5 Langkah Menjaga Kebahagiaan Keluarga Kita

Daftar Isi

5 Langkah Menjaga Kebahagiaan Keluarga Kita
Abusyuja.com - Sahabatku, tidak dipungkiri bahwa banyak orang mengimpikan kebahagiaan lewat pernikahannya. Maka, sebelum menikah, dibuatlah rencana-rencana dengan harapan bisa menerbitkan kebahagiaan. Kriteria jodoh dibuat, harapan-harapan setelah menikah disimpan dalam impian, dan bayangan-bayangan indah direkam duluan. Hanya untuk satu hal: kebahagiaan.

Malangnya, tidak semua rencana yang dibuat, impian yang diharapkan, dan bayangan di benak benar-benar akan terjadi dalam kenyataan. Allah Swt. selalu punya rencana yang lebih baik dan lebih indah. Dan, dikarenakan sudah berharap besar pada rencana pribadi, kebaikan dan keindahan dalam ketentuan Allah itu menjadi tidak terlihat lagi. Sayang sekali, bukan? 

Sahabatku, kita hanya diajak untuk bercita-cita dan mengupayakan keberkahan. Bila pernikahan sudah terkucur berkah dari Allah Swt., kebahagiaan adalah hal yang niscaya. Pun begitu, kita tetap harus berupaya untuk membangun dan menjaga rasa bahagia di tengah keluarga kita. Ada tapak-tapak langkah yang mestinya kita jalankan.

1. Diri Sendiri

Tapak pertama, diri sendiri. Apa yang diniatkan ketika menikah, apa yang diimpikan lewat pernikahan, dan bagaimana kedekatan kita kepada Allah Swt. sangat menentukan berkah atau tidaknya pernikahan yang kita jalani.

Selain itu, semangat berilmu kita juga menentukan. Seorang laki-laki akan menjadi imam di keluarganya. Maka, tanggung jawab harus dimengertinya, barulah dia bisa menunaikannya dengan baik. 

Seorang istri akan menjadi pemimpin di rumah, juga menjadi guru pertama bagi anak-anaknya kelak. Maka, harus dimiliki ilmunya agar bisa dipenuhi tugas dan tanggung jawab sebagaimana semestinya.

2. Pasangan

Tapak kedua, pasangan. Untuk mengejar berkah, kita tidak perlu mengimpikan yang banyak hartanya, cantik rupa wajahnya, atau yang terhormat nasabnya. Cukuplah kita menikahi orang yang baik agamanya.

Bila seseorang itu memiliki akhlak yang mulia dan beragama dengan baik, maka pasangannya akan mampu menjaga kesucian dengannya. Tidak lagi terpancing untuk melakukan maksiat, tidak lagi tergiur pada godaan di luar rumah, dan tidak lagi berhasrat pada yang dilarang Allah Swt. 

Dalam bekerja, sang suami akan lebih terjaga dari yang haram, apabila istri di rumah tak menuntut di luar kemampuan, berbahagia dengan pemberian suami, dan terlebih selalu memotivasi untuk menempuh yang halal saja. Kesucian pun terjaga.

Dalam beribadah, keduanya akan saling mengingatkan, saling memotivasi, dan saling memberi tahu, apabila sebelumnya kebaikan agamalah yang menjadi dasar memilih pasangan. Sebab itu, kedekatan dengan Allah Swt. akan selalu terjaga.

3. Rumah/Tempat Tinggal

Tapak ketiga, rumah. Target kita adalah membangun rumah yang bernuansa surgawi (baitiy, jannatiy). Rumah yang bernuansa surgawi ini bukan berarti harus mewah, indah, dan mahal. Bukan begitu. Rumah yang dimaksud bukan yang fisik (house/manzil), tapi suasana dalam rumah (home/bait).

Lihat saja, betapa banyak rumah yang megah dan mewah, tapi ternyata suasana di sana tak seindah fisiknya. Anak tidak merasa akrab pada ayah dan ibunya, suami pun tak dekat dengan istrinya. Rumahnya mewah, tapi suasananya seperti kuburan. Berbeda dengan itu, rumah yang sederhana justru bisa menjadikan orang di dalamnya bahagia, sebab kehangatan kasih sayang selalu mengisinya.

Sahabatku, tugas kita adalah mengisi kehidupan di rumah kita dengan aktivitas yang diridhai oleh Allah Swt. Suami dan istri saling mencintai karena Allah, lalu berupaya semaksimal bisa menuntun anak-anak untuk menjadi pecinta Allah pula. Segala yang ada di rumah menjadi sarana pendidikan yang rabbani untuk pribadi dan keluarga.

4. Keluarga Besar

Tapak keempat, keluarga besar. Setelah menikah, tidak hanya ikatan antara dua orang yang menikah itu saja yang terbangun, tapi juga kedua keluarga besarnya. Maka, amat perlu memerhatikan hal-hal yang bisa menjaga jalinan persaudaraan tetap kokoh. 

Cara utamanya adalah dengan komunikasi yang hangat dan bersahabat. Jangan mudah terbakar konflik di tengah keluarga kita. Segera padamkan api permusuhan dan rasa benci dengan sejuknya kasih sayang. Persoalan sepele jangan dibesar-besarkan. Justru segala permasalahan besarlah sebisanya dibuat kecil.

5. Masyarakat

Tapak kelima, masyarakat. Pertanda berkahnya suatu jalinan pernikahan tidak hanya mencakup rumah tangga dan keluarga, tapi juga berdampak pada masyarakat tempat tinggal. Tetangga khususnya dan masyarakat umumnya harus mendapatkan manfaat yang besar dari kehadiran kita di tengah-tengah mereka. Sabda Rasulullah Saw., “Sebaik-baik orang adalah yang paling bermanfaat bagi orang banyak.” (HR. Tirmidzi)

Sahabatku, bila pribadi kita baik, pasangan memesona, rumah tangga terasa sejuk, keluarga besar akrab, dan masyarakat kita harmonis, maka akan lengkaplah kebahagiaan di hati kita. Namun, tentu saja tidak selamanya kita bisa dengan mudah mendapatkan kelima poin tersebut. Nah, anggaplah ketidaksempurnaan itu sebagai tantangan dari Allah Swt. 

Kalau, misalnya, di dalam keluarga kita atau di tengah masyarakat kita masih terdapat banyak masalah, maka hadirlah di tengah mereka sebagai seorang pencerah. Tuntunlah mereka ke jalan yang baik, jalan yang dinaungi oleh Allah Swt. Sebab, bisa jadi, ketika kita menikah dan bermukim di suatu tempat, Allah memang sudah merencanakan itu.