Hikmah di Balik Salat untuk Kesehatan Tubuh

Daftar Isi

Hikmah di Balik Salat untuk Kesehatan Tubuh
Abusyuja.com – Salat merupakan rutinitas harian umat muslim. Setiap muslim yang berakal sehat wajib melakukan ibadah ini, paling tidak sehari lima kali, menafikan wanita haid dan wanita dengan kondisi halangan lain. Kedua golongan wanita ini dilarang untuk salat, sebab keduanya sedang berada dalam kondisi tidak suci menurut kacamata syariat.

Suatu ketika, seorang penduduk Arab pedalaman mendatangi Nabi Muhammad SAW. Ia bertanya tentang hal apakah yang harus dimintanya selepas salat? Hal terbaik apa menurut Nabi yang paling pantas untuk dipanjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala?

Kemudian Nabi SAW tak banyak memberikan arahan. Beliau hanya menjawab, “Mintalah kepada Allah,  ‘Afiyah!”. ‘Afiyah sendiri adalah kata yang memiliki makna ganda, bisa saja berarti kesehatan, bisa berarti keselamatan, tentu tergantung dengan melihat konteksnya.

Sebenarnya penanya masih belum puas. Ia mengulang kembali pertanyaannya. Nabi pun menjawab dengan jawaban yang sama, tetapi di jawaban yang ketiga, beliau menambahkan kalimat, “Mintalah ‘Afiyah di dunia dan di akhirat!

Tentu saja ungkapan ini merupakan sebuah isyarat bahwa hal terbaik yang harus diminta selepas melaksanakan salat adalah diberikan kesehatan di dunia dan keselamatan di akhirat 

Orang yang sehat maupun sakit menerima kewajiban salat untuk dilakukan pada waktu-waktu tertentu. Bahkan bagi pemeluk agama Islam, nilai salat bukan hanya sekedar ibadah seorang hamba kepada Tuhannya, tetapi jauh dari itu, salat memiliki khasiat yang banyak sekali. 

Syekh Nawawi, salah seorang ulama masyhur di penjuru dunia juga ikut mengungkapkan pendapatnya mengenai salat, bermula dari sabda Nabi Muhammad SAW. yang berbunyi:

Sesungguhnya di dalam salat terdapat obat.(Al-Hadis)

Di dalam hadis di atas, Imam Nawawi mengatakan salat bukanlah melulu tentang mencari pahala semata, tetapi lebih dari itu, salat menurut Imam Nawawi adalah:

Dapat menarik rezeki, menjaga kesehatan, menolak penyakit, sebagai penawar dan obat, menguatkan hati, pengobat hati, penghilang rasa enggan dan malas, penyemangat jasmani, melatih kekuatan fisik, melapangkan jiwa, makanan rohani, penerang hati, mencerahkan wajah, menjaga nikmat, penarik berkah, menjauhkan diri dari setan, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.”, dan masih banyak lagi manfaat salat menurut hemat beliau.

Kita mungkin hanya mampu melihat dan merasakan beberapa hal dan belum bisa merasakan manfaat semuanya, tetapi para pendahulu kita, para ulama yang gemar melakukan salat malam, mampu merasakan lebih banyak.

Syekh Abu Syuja misalnya. Ulama pengarang kita Taqrib ini mampu menjangkau usia sampai 160 tahun, Bahkan menurut saksi sejarah, hampir-hampir semua organ beliau masih berfungsi normal dan mampu membaca tanpa alat bantu kacamata di usianya yang sedemikian sepuh. Salah satu resep yang beliau lakukan adalah menjaga anggota badan dengan menghindari maksiat dan tidak mendurhakai-Nya, dan salat adalah salah satu cara yang dilakukan.

Para ulama Fiqih, bukan Dokter, mencoba mengartikan beberapa hikmah di balik setiap gerakan salat. Berdasarkan hasil pengamatan mereka, dalam salat dikenal istilah Jalsah al-Istirohah atau duduk istirahat posisinya adalah duduk seperti halnya ketika melakukan Tasyahud awal, bedanya Jalsah al-Istirohah ini dilakukan selepas sujud kedua, ketika hendak menuju posisi berdiri untuk melanjutkan rakaat.

Jika mengikuti kesunahan, kita dianjurkan untuk berlama-lama dalam sujud dan membaca doa sebanyak-banyaknya. Jika sedang salat sendirian, tidak ada salahnya bacaan tasbih yang seharusnya hanya dilafalkan tiga kali dilipatgandakan hingga angka-angka ganjil lebih banyak, seperti 11 kali, 21 kali, bahkan 41 kali.

Saat melakukan sujud, darah mengalir menuju organ kepala. Sehingga, posisi terbaik selepas darah mengalir ke bawah (dalam sujud, posisi kepala lebih rendah dari anggota tubuh lain), adalah duduk terlebih dahulu. Ini akan mengembalikan posisi darah yang mengalir ke tempat seharusnya lebih dulu. Demikian salah satu ulasan dari ulama Fiqih.

Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

Aku diperintahkan sujud di atas tujuh organ utama: dahi, kemudian beliau menunjukkan hidungnya, dua tangan, dua kaki, dan ujung telapak kaki.” (Sahih Muslim, Juz 18: 354)

Hadis di atas ternyata memiliki kaitan erat dengan kesehatan, yaitu proses mengeluarkan radiasi elektromagnetik. Seperti disebutkan, gelombang elektrik memiliki peran penting bagi tubuh, tetapi jika kandungan aliran listrik di dalam tubuh terlalu banyak, keadaannya justru akan berbahaya, terutama pada zaman sekarang, hampir nyaris segala urusan dan aktivitas melibatkan gelombang listrik.

Di dalam sebuah penelitian ilmiah menunjukkan bahwa pengosongan tubuh dari radiasi elektromagnetik akan terjadi dengan sempurna pada posisi sudut, seperti posisi sujudnya seorang muslim dalam salat. Pada posisi ini, aliran elektromagnetik dalam tubuh akan mengalir keluar memasuki bumi melalui 7 organ tubuh yang menempel ke bumi ketika sujud. Pada gilirannya, proses ini akan membebaskan tubuh dari sakit kepala, nyeri sendi, nyeri otot, dan penyakit-penyakit lainnya.

Beberapa rukun dan kesunahan salat juga terbukti memiliki manfaat besar jika diteliti lebih jauh. Gerakan Takbiratulihram misalnya yang diikuti dengan bersedekap. Posisi tersebut dapat membuka rongga paru-paru menjadi lebih lebar sehingga akan mampu memperlancar aliran udara menuju paru-paru.

Kerap kali kita merasakan paru-paru jauh lebih lapang daripada sebelumnya tentu saja selain dengan berolahraga Takbiratulihram menjadi salah satu alternatif yang sangat baik untuk melakukan olah nafas. Dimulainya salat dengan Takbiratulihram menjadi pertanda serangkaian gerakan menyehatkan yang melibatkan kelenjar getah bening, tulang otot, bahkan hingga pijatan usus.

Manfaat Posisi Rukuk untuk Kesehatan

Posisi rukuk ternyata memiliki rahasia tersendiri. Menurut ahli kesehatan, posisi rukuk akan menjadikan fungsi tulang belakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan pusat saraf. Ketika rukuk, posisi jantung sejajar dengan otak. Posisi seperti ini akan mampu memaksimalkan aliran darah pada tubuh bagian tengah. Sedangkan tangan bertumpu pada lutut berfungsi sebagai relaksasi bagi otot-otot bahu hingga ke bawah. Selain itu rukuk adalah latihan kemih untuk mencegah gangguan prostat.

Posisi sujud dalam salat ternyata juga memiliki segudang manfaat untuk kesehatan. Pada posisi ini, seluruh berat badan bertumpu sepenuhnya di atas otot-otot kedua tangan dan kaki. Dalam sujud, ada banyak otot persendian yang kita gerakkan seperti dada, perut, punggung, leher, dan otot-otot kaki.

Manfaat Bangkit dari Sujud untuk Kesehatan

Yang tak kalah menarik juga adalah beberapa gerakan setelah sujud Bangkit dari sujud, duduk, sujud kembali, dan sesudah itu berdiri. Pada serangkaian gerakan ini, secara otomatis kita telah menggerakkan sejumlah besar otot-otot di dada, bahu, lengan, perut, punggung, paha, kaki bagian bawah, dan otot-otot lainnya.

Manfaat Menoleh ketika Salam

Dalam tuntunan salat, terdapat dua jenis duduk. Pertama, duduk di antara dua sujud. Kedua, duduk tasyahud. Posisi duduk ini secara tidak langsung akan dapat menggerakkan tumit pangkal paha, selangkangan, jari-jari kaki, dan organ-organ tubuh lain. Terakhir, ketika salat sudah paripurna dan menoleh untuk membaca salam, secara tidak standar kita sudah menggerakkan otot-otot leher tengkuk dan anggota lain di sekitarnya.

Dalam referensi lain disebutkan, suatu ketika sahabat kesayangan Nabi, Abu Hurairah, tidur dan mengeluh sakit perut. Kemudian Rasulullah menyapa:

Wahai Abu Hurairah, apakah perutmu membuatmu sakit?” (Dalam riwayat Ibnu Majah, Nabi mengatakan kalimat tersebut dengan bahasa Persia).

Abu Hurairah  mengiyakan saat itu. Abu Hurairah memang sedang menahan sakit dan berusaha dalam posisi tetap tidur. “Bangunlah, lalu saatlah, karena salat adalah obat perintah Nabi.”

Tidak disangka, Nabi bukan memberikan resep obat, tidak memberitahukan nama ramuan tertentu, tidak menganjurkan makan tumbuhan tertentu, justru Nabi memerintahkan Abu Hurairah untuk menunaikan salat, karena salat menurut resep Nabi adalah obat sakit.

Penelitian dari Binghamton University, State University of New York, mengatakan, gerakan fisik yang kompleks dalam salat dapat mengurangi nyeri punggung bagian bawah dengan catatan, jika salat dilakukan secara teratur dan benar.

Gerakan salat mirip dengan Yoga atau latihan intervensi terapi fisik yang digunakan untuk mengobati nyeri punggung. Kata Profesor sekaligus Ketua Ilmu Sistem dan Teknik Industri Binghamton University, State University of New York, Mohammad Khasawneh.” Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam Internasional jurnal of Industrial and System Engineering itu menyebutkan gerakan-gerakan dalam salat juga ditemukan pada ritual doa umat Kristiani dan Yahudi.

Manfaat Membungkuk Ketika Rukuk dalam Salat

Di sebuah temuan juga menunjukkan, membungkuk (dalam salat dilakukan ketika posisi rukuk) adalah gerakan yang paling memberi tekanan pada punggung bawah. Bagi seseorang yang mengalami nyeri punggung bawah, gerakan dengan melibatkan lutut dan bagian punggung justru dapat mengurangi rasa sakit. Kondisi ini berdasarkan bentuk tubuh masing-masing individu.

Sekitar 7 abad silam, seseorang ulama yang menyusun kitab Zad al-Ma’ad sekaligus pemilik karya Agung sejarah hidup Nabi Muhammad, Ibnu Qayyim al-Jauzi sudah jauh lebih dulu mengungkapkan suatu fakta menarik. Beliau menyatakan bahwa salat merupakan olah jiwa dan raga. Alasannya karena dalam salat terdapat beragam gerakan mulai dari berdiri tegak dengan posisi tangan bersedekap, rukuk, sujud, tawaruk, dan seterusnya. Gerakan-gerakan semacam ini menurut Ibnu Qayyim, “Mampu menggerakkan sendi-sendiri dan memijat organ dalam.” Diakui atau tidak, ketika sedang salat, usus, paru-paru, hati, dan organ vital lain dapat dengan sendirinya berolahraga. 

Tidak hanya itu, dalam memahami ungkapan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, “Bangunlah, lalu salatlah, karena salat adalah obat,” Ibnu Qayyim al-Jauzi memberi penjelasan secara rasional bahwa jika salat dilakukan dengan penuh hati dan lapang dada, maka karakter raga akan menjadi kuat dengan sendirinya dan sakit akan hilang.

Kita tentu tahu betapa berkualitasnya salat yang dilakukan para sahabat Nabi. Mereka selalu mengerjakannya dengan penuh sukacita dan kesadaran, sehingga menurut Ibnu Qayyim, semangat batin seperti ini akan dengan sendirinya mengundang kesehatan jasmani.

Kisah menarik lainnya juga dialami oleh sahabat Ali. Suatu ketika, tubuh beliau terhunus sebuah anak panah. Gagangnya berhasil dilepas, tetapi sisi ujung senjata itu masih menancap dan mencengkeram erat di anggota badannya. Hingga sampai akhirnya anak panah tersebut bisa dicabut saat beliau sedang salat. Seperti penuturannya, ketika tombak tersebut dicabut dalam salat, hampir-hampir beliau tak merasakan apapun .

Bahkan ketika beliau selesai salat, beliau sempat protes kepada para sahabat lain karena dirasa mereka tidak melaksanakan arahannya untuk mencabut anak panah ketika beliau sedang salat. Nyatanya, bukanlah anak panah yang tidak dicabut, tetapi beliaulah yang tak merasakan apapun ketika anak panah yang tertinggal tadi dicabut dari tubuhnya hingga beliau berpikir, anak panah itu masih menancap.

Membaca riwayat di atas mengingatkan kita pada suatu kisah yang hampir sama dan lebih masyhur. Bahkan kisah ini telah diabadikan oleh Al-Qur’an. Kisah tentang para wanita yang diundang oleh seorang permaisuri negeri Mesir, Zulaikha, untuk membuktikan sendiri ketampanan wajah Nabi Yusuf. Ketika para wanita itu menyaksikan dan terpana akan wajah indahnya Nabi Yusuf, hampir-hampir mereka tak merasakan apapun saat bilah-bilah pisau tajam mulai mengiris jari-jemari mereka.

Salat adalah Olahraga

Kembali pada pernyataan Ibnu Qayyim di atas. Dalam suatu kesimpulan yang dibuatnya beliau, secara mutlak tubuh manusia memerlukan olahraga. Tubuh yang tidak sehat adalah tubuh yang tidak banyak bergerak, bermalas-malasan, dan tidak banyak beraktivitas. Menariknya, pernyataan beliau tersebut selaras dengan hasil kesimpulan para pakar kedokteran hari ini.

Tubuh kita, kata Ibnu Qayyim, terus menerus membutuhkan asupan makanan. Hanya saja tidak semua asupan makanan yang masuk menjadi daging. Ada yang menjadi energi dan bahkan ada yang menumpuk dalam tubuh. Hal ini kita lebih sering menyebutnya dengan istilah lemak dan kolesterol. Lemak banyak yang menumpuk dalam tubuh lambat laun akan menjadi masalah. Berbagai macam risiko penyakit bisa timbul. Oleh karena itu, kita dianjurkan berolahraga. Tujuannya untuk mengurangi penumpukan-penumbukan lemak dan kolesterol dalam tubuh. Tentu saja salah satu kiatnya adalah dengan salat, karena dalam salat sebagian besar anggota tubuh dilatih untuk bergerak. Secara tidak sadar, dengan melaksanakan salat, sedikit demi sedikit kita tengah melakukan pola hidup sehat.

Manfaat Salat Tahajud

Pada pembahasan kali ini, perlu kiranya kita kaji tentang manfaat salat tahajud. Jauh  sebelum diungkap oleh penelitian ilmiah, Nabi Muhammad SAW lebih dulu mengatakan, salat tahajud tidak hanya memiliki manfaat rohani, tetapi juga memiliki manfaat jasmani.

Salat tahajud dapat menghapus dosa yang mendatangkan ketenangan dan menghindarkan penyakit.” (HR. Tirmidzi)

Salat tahajud merupakan salah satu sarana meditasi spiritual. Meditasi adalah berkonsentrasi pada suatu objek tertentu tanpa memperhatikan objek yang lainnya. Meditasi bekerja dengan memunculkan respons relaksasi. Respons relaksasi ini ditandai dengan tingkat penggunaan jantung, laju pernapasan, konsumsi oksigen, dan ketegangan otot. Terlebih jika dilakukan pada sepertiga malam, waktu ideal melaksanakan salat tahajud, karena udara pada sepertiga malam memiliki kandungan oksigen dan didukung dengan senyapnya suasana malam menjelang pagi.

Melakukan meditasi pada faktual di atas, akan memberikan ketenangan itu sendiri. Penelitian menyebutkan, jika salat tahajud dilaksanakan dengan penuh kesungguhan, khusyuk, tepat, ikhlas, dan continue, maka akan menumbuhkanlah persepsi positif dan, mengaktifkan coping. Sedangkan respons emosi positif sendiri dapat menghindarkan reaksi stres.

Kesimpulannya, melaksanakan salat tahajud di penghujung malam yang sunyi bisa memberikan ketenangan. Ketenangan terbukti mampu meningkatkan ketahanan tubuh imunologik, mengurangi risiko terkena penyakit jantung, dan meningkatkan usia harapan hidup. Bahkan produksi hormon akan meningkat, kandungan serotonin, epinefrin, dan endorfin, juga akan naik. Hormon-hormon inilah yang membuat seseorang merasa tenang dan tenteram.

Hikmah Waktu-waktu Salat

Jika diolah lebih jauh lagi, seluruh bilangan rakaat salat fardu dalam sehari semalam yang berjumlah 17 ternyata juga memiliki kandungan hikmah. Dokter Abdur Rasyid Abdul Aziz Salim dalam kitabnya, Turuq Tadris al-Tarbiyyah al-Islamiyah memaparkan fakta tersebut.

Salat subuh dengan dua rakaat misalnya, pada waktu subuh, udara masih segar dan orang-orang masih belum “sempurna” setelah istirahat panjang di waktu malam, maka rakaatnya singkat dan tidak melelahkan adalah hal tepat. Lalu setelah orang-orang penat dengan rutinitas kerja di waktu pagi, mereka diajak untuk beribadah dengan rakaat yang lebih panjang. Sore hari, ketika segala tuntutan pekerjaan telah selesai, salat dengan empat rakaat, meminjam istilah Muhammad Ismail, adalah cara tersendiri untuk membangkitkan semangat.

Ketika matahari terbenam, datanglah kewajiban salat magrib dengan rakaat lebih sedikit. Hikmahnya, magrib adalah waktu ketika manusia mulai kembali beristirahat setelah melewati hari yang melelahkan. Sedangkan Isya adalah waktu menjelang tidur dan waktu ketika perut telah terisi. Maka, salat Isya membantu mempersiapkan raga menjelang tidur malam.

Pembahasan kita rupanya belum selesai karena jika kita teliti lagi masih ada nilai-nilai hikmah kesehatan terkait waktu pelaksanaan salat. Tentunya hal ini tidak bisa kami bahas semuanya mengingat keterbatasan ruang kami. Itulah beberapa hikmah dibalik salat. Semoga apa yang kami sampaikan bermanfaat. Wallahu A'lam