Sejarah Perkembangan Islam pada Masa Tabi'in

Daftar Isi
Sejarah perkembangan islam pada masa tabi'in_Maksud dari periode Tabi'in adalah pasca kekhalifahan sahabat Ali bin Abi Tholib ra yang ditandai dengan munculnya sekte-sekte atau golongan-golongan Islam yang banyak mendapat sorotan ulama dan ahli sejarah seperti Qodariyah, Murji'ah, Mu'tazilah dan Jabariyah. Baca juga : Islam Periode Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin

Sekte Qodariyah

Qodariyah didirikan oleh dua orang tokoh yaitu Ma'bad Al Juhani dan Ghilan ad-Dimasyqi. Mereka berpendapat bahwa manusia memiliki Qadar atau kemampuan sendiri untuk menciptakan perbuatan tanpa intervensi Tuhan sama sekali.
Qodariyah berpendapat : manusia memiliki Qadar atau kemampuan sendiri untuk menciptakan perbuatan tanpa intervensi Tuhan sama sekali

Sekte Murji'ah

Sedangkan pendapat yang paling menonjol dari Murji'ah yang dipelopori oleh Hasan bin Bilal Al-Muzni, Al Husni, Abu salah as-Saman, Sauban dan Dirar bin Umar adalah menangguhkan hukuman duniawi hingga hari kiamat. Hari ini lebih dilatarbelakangi oleh sikap apatis mereka terhadap pertikaian politik sejak masa kekhalifahan Utsman bin Affan Ra. Mereka enggan menyatakan bagaimana hukum kelompok Syiah, khawarij, Muawiyah atau golongan Ali.
https://www.abusyuja.com/2019/09/sejarah-perkembangan-islam-pada-masa-tabiin.html
Mereka juga beranggapan bahwa hukum masing-masing manusia diserahkan kepada Tuhan kelak pada hari kiamat. Tetapi kemudian pendapatnya meluas, salah satu yang paling ekstrim adalah  meniadakan hukum qisas, diyat atau hukum bagi pezina. Menurut mereka, Semua hukuman ditunda sampai hari kiamat.
Murji'ah berpendapat : Menangguhkan hukuman duniawi hingga hari kiamat. Jadi  hukum masing-masing manusia diserahkan kepada Tuhan kelak pada hari kiamat..

Sekte Jabariyah

Sekte Jabariyah didirikan oleh Jahm bin Safwan. Sekte ini juga sering disebut sebagai Jahmiyah.
Jabariyah menyatakan bahwa manusia tidak memiliki Qadar sama sekali. Jadi manusia diciptakan secara mutlak oleh Qadar tuhan. Baik buruknya perbuatan manusia semata-mata merupakan perwujudan dari baik buruknya Qadar Tuhan. Pendapat Ini bertolak belakang dengan pendapat sekte Qodariyah.
Jabariyah berpendapat : Manusia tidak memiliki Qadar sama sekali. Baik buruknya perbuatan manusia semata-mata merupakan perwujudan dari baik buruknya Qadar Tuhan.

Sekte Mu'tazilah

Nama Mu'tazilah merupakan nisbat ucapan dari Syaikh Hasan Basri tatkala mengeluarkan muridnya yang radikal yaitu Washil bin Atha' Al Ghazal (80-131 H). Orang inilah yang dikenal sebagai pendiri dari sekte Mu'tazilah.

Washil bin Atha' sendiri menamakan sektenya dengan sebutan Ahl al-Adl wa at-Tauhid (golongan yang berpaham adil dan mengesakan Tuhan) yang sekaligus mengindikasikan pendapat ulama nya.
Mu'tazilah berpendapat  Al-Qur'an adalah makhluk ciptaan Tuhan yang bersifat hadits (baru). Sedangkan Tauhid menurut Mu'tazilah ialah Tuhan itu maha Esa tanpa diembel-embeli berbagai sifat dan tidak memiliki sifat-sifat.
Keradikalan Mu'tazilah menyebabkannya pecah menjadi 22 sekte. Tetapi semua sekte tersebut tetap saja terlalu berlebihan dalam memuja kemampuan akal dan nyaris mengabaikan petunjuk naqli Al-Qur'an dan as-Sunnah.
Bahkan mereka menyatakan bahwa Al-Qur'an adalah makhluk ciptaan Tuhan yang bersifat hadits (baru). pernyataan terakhir inilah yang kemudian disebut oleh banyak kalangan sebagai almihnah (ujian bagi ulama mayoritas yang tetap berpendapat bahwa Al-Qur'an adalah kalam Tuhan yang bersifat qadim).

Sampai periode Tabi'in istilah Ahlussunnah Wal Jamaah masih belum muncul sebagai gerakan bersama.
Istilah Ahlussunnah Wal Jamaah memang telah muncul, misalnya dalam tafsir Ibnu Abbas.
Namun golongan yang secara substansial ada didalamnya, yakni tetap berpegang teguh kepada petunjuk Alquran dan as-sunnah tetap merupakan mayoritas golongan.
Mayoritas ini sering disebut-sebut sebagai golongan assalafus Shalih.

Itulah pembahasan mengenai Sejarah Perkembangan Islam pada Masa Tabi'in. Semoga apa yang kami sampaikan menambah wawasan anda.
 Diterbitkan oleh : abusyuja