Tenang, Allah Sudah Menjamin!

Daftar Isi

Tenang, Allah Sudah Menjamin!
Abusyuja.com - Sahabatku, pertanyaan yang mungkin akan kita dengar dari orang tua atau sahabat-sahabat kita—ketika kita menyampaikan niat untuk menikah—adalah soal nafkah: “Mau diberi makan apa keluargamu nanti?” Ini juga yang ditakutkan sebagian orang, sehingga menunda keinginannya untuk menikah.

Ada alasan yang benar untuk menunda langkah menuju pernikahan, tapi kalau alasannya adalah risau soal nafkah agaknya perlu kita koreksi. Pertama, bukan suami yang memberikan istri dan anak-anaknya makan, tapi Allah Swt. Adapun suami, pemberiannya hanyalah satu di antara banyak cara yang bisa dilakukan oleh Allah untuk memberi keluarga itu makanan. 

Kedua, tidak ada seorang manusia pun yang bisa menjamin dan menjanjikan kehidupan yang nyaman. Semua bisa berubah. Orang yang saat ini berlimpah, bisa jadi di waktu-waktu berikutnya sudah susah. Allah Mahakuasa melakukan itu jika Dia berkehendak.

Soal rezeki ini adalah perkara iman. Seperti apa keyakinan kita kepada Allah Swt., seperti itulah ketenangan yang akan tercipta di dalam hati kita. Seperti Bunda Hajar yang ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim As. di tanah Makkah. Saat itu, tidak ada siapa-siapa, tidak ada apa-apa. Tetapi, beliau tetap yakin bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan mereka, sebab Allah yang memerintahkan Nabi Ibrahim meninggalkan mereka berdua di situ. Bunda Hajar yakin, bukan Nabi Ibrahim yang memberi mereka makan, tapi Allah. Lalu, terciptalah keajaiban, menyembur mata air zam-zam yang tetap bisa dinikmati airnya sampai sekarang. 

Sahabatku, Allah Swt. juga menjaminkan rezeki bagi siapa saja yang menikah karena ingin mengharap ridha-Nya.

“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, juga orang-orang yang layak menikah dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kekayaan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nur: 32)

Rasulullah Saw. juga bersabda, “Tidak termasuk umatku, orang yang takut terkungkung hidupnya setelah menikah, sehingga ia tidak menikah.” (HR. Thabrani)

Khalifah Umar bin Khaththab menambahkan, “Aku heran melihat orang yang mengaku beriman kepada Al-Qur’an, tapi takut sengsara karena menikah.”

Sahabatku, kali ini, jika kita masih ragu soal nafkah, mari membersihkan iman kita. Mungkin saja sudah ada banyak debu-debu yang menutupi kebeningannya. Jaminan Allah Swt. dalam soal rezeki itu pasti. Hanya saja, kewajiban kita dalam hal ini juga harus kita tunaikan. Nah, apa saja yang perlu kita lakukan agar rezeki dari Allah terus mengalir?

Satu, bertaubat kepada Allah Swt. Berbanyak-banyak istighfar. Terutama jika saat ini kita merasa keadaan sedang sempit. Mungkin saja ada banyak dosa yang belum diampuni oleh Allah, sebab kita tidak peduli pada-Nya. Dosa-dosa bisa menghalangi kita dari rezeki. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw., “Sesungguhnya seorang hamba bisa terhalang dari rezeki disebabkan oleh dosa-dosa yang dilakukannya.” (HR. Ahmad)

Khalifah Ali bin Abi Thalib menambahkan, “Hendaklah seorang hamba tidak merasa takut, kecuali kepada dosa-dosanya. Dan hendaklah seorang hamba tidak berharap, kecuali kepada Rabb-nya (Allah Swt.).”

Sifat kita—manusia—adalah salah dan lupa, maka kita harus benar-benar giat bertaubat kepada Allah Swt. dari dosa-dosa kita, baik yang kita sadari maupun yang tidak. Rasulullah Saw., menurut riwayat, selalu beristighfar 70-100 kali dalam sehari, padahal beliau itu Al-Ma’shum (terjaga dari dosa). Bagaimana lagi kita yang tidak ada penjagaan ini? Tentulah harus berbanyak-banyak bertaubat kepada Allah Swt.

Dua, bertakwa dan bertawakkal kepada Allah Swt. Dua hal inilah yang menjadi syarat lancar dan mulusnya rezeki seorang muslim. Tanpanya, segigih apa pun seorang hamba bekerja, sekeras apa pun ia memecah keringat, datangnya rezeki tetap akan tersendat-sendat. Sebab, kekayaan dan segala karunia itu datangnya dari Allah.

Allah Swt. menegaskan hal ini di dalam Al-Qur’an:

“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya dan Dia memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Barang siapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah (akan) mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh Allah telah membuat ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. At-Thalaq: 2-3)

Tiga, berjuang di jalan yang halal. Kita juga wajib bekerja, tidak boleh hanya berpangku tangan dan mengharap-harap pemberian orang lain. Justru, kitalah yang seharusnya memberi kepada orang lain. Catatannya, kita harus pastikan pekerjaan kita itu halal, agar keberkahan juga teriring bersama hasilnya.

Rasulullah Saw. tegas menjelaskan dalam sabdanya, “Wahai manusia! Orang yang paling kaya bukanlah orang yang punya banyak harta, melainkan orang yang kaya hati. Sesungguhnya Allah akan memberi rezeki kepada hamba-Nya sesuai yang sudah ditetapkan untuknya. Maka, perbaikilah cara kalian menjemput rezeki. Ambillah yang halal, tinggalkan yang haram.” (HR. Abu Ya’la)

Empat, bersyukur kepada Allah Swt. Bila kita bersyukur atas nikmat yang sedikit, Allah akan menambahnya, sebab orang yang tidak bersyukur pada nikmat yang sedikit tidak akan bersyukur terhadap nikmat yang besar. Penambahan ini sudah ditegaskan oleh Allah dan janji-Nya tidak akan disalahi.

“Dan ingatlah ketika Rabb-mu mengingatkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur (atas nikmat-Ku), maka Aku akan menambahkannya untukmu. Adapun jika kamu kufur (ingkar terhadap nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih.’” (QS. Ibrahim: 7)

Lima, menolong orang lain dan menginfakkan harta di jalan Allah Swt. Ada banyak firman Allah, anjuran Rasulullah Saw., dan juga keteladanan dari para sahabat. Betapa agungnya ganjaran yang akan didapatkan oleh mereka yang giat menginfakkan harta di jalan Allah, berderma kepada saudara-saudara seiman, dan menolong orang yang kesusahan. 

Jika kita melakukannya, niscaya Allah Swt. akan senantiasa menolong kita, juga melipatgandakan ganjaran untuk harta yang kita infakkan.

Sabda Rasulullah Saw., “Sesungguhnya Allah akan senantiasa menolong seorang hamba, selama hamba itu tetap menolong saudara-saudaranya.” (HR. Muslim)

Allah Swt. juga berfirman di dalam kitab-Nya yang terjaga:

“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah ialah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai terdapat seratus biji. Allah melipatgandakan (rezeki) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas dan Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261)

Sahabatku, Rasulullah Saw. juga sudah pernah menjelaskan, seorang hamba tidak akan meninggal dunia sampai seluruh rezeki yang sudah ditetapkan untuknya telah diberikan kepadanya. Maka, tugas kita adalah bekerja di jalan yang halal, mengabdi dengan sebaik-baiknya kepada Allah Swt., lalu berserah diri kepada-Nya. Allah tidak akan mengecewakan kita. Yakinlah!