Dahsyat! Inilah Manfaat Puasa bagi Kesehatan Tubuh
Abusyuja.com – Puasa dalam perspektif syariat adalah menahan diri dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa, seperti makan, minum, dan bersenggama. Dimulai sejak terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari dan wajib disertai dengan niat.
Meninjau dari segi bahasa, puasa adalah menahan diri. Maka dalam dunia medis juga dikenal dengan konsep serupa. Misalnya, seseorang dianjurkan dokter untuk tidak makan makanan tertentu dengan tujuan agar berat badan tetap terjaga dan terhindar dari obesitas.
Selain menyehatkan, puasa adalah ibadah
Secara etimologis, pola seperti di atas termasuk puasa. Meskipun sama-sama menahan diri, tetapi secara teknis, keduanya definisi di atas memiliki perbedaan. Karena dalam konteks syariat, puasa dikerjakan atas dasar dorongan ibadah kepada Allah Swt., dan semata didasari untuk tujuan meraih pahala akhirat.
Selain sebagai salah satu bentuk rutinitas ibadah seorang muslim, puasa ternyata juga memiliki kandungan hikmah besar. Tidak hanya memperoleh jaminan pahala di akhirat kelak, dengan taat melakukan puasa, seseorang secara tidak langsung akan merasakan manfaat kesehatan untuk dirinya sendiri.
Ibnu Al-Jauzi sendiri menyatakan, puasa memiliki rahasia tertentu yang mampu membuat seseorang terjaga kesehatannya. Bahkan, rahasia ini tak akan ditemukan oleh seseorang dalam kondisi tidak berpuasa.
Abu Hurairah meriwayatkan sebuah hadis:
“Berpuasalah! Maka kamu akan sehat.” (HR. At-Tabrani)
Pendapat Syekh Haralli, yang dikutip dalam kitab Faid al-Qadir menyebutkan bahwa hadis di atas memberikan isyarat, seseorang yang melakukan puasa nantinya akan memperoleh manfaat kebaikan bagi tubuh dan akal.
Dalam hadis lain juga dipaparkan, puasa adalah solusi terbaik untuk menekan nafsu dan hasrat biologis bagi seseorang yang belum mampu menikah.
Banyak asumsi berkembang di masyarakat, yang menganggap bahwa puasa sehari penuh akan mendatangkan efek negatif. Seperti menyebabkan dehidrasi, gangguan kesehatan, dan lain sebagainya. Tentu saja, anggapan ini tidak bisa dibenarkan.
Pada dasarnya, dehidrasi pada orang puasa tidak akan mengganggu, karena saat berpuasa, metabolisme akan menurun, sehingga hanya membutuhkan sedikit air. Tidak hanya itu, saat berpuasa makanan dan minuman yang masuk pada tubuh sangatlah sedikit, sampah pencernaan dan metabolisme otomatis akan menurut. Begitu juga volume urine dan feses, juga lantas menurun.
Secara ilmiah kedokteran, puasa benar-benar bermanfaat untuk meningkatkan hidup sehat. Melalui Tasyir al-‘Alam, Abu Abdurrahman Abdullah mengatakan, setelah melakukan proses pencernaan, kondisi perut membutuhkan waktu istirahat. Maka dengan melakukan puasa, seseorang akan mengistirahatkan organ pencernaan. Karena umumnya, manusia menyantap makan 3 (tiga) kali sehari.
Padahal, organ pencernaan membutuhkan waktu kurang lebih 8 (delapan) jam untuk memproses asupan makanan yang masuk. Jika kita hitung, dengan makan 3 (tiga) kali sehari, organ pencernaan membutuhkan waktu 24 jam untuk memproses makanan tersebut.
Jika memang demikian, maka secara tidak sadar kita telah memaksa organ pencernaan untuk bekerja keras terus menerus tanpa memberi kesempatan untuk istirahat.
Maka tak heran jika Rasulullah Saw. telah menganjurkan kita agar melakukan puasa rutin. Setidaknya seminggu 2 (dua) kali, pada hari Senin dan kamis. Dengan puasa Senin-Kamis, secara tidak langsung kita telah memberi jeda istirahat untuk organ pencernaan.
Nabi Saw. bersabda:
“Puasa menyehatkan lambung, melangsingkan tubuh, dan menjauhkan diri dari siksa neraka.” (Faid al-Qadir, juz 4: 243)
Puasa dapat mengistirahatkan organ
Logika sederhana, semua peralatan, apapun jenisnya, jika digunakan secara terus-menerus, akan lebih cepat rusak daripada alat-alat yang sering diistirahatkan. Karena banyaknya organ yang diistirahatkan, secara otomatis energi tubuh akan dimanfaatkan untuk revitalisasi organ-organ utama. Seperti hati, kelenjar pencernaan, dan ginjal. Revitalisasi ini ditandai dengan peningkatan kinerja organ-organ tersebut.
Hanya saja, banyak orang tidak percaya, bukankah dengan mengistirahatkan organ pencernaan justru berpotensi mengakibatkan turunnya gizi yang diserap oleh tubuh? Dengan alasan, karena jumlah asupan makanan dalam tubuh selama puasa berkurang.
Puasa dapat mengeluarkan racun dalam tubuh
Memang benar, orang yang sedang berpuasa akan kekurangan asupan makanan ke dalam tubuh. Akan tetapi, untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut, tubuh akan melakukan autolisis (pembongkaran sel-sel). Karena yang paling efektif dalam menghasilkan energi adalah lemak, maka sel-sel inilah yang lebih dulu dibongkar.
Bahkan dalam proses autolisis ini juga akan terjadi proses detoksifikasi. Pada dasarnya, di dalam sel-sel lemak terdapat zat-zat racun, termasuk DDT (akibat pembongkaran tersebut). Sehingga, dibebaskanlah racun-racun tersebut dari dalam tubuh.
Detoksifikasi atau pelepasan racun dari dalam tubuh dengan cara berpuasa dapat dibuktikan melalui urine dan feses (KBBI: tinja/kotoran berak). Urine dan feses yang dimiliki oleh orang yang berpuasa akan memiliki toksin organofosfat. Selanjutnya, toksin organofosfat yang masuk ke dalam tubuh disimpan dalam sel-sel lemak tubuh dan akan mengalami pembongkaran saat puasa.
Puasa dapat meningkatkan penyerapan gizi
Tidak cukup sampai di sini, puasa juga dapat meningkatkan dasar serap makan. Berdasarkan ilmu gizi, pada umumnya manusia hanya dapat menyerap gizi sebanyak 35% dari gizi makanan yang dikonsumsi. Tetapi dengan melakukan puasa, penyerapan gizi dapat meningkat hingga 85%. Hal ini bisa terjadi karena saat alat pencernaan beristirahat, alat-alat pencernaan justru menjadi lebih giat dalam mereduksi dan menyerap makanan yang dikonsumsi.
Puasa dapat meningkatkan kecerdasan
Berbicara soal hikmah puasa, ulama juga turut memaparkan, puasa dapat meningkatkan daya ingat dan kecerdasan. Ratusan tahun silam, Syekh Al-Zarnuji dalam kitabnya, Ta’limul Muta’alim, telah lebih dulu memberikan resep kecerdasan bagi para pelajar, yakni dengan berpuasa. Dan sampai hari ini, dunia medis melalui sudut pandang ilmiah telah berhasil membuktikan dan menjelaskan fakta tersebut.
Tidak merasakan kenyang saat berpuasa akan sangat baik untuk kecerdasan dalam berpikir. Sebab, saat perut mengalami kenyang, banyak darat tersalur untuk melakukan proses pencernaan. Sewaktu perut mengalami kekosongan, maka volume darah di bagian pencernaan dapat dikurangi dan difungsikan untuk keperluan lain, terutama untuk melayani otak.
Dengan logika ilmiah seperti ini maka wajar jika para ulama dahulu menyarankan agar dalam proses belajar sangan sapai perut mengalami kekenyangan. Sementara itu, cara paling efektif untuk menghindari kekenyangan adalah berpuasa. Sehingga selain sebagai ibadah, nyatanya puasa juga mampu menjadi mediasi latihan kesehatan otak.
Puasa cocok untuk orang pemikir berat
Bagi para pemikir berat, seperti guru, pelajar, dan para dosen, menjaga kesehatan dengan cara berpuasa sangatlah baik. Sebab, jika para pemikir berat tidak sesekali mengosongkan perutnya, maka sama saja ia memaksa alat pencernaan dan otaknya untuk bekerja keras karena kedua organ ini membutuhkan keberadaan aliran darah yang cukup saat bekerja. Tentunya hak ini tidak baik jika dilakukan secara terus menerus, sehingga bisa disolusikan dengan cara berpuasa. Setidaknya seminggu dua kali, pada hari Senin dan Kamis.
Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa betapa banyak manfaat puasa bagi kesehatan. Namun perlu diingat, ada beberapa kondisi yang justru sangat direkomendasikan tidak berpuasa, yakni di saat seseorang tengah menderita penyakit berat. Maka, jika ia ingin menjalankan puasa, hendaknya berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter yang mengobatinya.
Itulah manfaat dan hikmah berpuasa bagi kesehatan tubuh. Semoga apa yang kami sampaikan bermanfaat. Wallahu A’lam
Sumber Referensi:
Al-Fiqh al-Muhtaj, Juz 2, halaman 73.
Zad al-Ma’ad, Juz 2, halaman 28.
Faid al-Qadir, Juz 4, halaman 212 dan 243.
Sahih Bukhari, juz 7, halaman 3.
Sehat ala Nabi, halaman 110, 113, dan 114.
Abdullah bin Abdurrahman al-Yassam, Taysir al-Alam Syarh Umdah al-Ahkam, halaman 131.
Imam Ahmad, Musnad al-Imam Ahmad, juz 41, halaman 269.
Ann louis Gittleman, Ph.D., C.N.S, The Fast Track Detox Diet, halaman 39.
Syarifuddin Ahmad, Puasa Menuju Sehat Fisik dan Psikis, halaman 112 dan 115.
Ariesandi Setyono, Mathemagics: Cara Jenius Belajar Matematika, halaman 88-89.
W. Robertson Smith, Lecture on the Religion of the Semites, halaman 80 dan 276.