Suami Boleh Cemburu, Asal Tidak Berlebihan!
Abusyuja.com_Wahai para suami, apabila kalian sama sekali tidak mempunyai rasa cemburu ketika istri keluar rumah kemudian dilihat oleh para lelaki, atau saat istri kalian bercengkerama dengan para lelaki di tempat kerja, atau ketika istri kalian berdua-dua dengan laki-laki lain di dalam mobil, atau ketika istri berbicara dengan laki-laki lain di telepon, atau saling berkirim pesan singkat dengan lelaki lain, maka itu bukanlah sifat yang benar dari seorang suami.
Tidak ada rasa cemburu inilah yang menyebabkan timbulnya kerusakan di keluarga dan berbagai macam penyakit masyarakat. Karena itu, Rasulullah Saw. telah jauh-jauh memperingatkan tentang bahayanya sifat ini. Rasulullah Saw. telah bersabda, “Tiga golongan yang Allah mengharamkan surga atas mereka, yaitu pecandu bir, anak yang durhaka terhadap orang tuanya, dan ‘dayyuts’ yang membiarkan kemaksiatan pada istrinya (keluarganya).”
Adapun yang dimaksud “dayyuts” dalam hadis di atas adalah orang yang tidak memiliki rasa cemburu kepada istrinya.
Zaman sekarang ini, betapa banyak suami yang membiarkan istri mereka memakai pakaian yang terbuka hingga menjadi bahan tontonan para lelaki, dan membiarkan para lelaki bergejolak syahwatnya karena melihat istrinya. Bahkan ia bangga dengan hal itu dan dianggap sebuah prestasi tersendiri. Astaghfirullah.
Bagaimana bisa seorang suami merasa bangga ketika istrinya menjadi barang tontonan orang lain, atau ketika aurat istrinya menjadi pemuas nafsu pandang para lelaki lain?
Saat ini, sebagian kaum muslimin yang terpengaruh oleh gaya hidup orang-orang barat (liberal) memandang bahwa hal seperti itu merupakan bentuk kemajuan dan modernisasi. Contohnya, jika istrinya bertemu dengan sahabat lelaki suaminya, maka sang istri mencium lelaki tersebut. Itu dianggapnya sebagai hal yang biasa.
Baca juga:
- Dapat Kabar Istri Selingkuh, Apa yang Harus Dilakukan Suami?
- Wahai Suami, Hargai Istri Sebelum Terlambat!
- Cara Memperlakukan Istri Ketika Berbuat Salah
Wahai para suami, sesungguhnya wanita sangat mengharapkan perhatian dan kasih sayang suaminya. Hatinya akan berbinar-binar jika sang suami menyatakan kasih sayang dan cinta padanya. Oleh karena itu, terkadang seorang istri sengaja melakukan tingkah laku tertentu untuk menguji seberapa besar kadar cinta sang suami padanya.
Suami yang baik adalah yang mampu membuat istrinya merasa bahwa ia benar-benar mencintainya. Jika seorang istri mengetahui bahwa suaminya cemburu kepada dirinya, maka ia akan merasa bahwa sang suami memang menyayanginya. Sehingga, ia pun akan bertambah sayang dan perhatian kepada suaminya. Artinya, cemburu menjadi salah satu tanda dari cinta.
Meskipun demikian, suami dilarang untuk cemburu secara berlebihan, apalagi hingga mengarah kepada perilaku posesif. Cemburu itu harus ada sebabnya, bukan tanpa alasan, atau hanya karena prasangka buruk terhadap istrinya.
Sifat posesif akan membuat istri tertekan, karena gerak-geriknya selalu mendapat pengawasan ketat, berlebihan, dan dianggap salah oleh suaminya.
Sikap cemburu berlebihan atau tanpa sebab, akan menjadikan suami bertindak posesif atau terlalu membatasi gerak istrinya. Hal ini sangatlah tidak benar. Seorang istri juga manusia yang ingin dicintai dan dikasihi, serta ingin dipercayai. Maka, berilah kepercayaan kepada istri sesuai dengan kadarnya, atau berilah kepercayaan yang terikat, yaitu memberi kepercayaan, namun masih dengan pengawasan dan berbagai batasan.
Kepercayaan sangatlah penting, karena seorang suami yang mencintai istrinya, harus pula memercayai istrinya, karena kepercayaan dan cinta itu adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Kepercayaan menjadi salah satu tanda cinta yang tulus. Seorang suami yang baik harus bisa mendapatkan segala sesuatu sesuai dengan tempat dan batasnya. Maka, cintailah istri kita dengan cara yang layak dan jangan berlebih-lebihan. Yakinlah bahwa mencintai istri termasuk bagian dari upaya mencintai Allah Swt. dan Rasul-Nya, sehingga kita akan memperoleh berkah dari rasa cinta itu.
Berikanlah kepercayaan penuh kepada istri kita, tetapi jangan lupa untuk terus melakukan pengawasan. Istri kita bukanlah manusia yang tidak bisa melakukan kesalahan. Karena itu, tetaplah mengawasinya secara proporsional tanpa ada tekanan yang berlebihan. Sehingga, istri kita merasa nyaman dan tidak terganggu dengan pengawasan kita.
Arti penting dari pengawasan adalah kita dapat bertindak secepatnya jika istri dirasa melakukan kesalahan. Jika istri hendak melakukan kesalahan, kita dapat segera mencegahnya. Sedangkan apabila istri sudah terlanjur melakukan kesalahan, kita bisa mengingatkannya agar tidak semakin parah dalam melakukan kesalahan.