Menunda Nikah Karena Pendidikan?

Daftar Isi

Menunda Nikah Karena Pendidikan?
Abusyuja.com - Sahabatku, masih dalam proses pendidikan juga bisa menjadi alasan bagi kita untuk menunda nikah. Alasannya adalah kesibukan dan takut konsentrasi terganggu, mengingat setelah menikah akan ada banyak hal lain yang juga harus diperhatikan.

Terkait hal ini, Dr. ‘Aidh Al-Qarni menyatakan dalam buku Selagi Masih Muda, enggan menikah itu termasuk kelalaian yang melenakan. Jelas beliau, “Mereka menolak menikah dengan alasan ingin terus melanjutkan dan merampungkan kuliah. Sampai-sampai alasan merampungkan studi ini menjadi momok dan kambing hitam, bahkan dipertuhankan selain Allah. Padahal, siapa yang melarang kamu menikah sekaligus merampungkan studi?”

Kita juga mendapati banyak pelaku nikah muda, studinya juga belum rampung, tapi tetap bisa melalui keduanya dengan baik. Ustaz Mohammad Fauzil Adhim, misalnya, beliau menikah di semester ketiga kuliahnya. Maka, ketika diwisuda sebagai sarjana psikologi, beliau berbeda dengan teman-teman seangkatan. Kalau pada umumnya mahasiswa yang diwisuda itu ditemani keluarga dan orang tua, beliau juga ditemani istri dan tiga orang anaknya. Luar biasa.

Ustaz Arif Nur Salim atau biasa dikenal Salim A. Fillah, juga demikian. Beliau menikah muda, tapi studi dan pernikahan beliau bisa berjalan dengan baik. Di awal menikah, beliau harus meminjam uang untuk biaya walimah dan rumah, tapi setelah itu rezeki berdatangan dari arah yang tidak disangka-sangka. Buku pertama beliau, Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan, langsung menjadi buku laris (best seller). Selain menjadi jalan menebarkan kebaikan, juga menjadi jalan rezeki yang halal lagi berkah.

Sahabatku, kita bisa khawatir perjalanan studi dan pernikahan berantakan karena melihat orang-orang yang begitu. Padahal, ada banyak teladan baik yang bisa kita saksikan. Kenapa kita tidak belajar dari mereka yang baik itu saja, alih-alih menakuti akibat-akibat buruk?

Di samping itu, ada pula begitu banyak mahasiswa yang tugasnya hanya kuliah saja, tidak perlu mencari uang, tidak perlu memikirkan hal lain sebab semuanya sudah difasilitasi orangtua, tapi tetap saja prestasi belajarnya tidak baik. Kenapa?

Prestasi belajar tidak ditentukan banyaknya hal yang harus dipikirkan, juga bukan ditentukan status menikah atau tidak, tapi bagaimana kesungguhan kita dalam proses belajar. Tidak ada pula jaminan bahwa orang yang tidak menikah akan lebih bagus konsentrasinya. Justru, potensi buyarnya konsentrasi bisa lebih besar pada orang yang belum menikah. Orang yang sudah menikah akan lebih mudah menjaga hati, menundukkan pandangan, perasaan di hatinya juga lebih tenang. Kondisi seperti ini tentunya akan memudahkannya untuk konsentrasi. 

Tapi, bukankah orang yang sudah menikah itu juga harus memikirkan nafkah? Bagaimana bisa benar-benar berkonsentrasi dalam proses pendidikan?

Sahabatku, di bagian sebelumnya kita sudah membincangkan, soal rezeki dan nafkah itu jaminan Allah Swt. Tugas kita hanya mengupayakan, tak perlu merisaukan. Insya Allah, jika iman kita sebening itu, kita tidak akan menganggapnya masalah.

Mungkin di awal-awal menikah kondisinya memang masih pas-pasan, sehingga dibutuhkan kesabaran yang berlipat-lipat. Tapi, jika kita optimis, bekerja secara serius, dan memantaskan diri di depan Allah Swt., keadaan yang lebih baik akan kita rasakan. Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya yang beramal dan bekerja dengan niat yang ikhlas. Tidak akan.

Menikah muda juga ternyata bisa menjadi pelecut semangat seseorang untuk sukses, tidak hanya dalam studinya tapi karirnya pun kian meroket. Utamanya bagi lelaki. Pasalnya, tanggung jawab yang diemban dan kecintaan pada keluarga akan mengeluarkannya dari zona aman dan nyaman, lalu aktif bergerak memberdayakan potensinya. Seperti nasihat Mas Ippho Santosa, penulis buku 7 Keajaiban Rezeki, “Sebagai lelaki, kita mungkin tahan hidup susah. Tapi, sebagai lelaki sejati, kita tidak tahan melihat keluarga kita harus merasakan hidup yang susah.”

Sahabatku, sebagaimana kekhawatiran soal rezeki, persoalan studi seharusnya tidak menjadi alasan untuk menunda pernikahan. Itu hanya akan memperlihatkan betapa tidak bijaksananya kita. Itu hanya akan menunjukkan betapa kurang dewasanya kita