7 Tahap Pernikahan Dalam Kehidupan Rumah Tangga

Daftar Isi

7 Tahap Pernikahan Dalam Kehidupan Rumah Tangga
Abusyuja.com – Pernikahan atau perkawinan adalah ibadah yang bersifat dinamis dan berlangsung secara terus-menerus. Oleh sebab itu, hubungan dalam pernikahan akan mengalami perubahan seiring dengan berjalannya waktu.

Tidak hanya itu, kepribadian suami maupun istri juga akan ikut berkembang seiring dengan perkembangan waktu. Berikut beberapa alur perkembangan yang umumnya terjadi dalam hubungan pernikahan.

1. Tahap Jatuh Cinta

Secara umu, hubungan laki-laki dan perempuan dimulai dari munculnya perasaan tertarik, kemudian perasaan itu berkembang menjadi jatuh cinta.

Jatuh cinta merupakan kondisi yang tidak berlangsung lama. Pada tahap ini, mereka akan mengalami ketertarikan yang luar biasa, merasa ingin selalu berdekatan, berdebar ketika bersama, sering memikirkan satu sama lain, merasa cocok luar dalam, dan masih banyak lagi.

Semua ini adalah ciri-ciri umum orang yang sedang jatuh cinta. Akan tetapi, Anda harus tahu bahwa jatuh cinta dan cinta adalah dua hal yang berbeda.

Perasaan jatuh cinta adalah perasaan cinta yang perlahan akan hilang setelah pasangan saling mengenal lebih dekat.

Sedangkan cinta adalah buah dari jatuh cinta itu sendiri, ia muncul ketika keadaan emosi, komitmen, dan gairah seksual mulai berkembang. Alhasil, hubungan akan lebih matang dan konsisten. Cinta dapat diartikan sebagai wujud nyata dari prinsip mengupayakan kondisi yang lebih baik.

2. Tahap Menyatu

Di 12-18 bulan awal ketika mereka menjadi pasangan suami istri, mereka akan menyatukan kedua pribadi. Di masa-masa ini, kebutuhan pribadi belum begitu tampak, karena atmosfer pada tahap ini adalah bagaimana caranya menyenangkan pasangannya, bukan memikirkan kebutuhan yang tidak begitu banyak. Misal, menyesuaikan hobi, kesukaan, atau kegemaran.

3. Tahap Bersarang

Tahap ini biasanya terjadi ketika pasangan suami istri telah bersama selama 2-3 tahun. Umumnya, mereka sudah memiliki kehidupan yang lebih stabil jika dibandingkan pada saat mereka mengalami tahap pengenalan kepribadian.

Pada tahap ini, ada yang sudah memiliki anak, mereka akan menginginkan rumah yang nyaman dan layak untuk keluarga kecilnya, memiliki kendaraan sendiri, serta kemapanan dalam finansial.

Beberapa persoalan yang umum pada tahap ini adalah pembagian peran suami-istri dalam keluarga, kebutuhan menghabiskan waktu bersama teman-teman, kebutuhan untuk dekat dengan keluarga besar, dan masih banyak lagi.

Tantangan pada tahap ini adalah bagaimana cara mereka mengelola perbedaan tersebut. Dan tak jarang ditemukan masalah baru karena perbedaan pendapat yang cenderung mengutamakan ego pribadi yang melahirkan percikan emosi, pertengkaran kecil, atau bahkan kemarahan besar.

Yang harus ditekankan pada tahap ini adalah belajar mencari solusi yang diproduksi dari pertimbangan yang dingin, damai, dan pikiran dewasa, bukan malah menekan kegelisahan sampai meledak menjadi kemarahan.

Satu hal lagi, kemampuan negosiasi dan bermusyawarah akan membantu pasangan suami istri dalam menyelesaikan konflik dengan baik.

4. Tahap Kebutuhan Pribadi

Tahap ini umumnya terjadi ketika usia pernikahan sudah mencapai 3-4 tahun. Pada tahap ini, kebutuhan pribadi mulai terasa kuat, sedangkan kebutuhan untuk selalu bersama dengan pasangan mulai berkurang. Misalnya, suami dulu suka memancing, sekarang ia mulai ingin memancing lagi bersama teman-temannya.

Ada tahap ini, suami dan istri sudah memiliki keyakinan kuat terhadap hubungan perkawinannya, jadi mereka tidak ketika pasangan ingin melakukan sesuatu tanpa mengajak dirinya.

Tantangan pada tahap ini adalah menjaga keseimbangan antara kebutuhan pribadi dengan kebutuhan keluarganya. Akibat ketika keseimbangan ini tidak terjaga adalah pasangan akan selalu curiga dan cemas ketika pasangannya memulia meminta waktu untuk dirinya sendiri.

5. Tahap Kolaborasi

Tahap ini biasanya terjadi pada pernikahan yang sudah menginjak usia 5-14 tahun. Pada tahap ini, mereka sudah merasa yakin dengan komitmen pasangan.

Mereka akan menemukan cara untuk bekerjasama dan memberikan dukungan kepada satu sama lain. Misal, ketika suami pergi ke luar kota, pasangan akan mendukung dengan melakukan penyesuaian yang diperlukan.

Tantangan pada tahap ini adalah banyak pasangan yang lupa untuk menghargai pengorbanan yang diberikan oleh pasangan. Komunikasi mereka juga akan memburuk apabila salah satu dari mereka sibuk dengan hal-hal di luar keluarga.

Bahkan, banyak yang bergerak saling menjauh tanpa mereka sadari. Tetapi masalah-masalah seperti ini dapat dicegah apabila pasangan mau menjaga komunikasi dengan baik serta senantiasa untuk saling mendukung.

6. Tahap Penyesuaian

Tahap ini biasanya terjadi pada pernikahan yang sudah menginjak usia 15-24 tahun. Pada tahap ini, mereka sibuk untuk menyesuaikan diri dengan tantangan hidup baru. Misal, anak-anak mulai dewasa dan mandiri, muncul sikap saling menuntut, saling menggampangkan, dan masih banyak lagi.

Permasalahan inilah yang terkadang memunculkan rasa putus asa karena pasangan tidak kunjung berubah sehingga membuat hubungan mudah sekali terbakar api (mudah terbawa emosi atau marah).

Tantangan pada tahap ini adalah memahami bahwa kehidupan telah membawa banyak sekali perubahan bagi kita dan pasangan. Solusi dari permasalahan ini adalah keduanya harus menghindari sikap merasa paling benar sendiri, merasa paling tahu situasi, serta egoisme. Solusi tersebut dapat ditanamkan mulai dari membiasakan diri menjadi pendengar yang baik.

7. Tahap Pembaruan

Tahap ini biasanya terjadi pada saat usia pernikahan sudah menginjak 25 tahun ke atas. Pada tahap ini, kedekatan emosi menjadi semakin kuat, hubungan romantis mulai terjalin kembali, dan masih banyak lagi.

Hal ini terjadi karena mereka telah melewati manis-pahitnya kehidupan bersama selam 25 tahun. Mereka akhirnya menemukan kembali rasa bahagia karena memiliki cinta yang teruji, tahan banting, serta memiliki belahan jiwa yang dapat diandalkan.

Tantangan pada tahap ini adalah menjaga kesabaran dalam menghadapi pasangan. Tidak menutup kemungkinan kebiasaan-kebiasaan lama akan muncul kembali meski hubungan mereka sudah berumur 25 tahun.

Kedua belah pihak dituntut untut cerdas mengelola dengan baik ketegangan yang terjadi, serta mengingat komitmen dan kedekatan emosi.

Itulah 7 fase pernikahan dalam kehidupan rumah tangga. Semoga apa yang kami sampaikan bermanfaat. Wallahu A’lam