Inilah Pokok Ajaran Ahmadiyah yang Harus Anda Ketahui

Daftar Isi
https://www.abusyuja.com/2020/04/inilah-pokok-ajaran-ahmadiyah-yang-harus-anda-ketahui.html
Abusyuja.com_Ahmadiyah merupakan nama lain dari aliran Qadiyaniyyah, yaitu sebuah kelompok yang sangat fanatik kepada Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadiyani. Mirza Ghulam Ahmad lahir di Qadiniyan, India, pada tahun 1291 H. Arti Ghulam Ahmad sendiri adalah Hamba Ahmad atau Hamba Muhammad.

Ajaran dan Keyakinan Ahmadiyah

Mirza Ghulam Ahmad menganggap bahwa dirinya seorang mujaddid (pembaharu) dan pengikut Nabi Muhammad Saw. meskipun ia juga menerima wahyu. Kedudukannya tidak sama dengan kedudukan Nabi Muhammad Saw. karena Nabi Saw. sendiri adalah Nabi terakhir dan tidak ada nabi lain setelahnya yang membawa syari'at. Tetapi tidak menutup kemungkinan, Allah Swt. mengutus lagi Nabi yang tidak membawa syariat. Di antara nabi-nabi yang tidak membawa syariat tersebut adalah Mirza Ghulam Ahmad al-Qadiyani. Dialah nabi dibawah naungan Nabi Muhammad Saw.

Mirza Ghulam Ahmad berkata :
"Nabi yang terakhir dan tunduk kepada Nabi Saw. tidak pernah menyatakan bahwa dirinya adalah nabi atau rasul dalam pengertian yang sebenarnya. Allah Swt. memanggilku dengan sebutan nabi hanya bersasarkan isti'arah (kiyasan) saja. Kenabianku merupakan pancaran dari kenabian Muhammad Saw. Sebuah bayangan tidaklah memiliki wujud tersendiri atau wujud yang sebenarnya."
Ia juga berkata :
"Aku telah menyebutkan berkali-kali bahwa apa yang aku baca merupakan firman Allah Swt. seperti halnya al-Qur'an dan Taurat. Aku adalah seorang nabi bayangan yang di utus Allah Swt. Setiap Muslim wajib taat kepadaku dan wajib mengimani bahwa aku adalah Al-Masih yang dijanjikan akan datang. Karena itu, barangsiapa yang telah mengetahui dakwahku, tetapi ia tidak beriman kepadaku, maka sikapnya itu akan dihisab di akhirat, meskipun ia telah bersaksi tiada ada Tuhan selain Allah."

Perkataan Mirza Ghulam yang lain:
"Sesungguhnya aku adalah orang yang shadiq (dapat dipercaya) seperti Nabi Musa, Dawud, dan Muhammad Saw. Allah Swt telah telah menurunkan kepadaku lebih dari 10.000 ayat yang membenarkan kenabianku. Al-Qur'an dan Nabi Muhammad Saw. telah bersaksi atas kenabianku. Para nabi pun telah  menentukan zaman kenabianku, yaitu zaman sekarang ini. Al-Qur'an juga telah menentukan zaman kenabianku itu. Langit dan bumi juga bersaksi atas kenabianku. Tidak ada seorang nabi pun kecuali ia bersaksi kepadaku."

Karena inilah, kelompok Qadiyaniyah terkenal dengan nama Ahmadiyah. Hal ini didasarkan pada kebiasaan orang-orang barat dalam menyebutkan para pengikut sebuah kelompok dengan menyebutkan nama pendirinya. Contohnya, ketika mereka mengatakan Muhammadiyyin, maka maksudnya adalah para pengikut Nabi Muhammad Saw, dan Misihiyyin adalah pengikut Isa al-Masih, Musawiyyin adalah para pengikut Musa As.

Aliran Ahmadiyah ini banyak dipengaruhi oleh kondisi kaum Muslimin di India, di mana pada saat itu mereka menjadi kaum minoritas yang tertindas. Dari sini al-Qadiyani memandang bahwa bangsa Inggris adalah penolong dan pelindung kaum Muslimin di India. Ia tidak memandang perlu untuk melakukan perlawanan atau pemberontakan terhadap penduduk bangsa Inggris dan India.

Sebaliknya, ia berpendapat penduduk bangsa Inggris tersebut justru dapat memberikan jaminan keamanan kepada kaum Muslimin India. Dalam pandangannya, jihad mempertahankan tanah air adalah tidak wajib. Sebab, jihad hanya boleh dilakukan dalam rangka mempertahankan akidah saja.

Dalam hal ini, al-Qadiyani menilai bangsa Inggris tidak melarang kaum Muslimin menjalankan syari'at-syari'at agamanya. Karena itu, sudah selayaknya kaum Muslimin tetap menjaga perdamaian, yakni dengan mematuhi hukum-hukum bangsa Inggris.

Al-Qadiyani berkata, "Rasulullah Saw tidak akan mengangkat pedangnya untuk memerangi orang-orang kafir kecuali jika mereka mengerahkan pasukannya untuk menyerang Madinah dan menghancurkan Islam."

Dia telah menetapkan empat syarat dibolehkannya berjihad, yaitu jika orang-orang kafir melakukan penyerangan terlebih dahulu, jika penindasan mereka terhadap kaum Muslimin telah mencapai puncaknya sehingga tidak ada alternatif lain selain berperang, dan jika tujuan penindasan atau penyerangan orang kafir tersebut bertujuan untuk mengusir kaum Muslimin dan melenyapkan Islam dari bumi ini.

Pada saat macam itulah, tidak ada pilihan bagi kaum Muslimin selain berjihad dengan sungguh-sungguh, yaitu jihad membela diri dan menjaga agama mereka. Meskipun demikian, harus diupayakan lebih dahulu berdialog dan berunding, karena jihad dengan cara semacam itu akan mendatangkan hasil yang lebih baik daripada jihad dengan menggunakan pedang.

Sebelum meninggalnya Mirza Ghulam Ahmad, yaitu pada tahun 1908 M, ia telah berwasiat kepada para pengikutnya agar mereka menulis di kuburannya nama "Mirza Ghulam Ahmad Mau'ud" (Mirza Ghulam Ahmad yang dijanjikan). Maksudnya adalah dijanjikan masuk surga.

Sepeninggalan Mirza Ghulam Ahmad, para pengikut aliran Qadiyani ini pecah menjadi dua kelompok :
  1. Kelompok pertama adalah kelompok yang berpendapat bahwa Mirza Ghulam Ahmad benar-benar seorang nabi dan Ahmadiyah adalah sebuah agama. Pendapat ini dikemukakan oleh anaknya, Nuruddin yang kemudian diteruskan oleh Mirza Basyir Ahmad. Menurut kelompok ini, ruh-ruh para nabi termasuk Nabi Muhammad telah menitis dalam diri Mirza Ghulam Ahmad.
  2. Kelompok kedua adalah kelompok yang berpendapat bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang wali Allah Swt. Ia hanya seorang mujaddid (pembaharu) awal abad ke-14, seperti yang telah dijelaskan dalam perkataannya sendiri. Kelompok ini disebut dengan Ahmadiyah Lahoriyyah yang dipimpin oleh Maulat Muhammad Ali. Ia telah menyusun sebuah kitab yang berjudul Bayan al-Qur'an.
Aliran Ahmadiyah mengkafirkan orang yang tidak percaya kepada al-Qadiyani atau Mirza Ghulam Ahmad, meski ia seorang Muslim sekalipun. Aliran ini juga tidak membolehkan shalat jenazah atas orang-orang yang tidak mempercayai Mirza Ghulam Ahmad.

Itulah sedikit penggambaran ajaran Ahmadiyah serta sejarah singkat berdirinya organisasi ini. Semoga dapat menambah wawasan sejarah anda. Wallahu A'lam