup dan ulamanya. Maka engkau, wahai Rasulullah, adalah orang yang lebih berhak untuk disujudi. Lalu Rasul Saw. bersabda, "Tidak, seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain, niscaya aku perintahkan kepada wanita agar sujud kepada suaminya, karena besarnya hak suami atas dirinya."
Pendapat ini dinilai rajih oleh Ar-Razi.
Sebagian ulama mengatakan bahwa sujud tersebut hanya ditujukan kepada Allah Swt., sedangkan Adam sebagai kiblat (arah)nya, seperti pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya:
أَقِمِ الصَّلاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ
"Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir." (QS. Al-Isra: 78)
Akan tetapi, pengertian kias ini masih perlu dipertimbangkan, dan yang paling kuat adalah pendapat pertama tadi, yaitu yang mengatakan bahwa sujud kepada Adam sebagai penghormatan dan salam serta memuliakannya. Hal ini termasuk taat kepada Allah Swt. karena Allah memerintahkannya.
Pendapat ini dinilai kuat oleh Ar-Razi di dalam kitab tafsirnya, sedangkan dua pendapat lainnya dinilainya lemah, yaitu pendapat yang mengatakan bahwa Adam dianggap sebagai kiblatnya, mengingat hal ini tidak menggambarkan sebagai suatu kehormatan.
Pendapat yang kedua ialah yang mengatakan bahwa sujud tersebut berupa tunduk, bukan membungkukkan badan dan meletakkan dahi di tanah; tetapi pendapat ini pun dinilai lemah oleh Ar-Razi.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka sujudlah mereka kecuali iblis, ia enggan dan takabur, dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (Al-Baqarah: 34) Musuh Allah alias iblis dengki terhadap Adam a.s. karena kehormatan yang telah diberikan oleh Allah Swt kepada Adam, dan ia berkata,
"Aku berasal dari api, sedangkan dia dari tanah." Hal tersebut merupakan permulaan dosa besar, yaitu takabur iblis —musuh Allah— karena tidak mau sujud kepada Adam a.s.
Menurut kami, di dalam sebuah hadis sahih telah disebutkan:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةِ خَرْدَلٍ مِنْ كِبْرٍ
"tidak dapat masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat sifat takabur sekalipun seberat biji sawi."
Di dalam hati iblis terdapat sifat takabur, kekufuran, dan keingkaran yang mengakibatkan dirinya terusir dan dijauhkan dari rahmat Allah dan dari sisi-Nya. Sebagian ahli i'rab mengartikan firman-Nya, "Wa-kana minal kafirin," maksudnya 'jadilah dia (iblis) termasuk golongan orang-orang yang kafir karena menolak untuk bersujud'. Perihalnya sama dengan firman Allah Swt lainnya, yaitu:
فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ
"...maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan." (QS. Hud: 43)
{فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ}
"...yang menyebabkan kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim." (QS. Al-Baqarah: 35)
Seorang penyair mengatakan:
بِتَيْهَاءَ قَفْرٌ وَالْمَطِيُّ كَأَنَّهَا قَطَا الْحُزْنِ قَدْ كَانَتْ فِرَاخًا بُيُوضُهَا ...
Di padang yang tandus, sedangkan unta kendaraan itu seakan-akan seperti burung qata yang kembali menjadi anak yang baru ditetaskan dari telurnya.
Menurut Ibnu Faurak, bentuk lengkap dari ayat tersebut ialah bahwa iblis itu menurut ilmu Allah tergolong ke dalam orang-orang yang kafir. Pendapat ini dinilai kuat oleh Al-Qurtubi. Dalam pembahasannya Al-Qurtubi menyebutkan suatu masalah; dia mengatakan bahwa ulama kita mengatakan,
"Orang yang ditampakkan oleh Allah Swt. beberapa karamah dan hal-hal yang bertentangan dengan hukum alam melalui tangannya, hal tersebut bukan merupakan bukti yang menunjukkan kewaliannya." Pendapatnya ini berbeda dengan pendapat sebagian orang dari kalangan ahli sufi dan golongan Rafidah.
Kemudian Al-Qurtubi mengemukakan alasan yang memperkuat pendapatnya itu, "Kami tidak dapat memastikan terhadap orang yang dapat melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hukum alam, bahwa dia dapat memenuhi Allah melalui imannya.
Orang yang bersangkutan sendiri tidak dapat memastikan bagi dirinya akan hal tersebut. Dengan kata lain, predikat kewalian masih belum dapat dipastikan hanya karena perkara tersebut."
Menurut pendapat kami memang ada sebagian ulama yang menyimpulkan bahwa hal yang khariq (bertentangan dengan hukum alam) itu adakalanya keluar dari orang yang bukan wali, bahkan keluar dari orang yang berpredikat pendurhaka, juga orang kafir.
Sebagai dalilnya ialah sebuah hadis yang menyatakan perihal Ibnu Sayyad, dia mengatakan dukh (kabut) ketika Rasulullah Saw. menyembunyikan sesuatu masalah terhadapnya, yakni firman-Nya:
فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ
"Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata." (QS. Ad-Dukhan: 10)
Juga melalui hal-hal yang dilakukannya, yaitu bahwa tubuhnya (Ibnu Sayyad) menjadi membesar hingga memenuhi jalan bila sedang marah, hingga Abdullah ibnu Umar memukulnya. Juga banyak hadis yang menceritakan perihal Dajjal yang banyak melakukan hal-hal yang khariq.
Antara lain dia memerintahkan kepada langit untuk menurunkan hujan, maka langit pun segera menurunkan hujan; dan bila ia memerintahkan kepada bumi untuk mengeluarkan tumbuh-tumbuhan, maka bumi pun segera mengeluarkan tumbuh-tumbuhan.
Hal khariq lainnya yang dapat dilakukan oleh Dajjal ialah perbendaharaan bumi selalu mengikutinya bagaikan laron. Disebut pula bahwa Dajjal membunuh seorang pemuda, kemudian menghidupkannya kembali, masih banyak hal lain dari perkara-perkara yang ajaib dilakukan oleh Dajjal.
Yunus ibnu Abdul A’la As-Sadfi pernah bercerita kepada Imam Syafii, bahwa Al-Lais ibnu Sa'd pernah mengatakan, "Apabila kalian melihat seorang lelaki berjalan di atas air dan terbang di udara, maka janganlah kalian teperdaya sebelum kalian mengemukakan perkaranya ke dalam penilaian Al-Qur'an dan sunnah."
Imam Syafii mengatakan bahwa Al-Lais rahimahullah memakai kata qasr dalam ungkapannya, yaitu: "Bahkan apabila kalian melihat seorang lelaki dapat berjalan di atas air dan terbang di udara, janganlah kalian teperdaya oleh sikapnya itu sebelum kalian mengemukakan perkaranya ke dalam penilaian Al-Qur'an dan sunnah."
Ar-Razi dan lain-lainnya meriwayatkan pendapat kalangan para ulama sehubungan dengan masalah berikut, yaitu: Apakah yang diperintahkan sujud kepada Adam hanya khusus malaikat yang ada di bumi, ataukah umum mencakup semua malaikat, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit?
Masing-masing dari kedua pendapat tersebut didukung oleh sebagian golongan ulama yang menyetujui pendapatnya.
Akan tetapi, makna lahiriah ayat menunjukkan pengertian umum, karena di dalamnya disebutkan:
فَسَجَدَ الْمَلائِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ * إِلا إِبْلِيسَ
"Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama, kecuali Iblis." (QS. Al-Hijr: 30-31)
Alasan-alasan yang telah dikemukakan dalam pembahasan ini memperkuat pengertian yang menunjukkan makna umum (mencakup semua malaikat).