Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengaruh Keadaan Orang Tua Terhadap Perilaku Anak

https://www.abusyuja.com/2020/02/pengaruh-orang-tua-terhadap-perilaku-anak.html
Abusyuja.com_Banyak orang yang tidak menyadari bahwa hukum keturunan juga memainkan peran yang sangat penting dalam melakukan aktivitas pemindahan sifat-sifat batin internal, yang memiliki pembawaan moral dan spiritual, yang selanjutnya pengaruhnya tidak akan terbatas pada pembentukan ciri-ciri jasmaniah lahiriah anak itu saja.

Setidaknya ada 5 poin apabila Anda ingin mengetahui atau melihat bagaimana pengaruh orang tua terhadap baik buruk anak-anak.  berikut penjelasannya.

1. Keadaan ketika belum mempunyai anak

Keadaan ini adalah keadaan yang secara umum melingkupi segala sesuatu yang berkaitan dengan hubungan antara suami dan istri terhadap mereka masing-masing, juga terhadap masyarakatnya. Secara lebih konkrit, keadaan ini menyangkut bagaimana ucapan, sikap, dan tingkah laku keduanya selama mereka dipertemukan dalam kehidupan rumah tangga. Bagaimana watak, karakter serta kepribadian mereka yang menyangkut, misalnya, ujub (merasa dirinya paling tinggi), iri, dengki, fitnah, pamer, jujur, adil, sederhana, dan lain sebagainya. Kesemuanya tadi merupakan keadaan-keadaan yang juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku  anaknya. 

2. Keadaan ketika Pembentukan Nutfah (Mani/Sperma)

Dalam Islam, kita bisa menemukan berbagai riwayat yang menegaskan bahwa anak yang dihasilkan dari perzinaan dan anak yang terlahir dari hubungan pada saat haid serta anak yang nutfahnya terbentuk dari makanan yang haram, merupakan anak yang  setingkat dengan anak yang terlahir dari keikutsertaan setan dalam pembentukan nutfah.

Baca juga:
Memang benar bahwa mungkin anak hasil zina dan anak haid dapat menurut menelusuri jalan-jalan keberhasilan dan mendapatkan Taufik dalam kehidupannya. Demikian pula dengan anak yang pada saat membentuk nutfahnya, setan ikut serta di dalamnya. Namun, perkara  tersebut akan diliputi berbagai kesulitan yang besar. Lantaran itu, Islam mengharamkan berhubungan intim dengan wanita pada saat siklus haid masih berputar.

Apa itu keikutsertaan setan ?

Jika nutfah terbentuk dari makanan haram, maka setan akan menyertai manusia pada anak-anaknya. Sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat dari Imam As-Shodiq, “Perolehan barang haram akan tampak (pengaruhnya) pada keturunan.”

Contoh lain misalnya, mengenai kemitraan setan dalam harta. Di dalam kehidupan nyata, Anda akan menemukan beberapa kemitraan setan dalam harta, di antaranya adalah hubungan riba, menimbun harta untuk menaikkan harga, mengurangi timbangan, memperdaya manusia dalam barang-barang mereka, menentukan harga yang amat mahal, serta menipu dalam hubungan perdagangan dan ekonomi.

3. Keadaan Ketika Hamil

Setiap orang tua harus mengetahui bahwa segala moral dan spiritual  yang dilalui semasa kehamilan seorang istri akan beralih kepada janin yang berada dalam perutnya. Lantaran itu, seorang ibu harus selalu waspada pada saat hamil, dan ia harus menjauhi sifat-sifat buruk dan hina seperti dengki, takabur, dan sombong karena bayi yang dikandungnya menyerap kandungan sifat-sifat ini dan menjadi besar karenanya.

Wanita hamil yang menyingkap bagian tubuhnya yang diharamkan dan bergaul dengan laki-laki asing serta hal-hal yang mengiringi pergaulan berupa tertawa dan sebagainya, harus tahu bahwa dampak dari maksiat saat ini akan beralih secara langsung pada janinnya, dan ia membunuh kekhususan moral dan menumbuhkan kemampuan-kemampuan spiritual dan moralnya. Sebagaimana dosa-dosa berpengaruh terhadap anggota tubuh manusia, ia juga akan berpengaruh terhadap kejiwaan dan pembentukan spiritualnya.

Dan yang paling penting dari seorang ibu ketika mengandung anaknya adalah kehati-hatian dalam hal makan dan minum. Di sini kami tidak membicarakan makanan dan minuman dari segi kesehatan, karena kita sudah tahu bahwa hal itu juga penting untuk diperhatikan. Tetapi kami membicarakan dari segi kehalalan dan keharaman makanan yang berkaitan dengan pertumbuhan janin. Karena hal tersebut akan sangat berpengaruh.

4. Keadaan ketika menyusui

Sebagaimana kehati-hatian seorang ibu ketika sedang mengandung janin, maka kehati-hatian seorang ibu ketika sedang menyusui anak juga sangat patut untuk diperhatikan.

Di sini, kami tidak membicarakan tentang pilihan apakah yang lebih baik bagi seorang ibu terhadap bayinya, memberi ASI, atau membuatkan susu buatan, atau kombinasi keduanya, atau meminta perempuan lain untuk menyusui anaknya.

Dari sisi ini, Islam jelas mensyariatkan agar bayi-bayi yang lahir diberi ASI susu ibu selama dua tahun penuh, sebab hal ini akan berpengaruh sangat baik bagi perkembangan fisik psikis dan spiritual bayi. 

Kami juga ingin menyampaikan sesuatu yang sangat penting. Pertama, bagi seorang ibu,  hindarilah dosa-dosa dan maksiat ketika sedang menyusui anaknya. Kedua, seorang ibu harus menjauhi makanan dan minuman yang haram. Ketiga, menjauhi segala sifat buruk dan hina seperti Riya, ujub, takabur, sombong, dan lain sebagainya. Keempat, seorang ibu yang “tergolong masih muda,” hendaknya tidak sembarangan ketika sedang menyusui bayinya. Sebab, tidak jarang kita temukan ibu-ibu muda sedang menyusui anaknya di depan laki-laki asing, entah itu di dalam bus kota, di lingkungan rumahnya, atau di tempat lain. Dari sini saja, kita bisa mengatakan bahwa ibu ini sedang mengajari bayinya sifat tidak punya malu!

5. Keadaan di awal pertumbuhan anak

Orang tua  juga harus memperhatikan awal pertumbuhan anak-anaknya. Apa sih yang harus diperhatikan ketika anak masih dalam masa pertumbuhan? Yang harus diperhatikan adalah pendidikan,pembelajaran, pengasuhan, dan perawatan. Dan tidak lupa pula segala hal yang berkaitan dengan batasan-batasan agama, kebiasaan-kebiasaan yang baik, serta tidak membangun pola pikir yang tidak bertanggung jawab terhadap  kehidupannya dan kehidupan orang di sekitarnya.

Dan  yang  terakhir, ketika anak masih dalam masa pertumbuhan, kita sebagai orang tua harus peka dan jeli dalam memberikan apapun terhadap anak. Jangan pernah sekali-sekali memberikan sesuatu yang tidak mendukung kemajuan anak . Beri mereka sesuatu yang  ia senangi, tetapi juga mendukung proses belajarnya agar dapat menjadi lebih baik.