Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kewajiban Istri Terhadap Suami Menurut Islam

Abusyuja.com_Wahai para istri, tidak bisa kita pungkiri bahwa kita pasti berharap ingin memiliki suami yang sempurna. Kita pasti berkeinginan untuk mempunyai suami yang bukan hanya tampan secara dzohir (luar), tetapi juga mulia secara batin (dalam). Kita ingin didampingi suami yang bukan hanya berpenampilan sedap dipandang mata, namun juga berbudi pekerti baik.

Baca juga:

Sungguh berharap dengan semacam itu bukanlah hal yang salah dan berlebihan.Bahkan memang demikianlah yang dianjurkan, akan tetapi sebagian kita menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Termasuk dari kita ini, bukanlah makhluk yang sempurna. Boleh-boleh saja kita berharap suami kita mempunyai watak dan karakter sesuai dengan yang kita harapkan, namun Janganlah terus kita memaksakan kehendak itu tanpa menyadari kekurangan suami kita.

http://www.abusyuja.com/2020/07/kewajiban-istri-terhadap-suami-menurut-islam.html

Hak seorang istri bisa bermakna kewajiban bagi seorang suami. Begitu juga sebaliknya, hak seorang suami menjadi kewajiban bagi seorang istri untuk dipenuhi. Dibawah ini adalah beberapa tugas atau kewajiban yang sepatutnya dilaksanakan oleh istri kepada suami demi tercapainya kesempurnaan dalam membina rumah tangga.

1. Taat dan melayani suami 

Salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh istri adalah taat kepada suami. Dalam hal ketaatan ini, seorang istri wajib mengikuti apapun yang diperintahkan oleh suami asalkan perintah itu tidak melanggar syariat.

Namun apabila perintah itu bertentangan dengan syariat, maka sang istri wajib menolaknya, karena sesungguhnya syariat Allah itu lebih tinggi daripada perintah suami.

Bila pemerintah tidak bertentangan dengan syariat tetapi seorang istri menolak melakukannya tanpa alasan secara syariat maka disebut memperoleh dosa.

Selain itu, istri juga berkewajiban memenuhi kebutuhan suami, baik berupa kebutuhan lahir maupun batin. Seorang istri harus bisa menyediakan makanan untuk suaminya apabila sang suami lapar. 
Setelah suaminya melaksanakan kewajiban berupa memberi uang belanja, seorang Istri juga wajib melayani kebutuhan batin suami (kebutuhan seksual) kecuali apabila ada udzur syar'i seperti sedang haid (datang bulan) dan nifas.

Apabila istri menolak ajakan suami untuk berhubungan badan tanpa udzur syar'i, maka malaikat akan melaknatnya hingga pagi. Meski demikian, sebagai seorang suami kita juga harus mengetahui perasaan atau kondisi istri.

Seorang suami harus bisa bersabar dan menahan diri dari marah apabila istri kita menolak jika diajak berhubungan seksual. Bisa saja ketika itu istri kita sedang tidak enak badan atau lelah setelah mengerjakan pekerjaan rumah tangga seharian.

Alangkah baiknya ketika mengajak istri untuk naik ke tempat tidur, sang suami mengajaknya dengan bahasa dan tutur kata yang lemah lembut, berbasa-basi terlebih dahulu, misal dengan menanyakan apakah tubuhnya sedang letih, lelah atau tidak. Sehingga dari jawaban yang diperoleh dari istri, sang suami akan dengan jelas mengetahui keadaan aslinya. Apabila istrinya menjawab bahwa badannya tidak lelah, maka sang suami dapat mengajaknya untuk memadu kasih.

Akan tetapi, apabila sang istri menjadi menjawab bahwa tubuhnya sedang lelah atau tidak enak badan, maka sang suami harus tahu diri, menyadari dan mengurungkan niatnya untuk mengajak berhubungan badan. Sebab, kenikmatan dalam jima’ (bersetubuh) dapat diperoleh apabila ada ketulusan dan keikhlasan dari kedua belah pihak, baik suami maupun istri dengan tanpa adanya paksaan.

2. Menjaga diri  dan harta suami

Istri yang diridhai suami akan diridhai pula oleh Allah Swt. Dan pantas pula baginya masuk kedalam surga-Nya. Dengan catatan, ia harus bisa memiliki dua hal ini: 
  • Pertama apabila dipandang oleh suaminya, maka ia dapat menyenangkan hati. Ini berarti ia bisa berhias untuk suaminya dan ia akan menjaga diri dari pandangan orang lain.
  • Kedua apabila sang suami memerintahkannya, maka ia akan menaatinya. Hal ini sebagaimana pembahasan di awal. Apabila suaminya sedang pergi maka ia wajib menjaga harta suaminya dan juga dirinya.
Mungkin di zaman sekarang ini agak sulit, karena banyak istri yang ditinggal bekerja suaminya justru mereka lebih suka berhias agar menjadi perhatian lelaki lain. Semoga keluarga kita, istri dan anak-anak perempuan kita semua tidak termasuk wanita yang berakhlak tercela seperti itu.

3. Selalu menggembirakan hati suaminya

Ini berkaitan dengan hadis Rasulullah, yaitu apabila sang suami memandang istrinya, maka istri dituntut untuk menampakkan kecantikannya sehingga sang suami menjadi bahagia.

Misalnya ketika suami pulang setelah seharian bekerja mencari nafkah dan badannya penuh lelah, ia masuk kerumah dan bertemu dengan istrinya yang tersenyum manis untuk menyambutnya, maka bisa jadi senyuman itu membuat hati sang suami bahagia hingga lelah badan menjadi tidak terasa.

Bahkan dalam sebuah hadits disebutkan bahwa seorang istri yang bermuka masam di hadapan suaminya akan memperoleh laknat dari Allah sampai ia dapat membuat suaminya tersenyum kembali.

Sebagaimana sabda Rasulullah bahwa, apabila seorang wanita yang selalu memasang muka muram dihadapan suaminya, maka ia dimurkai oleh Allah sampai ia dapat membuat suaminya tersenyum dan minta keridhaan-nya.

4. Senantiasa meminta izin suaminya

Apabila istri ingin keluar rumah, wajib baginya izin terlebih dahulu dengan suami. Dan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, sudah sepatutnya apabila seorang istri keluar harus ditemani oleh saudaranya atau yang satu mahram dengannya. Hal ini untuk menghindari  fitnah, karena apapun bisa terjadi dan orang lain bisa berpikir yang tidak baik tentangnya.

5. Menerima pemberian suami dengan ikhlas 

Seorang Istri harus menerima dengan ikhlas apapun yang diberikan oleh suami. Tentunya sesuai dengan kadar kemampuan suaminya. Pada zaman sekarang ini, ketika banyak wanita yang cenderung menurut materi, sifat menerima seperti ini memang sulit. Banyak istri yang menuntut bermacam hal dari suami tanpa memandang kemampuan sang suami. Hal itu karena didorong oleh perilaku konsumtif tanpa disertai usaha yang produktif.

Para istri yang demikian itu tidak mengetahui adanya ancaman yang keras atas perilaku tersebut. Sebagaimana sabda rasulullah bahwa Allah tidak akan mau melihat seorang istri yang tidak mau berterima kasih pada suaminya. 

Sungguh besar ancaman ini dan sungguh merugi para wanita yang tidak mau bersyukur dan menerima dengan lapang dada atas pemberian suaminya. Terkadang ada wanita yang suka mengungkit-ungkit apa yang telah dia berikan kepada suaminya dengan, membanding-bandingkan apa saja yang telah suaminya berikan kepadanya.

Padahal Baginda Rasulullah pernah bersabda bahwa andai seorang istri memiliki harta seperti kerajaan Nabi Sulaiman, lalu dimakan oleh suaminya, kemudian sang istri berkata kepadanya, “Di manakah hartaku?” Maka Allah akan menghapus amal baiknya selama 40 tahun.

Sudah sewajarnya seorang suami mengharapkan istri yang baik, istri yang sholehah istri, yang taat perintah suami, istri yang sempurna baik lahir maupun batin. Namun Janganlah serta merta hal itu mengakibatkan paksaan terhadap istri sehingga terkesan menjadi intoleran terhadapnya.

Sesungguhnya kesempurnaan itu tergantung dari cara pandang dan kriteria yang dipakai untuk menilainya. Mungkin saja istri kita tidak sempurna atau penuh dengan kekurangan secara objektif, tetapi bisa terlihat sempurna secara subjektif. Artinya, istri kita dapat terlihat sempurna menurut pandangan kita. Jadi, memiliki istri sempurna itu bukan hal yang mustahil, tentunya menurut pandangan subjektif kita masing-masing.

Dan satu hal terpenting dalam rumah tangga adalah, baik suami maupun istri itu harus saling memahami dan menerima hak dan kewajiban masing-masing, sehingga keduanya akan saling menghargai pendapat, saling memahami kekurangan, dan saling menerima ketidaksempurnaan masing-masing. Sungguh dengan saling menerima ketidaksempurnaan itulah yang menjadikan keduanya merasa sempurna.