Konsep "Mencintai Karena Allah" dalam Islam

Daftar Isi

Konsep "Mencintai Karena Allah" dalam Islam
"Sungguh, aku mencintaimu karena Allah."

Kalimat itu betapa indah. Menggambarkan ketulusan pengucapnya, sebab tidak ada alasan lain dalam cintanya kecuali Allah Swt. Menampakkan kejujuran dirinya, sebab nama Allah Swt. dikaitkannya, maka tidak pantas ia berdusta. Memperlihatkan kesungguhannya, sebab ucapan seperti itu tidak untuk main-main.

Sahabatku, cinta yang seperti itu—insyaallah—akan selamat. Syaratnya, kalimat deklarasi cinta itu memang keluar dari hati, dipahami maknanya, dan bukan untuk menipu. Mengucapkannya memang mudah. Siapa saja bisa. Maka, pembuktian adalah pembeda mana yang jujur dan mana yang berdusta.

Apa buktinya seseorang benar-benar mencintai karena Allah Swt.? Itulah yang akan kita bahas di bagian terakhir bab ini. Insyaallah.

Pertama, cinta karena Allah Swt. tidak bisa terjadi dalam sekejap saja. Itulah sebabnya, sebelum memutuskan untuk menikah, kedua pihak dianjurkan untuk saling mengenali (ta’aruf). Tentu saja, perkenalan yang dimaksud bukan hanya sebatas siapa, anak siapa, tinggal di mana, kerja sebagai apa, dan gajinya berapa. Bukan. Utamanya adalah berupaya mengetahui keadaan agama dan akhlaknya. Itulah yang paling penting untuk ditanyakan kepada orang-orang dekat masing-masing.

Proses pengenalan ini butuh waktu. Jadi, kalau ada yang mengatakan bahwa ia mencintai karena Allah Swt., padahal baru saja bertemu, belum berupaya untuk mengenali kebaikan agama dan akhlaknya, pernyataan itu tepat untuk diragukan. Bisa saja ia mengatakan itu hanya untuk mempermanis ucapan cinta, sehingga cintanya yang menipu itu bersambut.

Kedua, seseorang dipilih hanya karena mempertimbangkan agamanya. Seperti sabda Nabi Muhammad Saw. yang masyhur:

“Wanita itu dinikahi karena empat perkara, yakni hartanya, kehormatan nasab (keturunannya), kecantikannya, dan agamanya. Nikahilah yang baik agamanya, niscaya engkau akan beruntung.” (HR. Bukhari)

Al-Khuwarizmi punya rumus dalam hal ini. Katanya, kalau seorang wanita itu baik agamanya, dia dapat nilai 1. Kalau dia juga berharta, maka tambahkan angka 0 di belakangnya, jadi nilainya 10. Kalau dia itu baik agamanya, berharta, dan terhormat nasabnya, maka tambahkan lagi angka 0, sehingga nilainya jadi 100. Dan kalau agamanya baik, berharta, terhormat nasabnya, dan juga cantik, maka tambahkan lagi angka 0, sehingga nilainya menjadi 1000. Catatan pentingnya, walaupun seorang wanita itu berharta, terhormat, dan cantik, tapi agamanya tidak baik, nilainya tetap 0.

Sahabatku, kita perlu sekali berhati-hati. Jangan terburu-buru merasa berbunga-bunga ketika seseorang berkata bahwa dia mencintaimu karena Allah Swt. Tanyakan dulu, apakah dia paham apa yang diucapkannya. Jangan-jangan, dia cuma latah: didengarnya orang lain mengucapkan hal serupa, tersimak indah di telinganya, lalu ia pun ikut-ikutan mengatakan, padahal sama sekali tidak paham.

Ketiga, kebersamaan menambah kedekatan kepada Allah Swt., bukan malah menjauh dari-Nya. Sepandai apa pun seseorang berkilah dengan deklarasi cintanya karena Allah, sementara adanya malah membawamu menjauh dari Allah, ia adalah seorang penipu. Misalnya, jika ia mengaku mencintai karena Allah, tapi ajakannya bukanlah pernikahan, maka ia telah berdusta. Ia mencintaimu bukan karena Allah, melainkan karena hawa nafsunya. Setegas itu!

Sahabatku, itulah tiga pertanda yang bisa kita uji. Marilah betul-betul kita jaga kemurnian cinta kita. Sehingga baik bagi kita, pasangan kita kelak, kehidupan kita di dunia, juga masa depan kita di akhirat nanti. Pastikan pula secara serius agar cinta kita itu tetap menjadikan kita semakin dekat dengan Allah Swt.