Meluruskan Niat Sebelum Menikah

Daftar Isi

Meluruskan Niat Sebelum Menikah
Abusyuja.com - Sahabatku, apa pun amal yang kita lakukan di dalam kehidupan ini, hanya akan diterima Allah Swt. bila syaratnya terpenuhi, yakni ikhlas semata karena Allah dan benar cara melakukannya seperti yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. Bila keduanya tidak terpenuhi, sebesar apa pun amal yang kita lakukan, tetap saja tidak akan diterima.

Dalam hadis yang panjang, Rasulullah Saw. menceritakan bahwa kelak di hari kiamat, ada tiga orang yang akan mula-mula dimasukkan ke dalam neraka. Mereka itu adalah seorang alim, seorang demawan, dan seorang pejuang di medan perang. Sekilas kita melihat, mereka itu adalah orang-orang yang mulia, sebab pekerjaan-pekerjaan mereka juga mulia. Tapi, ternyata mereka sama-sama salah dalam hal niat.

Alim tadi mengajarkan ilmunya bukan karena Allah Swt., tapi karena senang dipanggil “alim”, suka dianggap hebat, dan cinta pada ketenaran. Dermawan tadi menginfakkan hartanya bukan semata karena mengharapkan ridha Allah, tapi agar dipanggil “dermawan”, dikenal kebaikannya, dan agar semua orang tahu kalau dia punya harta yang banyak. Begitu juga sang pejuang, ia berperang dan terbunuh di medan juang, tapi niatnya bukan agar Allah ridha. Ia berperang hanya agar disebut “pemberani”, dianggap pahlawan, dan senang mendengarkan pujian-pujian.

Mereka sudah mendapatkan apa yang mereka harapkan, maka di akhirat nanti tidak ada lagi yang tersisa bagi mereka.

Rasulullah Saw. juga menjelaskan dalam sabdanya yang dicatat Khalifah Umar bin Khaththab.

“Sesungguhnya amal perbuatan itu (dinilai) hanya berdasarkan niatnya dan sesungguhnya setiap orang hanya memperoleh apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang hijrahnya (diniatkan) kepada Allah dan Rasul-Nya, maka (nilai) hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa hijrahnya (diniatkan) kepada dunia yang ingin diraihnya atau perempuan yang ingin dinikahinya, maka (nilai) hijrahnya adalah kepada apa yang menjadi tujuan hijrahnya itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sahabatku, dalam hal pernikahan ini juga penting kita cek keadaan niat kita. Jangan sampai kita menyia-nyiakan keagungan pernikahan dengan niat yang bengkok. Nah, apa saja yang perlu kita perhatikan? Pertama, niat ketika ingin menikah. Kedua, niat ketika memilih istri atau suami.

Apa yang kita inginkan dalam pernikahan? Jawaban untuk pertanyaan ini nantinya yang menjadi penentu berkah atau tidaknya pernikahan kita. Ada yang menikah karena didorong oleh semakin tuanya usia. Ada yang menikah karena capek mendengar pertanyaan-pertanyaan orang dekatnya entah kapan menikah. Ada pula yang menikah karena kecolongan. Alasan yang terakhir paling berbahaya. Semoga kita terhindar darinya. 

Sahabatku, marilah memantapkan hati untuk menempuh jalan pernikahan dengan niat yang lurus: menjalani sunnah, menyelamatkan diri dari hawa nafsu, menyambung tali persaudaraan, dan  juga mengharapkan keturunan yang beriman kepada Allah Swt.

Dengan niat yang mulia itu, niat untuk menegakkan agama Allah Swt., niscaya kehidupan pernikahan kita kelak akan dihiasi Allah dengan kemuliaan. Allah pun akan senantiasa menolong kita. Itulah yang dijanjikan oleh Allah.

“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya jika kamu menolong (agama) Allah, maka Allah akan menolongmu dan meneguhkan langkah-langkahmu.” (QS. Muhammad: 7)

Kemudian, apa yang kita niatkan dan citakan ketika memilih pendamping, juga sangat penting untuk diperiksa. Bila ia berharta, apakah kita tersilaukan oleh hartanya? Jika ia rupawan, apakah kecantikan atau ketampanannya itu yang menggoda kita? Kalau ia berasal dari keturunan yang terpandang, apakah statusnya itu yang membuat kita terpikat?

Sahabatku, perkara niat ini sangat rahasia. Ini ranahnya hati. Hanya kita dan Allah Swt. yang mengetahuinya. Maka, persoalan niat ini juga kita pertanggungjawabkan langsung kepada Allah. Semoga kita bisa terus-menerus menjaga kesucian niat, sehingga Allah ridha dan menaburkan berkah di dalam pernikahan kita. Marilah berlindung dari niat yang buruk, karena akibat-akibat yang ditimbulkannya juga buruk.

Dari Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah Saw. bersabda, “Janganlah kamu menikahi seorang wanita karena kecantikannya, mungkin saja kecantikannya itu membuatnya hina. Janganlah kamu menikahi seorang wanita karena hartanya, mungkin saja harta itu membuatnya melampaui batas. Akan tetapi, nikahilah seorang wanita karena agamanya. Sebab, seorang wanita yang salehah, meskipun buruk wajahnya, adalah lebih utama.” (HR. Ibnu Majah)

Sahabatku, demikianlah pentingnya niat. Apa yang kita simpan di hati kita, itu pula yang akan kita dapatkan kelak. Maka, marilah memeriksa niat kita. Ajak hati kita berdialog. Tanyakan padanya apa sebetulnya yang diinginkannya. 

Kita harus bisa jujur pada diri sendiri. Sebab, kalau pada diri sendiri saja kita tidak bisa jujur, bagaimana lagi pada orang lain? Bagaimana lagi pada Allah Swt.?