Bersiaplah untuk Menikah, karena Inilah Jalan Terindah

Daftar Isi

Bersiaplah untuk Menikah, karena Inilah Jalan Terindah
Abusyuja.com - Mula-mula tumbuh cinta, lalu berdebur-deburlah rasa rindu, kemudian tersemailah keinginan untuk bertemu, membangun hubungan, dan menjalin kebersamaan tanpa penghalang. Ada banyak jalan yang bisa dilalui untuk mempertemukan kerinduan. Pacaran adalah salah satunya. Tapi, hanya ada satu jalan yang benar, jalan inilah yang mesti kita lalui, yakni pernikahan.

Ustadz Mohammad Fauzil Adhim, di dalam buku Kado Pernikahan untuk Istriku, dengan lihai menggambarkan keindahan yang bisa ditemukan dalam pernikahan.

“Setelah tiba masanya, halal bagi Anda untuk melakukan apa saja yang menjadi hak Anda bersamanya. Setelah tiba masanya, halal bagi Anda untuk merasakan kehangatan cintanya. Kehangatan cinta wanita yang telah mempercayakan kesetiaannya kepada Anda. Setelah tiba masanya, halal bagi Anda untuk menemukan pangkuannya ketika Anda risau.”

Benar-benarlah terbukti sabda Rasulullah Saw. dalam hadis sahih, “Belum terlihat pada dua orang yang saling mencintai yang seindah pernikahan.” (HR. Baihaqi)

Sahabatku, apa yang menyebabkan pernikahan menjadi yang paling indah?

Pertama, kehalalan. Menikmati sesuatu yang halal itu membuat kita tenang, menikmati yang haram menjadikan kita selalu tegang. Menjalani yang halal itu terasa enteng, menjalani yang haram itu membuat kepala kita puyeng.

Indahnya kehalalan inilah yang dicapai orang-orang yang sebelumnya teguh menahan diri. Persis seperti orang yang berbuka puasa, mereka akan merasakan kebahagiaan yang amat nikmat ketika berbuka, juga kelak ketika bertemu dengan Allah Swt., lalu diberikan kepada mereka ganjaran yang agung.

Di zaman Nabi Saw., ada seorang lelaki yang menjadi teladan. Beliau itu seseorang yang sangat miskin. Maka, pada hari itu, beliau merasakan kelaparan yang hebat. Beliau tidak punya apa-apa untuk dimakan. Kelaparan itu mendorongnya untuk masuk ke rumah seorang wanita, sambil berharap-harap mendapatkan makanan di dalamnya. Begitu masuk rumah, dilihatnya makanan yang bisa diambilnya. Tapi, beliau teringat peringatan Rasulullah Saw., “Siapa yang berusaha meninggalkan sesuatu yang haram, maka ia akan mendapatkannya dalam keadaan halal.”

Iman menuntunnya untuk membatalkan keinginan mencuri makanan. Beliau pun melangkah pelan-pelan untuk keluar dari rumah. Setan tak menyerah, matanya dibelokkan ke arah kamar. Ternyata wanita pemilik rumah itu sedang tertidur pulas. Berdesirlah keinginannya. Lagi-lagi, beliau teringat pada sabda Rasulullah Saw., “Siapa yang berusaha meninggalkan sesuatu yang haram, maka ia akan mendapatkannya dalam keadaan halal.”

Beliau keluar dari rumah itu, beranjak ke masjid untuk menenangkan hatinya, juga menjaga agar tidak terjerumus pada sesuatu yang haram.

Di masjid beliau bertemu dengan Rasulullah Saw., lalu Rasulullah mengabarkan padanya bahwa seorang wanita—lewat walinya—meminta kepada beliau agar dicarikan pendamping. Lelaki yang mulia ini dianggap cocok oleh Rasulullah Saw., maka beliau pun menikahkannya di hari itu juga, dengan mahar hafalan Al-Qur’an dan ilmu agamanya.

Usai akad, dipertemukanlah sahabat yang mulia itu dengan istrinya. Betapa terkejutnya beliau, ternyata wanita yang menjadi istrinya adalah wanita yang tadi dimasuki rumahnya. Benarlah sabda Rasulullah Saw., “Siapa yang berusaha meninggalkan sesuatu yang haram, maka ia akan mendapatkannya dalam keadaan halal.”

Kehalalan yang dicapainya itu merupakan buah perjuangan yang tidak mudah. Dan kesulitan itulah yang menjadikan hasilnya terasa indah.

Kedua, keridhaan Allah Swt. Inilah yang kita cita-citakan di dalam kehidupan kita: ridha Allah. Kita rela menukarnya dengan apa saja yang ada pada kita, juga dengan apa saja yang sanggup kita lakukan.

Dalam cinta, keridhaan Allah Swt. terletak di jalan yang disunnahkan oleh Rasul-Nya, yakni jalan pernikahan. Kita tidak bisa memilih jalan selain pernikahan, lalu mengharap Allah menaruh ridha-Nya di jalan itu. Sebab, menempuh sesuatu yang haram adalah kemaksiatan yang dibenci oleh Allah. Adapun pernikahan, inilah jalan ketaatan yang disukai-Nya.

Sahabatku, bila Allah Swt. sudah ridha, maka Allah akan menaburkan kasih-sayang-Nya. Seperti yang disebutkan oleh Rasulullah Saw. di dalam sabdanya:

“Ketika seorang suami memerhatikan istrinya dan istrinya memerhatikan suaminya, maka Allah akan memerhatikan mereka berdua dengan penuh rahmat. Manakala seorang suami meremas-remas jemari istrinya, berguguranlah dosa-dosa sepasang suami-istri itu dari sela-sela jemari mereka.” (Diriwayatkan dari Maisaroh bin Ali)

Demikianlah indahnya pernikahan itu. Apa-apa yang terhitung dosa dalam berpacaran, justru menjadi pahala dalam pernikahan. Apa-apa yang dibenci dalam berpacaran, menjadi sesuatu yang disukai dalam pernikahan